Di era digital saat ini, banyak orang tua yang semakin khawatir dengan waktu yang dihabiskan oleh anak-anak di dunia maya, khususnya di media sosial. Inilah yang bisa menimbulkan kebiasaan negatif bernama doom scrolling.
Bagi para orang tua yang belum tahu apa itu doom scrolling, bahaya yang mengintai pada anak, serta cara untuk menghentikannya, pastikan untuk membaca artikel ini sampai selesai, ya.
Apa Itu Doom Scrolling?
Doom scrolling mengacu pada kebiasaan kompulsif dan tanpa berpikir panjang untuk terus menerus menggulir dan membaca berita negatif di media sosial.
Perilaku ini menjadi semakin umum dalam beberapa tahun terakhir, yang dapat menyebabkan perasaan cemas, depresi, dan ketidakberdayaan.
Bagi remaja laki-laki yang sudah rentan terhadap gejolak emosi karena perubahan perkembangan, doom scrolling dapat memperburuk masalah mereka dan berdampak negatif pada kondisi kesehatan mentalnya.
Penelitian juga menunjukkan bahwa doom scrolling melalui pornografi atau perjudian di ponsel melepaskan hormon yang sama yang akan dilepaskan di otak seperti halnya jika mereka menghisap narkoba.
Fakta tersebut semakin meyakinkan bahwa doom scrolling merupakan salah satu perilaku negatif yang tidak bisa disepelekan dampaknya pada anak.
Penyebab Remaja Melakukan Doom Scrolling
Ada beberapa faktor yang membuat remaja sangat rentan terhadap doom scrolling. Salah satu alasan utamanya adalah rasa takut ketinggalan informasi atau fear of missing out (FOMO).
Remaja sering merasa cemas akan ketinggalan informasi penting, baik itu berita global atau tren media sosial, yang mendorong mereka untuk tetap terpaku pada layar ponsel. Selain itu, remaja adalah masa saat dirinya mencoba memahami dunia di sekitarnya.
Saat merasakan ketidakpastian, dia mungkin beralih ke media sosial sebagai cara untuk memahami apa yang sedang terjadi, meskipun arus informasi yang masuk bisa sangat banyak.
Faktor lainnya adalah kepekaan emosional. Selama masa remaja, emosi yang dialami terasa lebih intens sehingga lebih rentan terhadap dampak emosional dari berita negatif. Ini bisa membuatnya mencari lebih banyak informasi untuk meredakan kecemasannya,
Sayangnya, dia hanya akan merasa lebih buruk karena mengonsumsi lebih banyak konten yang menyedihkan.
Bagaimana Doom Scrolling Memengaruhi Remaja?
Dampak doom scrolling pada remaja bisa sangat besar dan luas. Salah satu dampak yang paling signifikan adalah pada kesehatan mentalnya.
Paparan berita negatif secara terus-menerus dapat meningkatkan perasaan cemas dan putus asa, yang menyebabkan atau memperburuk masalah yang sudah ada seperti depresi.
Doom scrolling juga sering kali mengganggu pola tidur, terutama ketika remaja melakukannya di larut malam.
Cahaya biru dari layar dapat mengganggu produksi melatonin atau hormon yang mengatur tidur, yang menyebabkan kesulitan tidur dan kualitas istirahat yang buruk.
Konsekuensi lainnya adalah berkurangnya fokus dan produktivitas. Waktu yang dihabiskan untuk melakukan doom scrolling sangat menyita waktu sehingga mengabaikan aktivitas penting lainnya, seperti belajar, melakukan hobi, atau terlibat dalam interaksi di dunia nyata.
Hal ini dapat menyebabkan penurunan kinerja akademik dan kurangnya keterlibatan dalam kegiatan yang sebelumnya menyenangkan.
Selain itu, doom scrolling melibatkan aktivitas juga secara paradoks dapat mengakibatkan perasaan terisolasi. Remaja jadi lebih asyik dengan ponselnya dan kurang terlibat dengan dunia di sekitar, yang dapat meningkatkan perasaan kesepian dan keterputusan.
Hubungan Antara Doom Scrolling dan Kesehatan Mental
Doom scrolling secara signifikan dapat memperburuk kecemasan dan depresi pada remaja, serta menciptakan siklus yang semakin sulit diputus.
Ketika remaja terus menerus mengonsumsi konten negatif, dia akan terpapar rentetan berita dan gambar menyedihkan, yang dapat memperdalam perasaan takut, sedih, dan putus asa.
Paparan yang terus menerus ini tidak hanya meningkatkan respons emosional, tetapi juga dapat mendistorsi persepsinya tentang realitas sehingga membuatnya melihat lebih banyak hal negatif di dunia ini daripada yang sebenarnya.
Akibatnya, dia mungkin merasa kewalahan dan tidak berdaya untuk mengubah keadaan, yang mengarah ke rasa putus asa yang lebih dalam.
Siklus negatif ini dapat menjebak remaja dalam lingkaran setan, yaitu terus mencari informasi yang menyedihkan, berharap untuk mendapatkan rasa kontrol atau pemahaman, tetapi malah merasa lebih cemas dan tertekan.
Seiring berjalannya waktu, hal ini dapat mengikis kemampuannya untuk mengatasi stres sehari-hari dan membuatnya semakin sulit untuk melihat jalan keluar dari kekacauan emosional diri.
Gunakan Internet dan Media Sosial Secara Bertanggung Jawab
Berikut ini beberapa tips yang dapat membantu anak remaja tetap sehat secara mental saat berada di dunia maya.
1. Tetapkan Batas Waktu
Sangat mudah untuk lupa waktu ketika scrolling media sosial. Ajarkan anak untuk mengatur pengatur waktu pada ponselnya atau jadwalkan waktu tertentu untuk scrolling.
Bisa juga dengan menggunakan pengaturan ponsel dan aplikasi yang dirancang untuk membatasi akses ke media sosial dan.
Pertimbangkan juga untuk membujuk anak agar beristirahat sejenak dari media sosial sesekali.
2. Kendalikan Hal yang Dilihatnya
Tidak semua berita itu buruk. Jika anak mengganti beberapa berita utama negatif di feed media sosialnya dengan berita positif, kemungkinan besar itu akan membantunya mengurangi stres.
Ajarkan anak untuk membentuk pengalaman online-nya dengan cara mengikuti akun yang menawarkan konten mendidik, menggembirakan, atau menarik, untuk menyeimbangkan konten negatif.
3. Scrolling dengan Penuh Kesadaran
Sering diterapkan pada meditasi, mindfulness adalah kemampuan untuk fokus pada momen saat ini daripada mengkhawatirkan masa lalu atau masa depan.
Jika anak mulai melakukan doom scrolling, minta dia untuk berhenti sejenak dan amati bagaimana perasaannya secara mental dan fisik. Hentikan kebiasaan tersebut dengan berpisah sejenak dari ponsel dan melakukan kegiatan lain.
4. Prioritaskan Aktivitas yang Lebih Sehat
Daripada terus-menerus scrolling media sosial, ajak anak untuk pergi jalan-jalan, membaca buku, membuat camilan, atau melakukan hobi yang disukainya. Dengan melakukan perubahan kecil dalam hidupnya, hal tersebut akan membantu mengurangi waktu yang dihabiskan anak dengan layar ponsel.
Itulah penjelasan mengenai doom scrolling yang harus diketahui oleh para orang tua dan juga anak remaja. Jangan sampai terjebak dalam kecanduan ini, ya.
Sumber:
https://ozarksteenchallenge.com/resources/doom-scrolling-and-internet-addiction/
https://www.boiseimagine.com/mental-health-blog/what-is-doomscrolling-and-how-does-it-affect-teens/
https://www.uhhospitals.org/blog/articles/2024/07/doomscrolling-breaking-the-habit
~Febria