Mengulik Tren Ngonten di Kalangan Pelajar

Share

Di era digital saat ini, istilah ngonten atau membuat konten bukan lagi hal asing bagi pelajar. Banyak siswa SMP hingga SMA yang mulai menekuni dunia content creator di sela waktu sekolah mereka. 

Aktivitas ini tidak hanya sekadar menyalurkan hobi, tetapi juga menjadi peluang untuk melatih kreativitas, membangun relasi, bahkan memperoleh penghasilan sendiri.

Namun, bagaimana sebenarnya gaya hidup ngonten sambil sekolah ini? Mengapa aktivitas tersebut makin populer di kalangan pelajar? Apakah ada tantangan atau risiko yang perlu diwaspadai?

Konten Sebagai Ekspresi Diri

Generasi Z tumbuh di era di mana teknologi dan media sosial sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. 

Platform seperti TikTok, Instagram, dan YouTube menjadi ruang bagi mereka untuk mengekspresikan diri. 

Dari video belajar, daily vlog, konten aesthetic, dance challenge, hingga review produk, semua bisa menjadi sarana menunjukkan minat dan bakat mereka.

Bagi banyak pelajar, membuat konten adalah cara mengekspresikan perasaan, pemikiran, atau kreativitas mereka. Ada yang merasa lebih percaya diri setelah berani berbicara di depan kamera, ada juga yang senang karena bisa menginspirasi teman-temannya lewat video motivasi atau tips belajar.

Menghasilkan Uang dari Konten

Salah satu alasan ngonten makin populer adalah peluang finansial. Banyak pelajar yang sukses mendapat penghasilan tambahan dari monetisasi YouTube, komisi affiliate, endorsement, atau menjual produk digital mereka sendiri seperti preset, desain, hingga e-book belajar. 

Tidak sedikit juga yang diajak bekerja sama dengan brand-brand besar karena memiliki engagement tinggi dan konten yang menarik.

Meski begitu, penghasilan dari konten sebaiknya tidak dijadikan fokus utama bagi pelajar yang masih menempuh pendidikan. 

Prioritas tetaplah belajar dan mengembangkan diri secara seimbang. Konten bisa menjadi sampingan produktif selama tidak mengganggu tanggung jawab utama.

Tantangan Mengatur Waktu

Tantangan terbesar ngonten sambil sekolah adalah manajemen waktu. Membuat konten yang konsisten dan berkualitas memerlukan ide, konsep, perekaman, editing, dan proses publikasi. Semua itu memakan waktu cukup lama, apalagi jika pelajar memiliki jadwal padat di sekolah, les tambahan, atau organisasi.

Ada pelajar yang memilih membuat jadwal khusus di akhir pekan, ada juga yang memanfaatkan waktu sepulang sekolah untuk ngonten. Tidak jarang mereka merasa lelah atau kewalahan karena tugas sekolah menumpuk sementara target posting belum tercapai.

Jika manajemen waktu tidak baik, dampaknya bisa membuat prestasi akademik menurun, waktu istirahat berkurang, bahkan memicu stres. Oleh karena itu, pelajar yang ingin ngonten sambil sekolah harus memiliki perencanaan yang matang dan komitmen mengatur prioritas.

Konten Edukasi dan Personal Branding

Selain konten hiburan, banyak pelajar yang memanfaatkan media sosial untuk membuat konten edukasi. Misalnya, tips belajar efektif, cara menghafal cepat, latihan bahasa Inggris, atau berbagi pengalaman masuk sekolah favorit. Konten edukasi seperti ini dapat meningkatkan personal branding mereka di media sosial sebagai pelajar produktif dan inspiratif.

Personal branding di era digital sangat penting, bahkan sejak sekolah. Saat mereka lulus nanti, rekam jejak digital tersebut bisa menjadi nilai tambah saat melamar beasiswa, organisasi kampus, maupun pekerjaan. Membuat konten edukasi juga melatih kemampuan komunikasi dan public speaking yang berguna di masa depan.

Risiko dan Etika Bermedia Sosial

Ngonten sambil sekolah memiliki risiko, terutama terkait privasi, keamanan data, dan kesehatan mental. Pelajar yang aktif di media sosial rentan terhadap komentar negatif atau hate speech yang bisa melukai perasaan. Selain itu, jika tidak berhati-hati dalam membagikan informasi pribadi, mereka bisa menjadi sasaran kejahatan siber.

Karena itu, penting bagi pelajar memahami etika bermedia sosial. Tidak perlu membagikan data sensitif seperti alamat rumah atau jadwal harian secara detail. Pelajar juga perlu menyiapkan mental menghadapi komentar buruk dengan bijak dan tidak terpancing emosi.

Peran Orang Tua dan Guru

Dalam menjalani gaya hidup ngonten sambil sekolah, peran orang tua dan guru sangat penting. Dukungan dan pengawasan mereka dapat membantu pelajar menyalurkan hobi ini dengan positif. 

Orang tua perlu mengingatkan anak tentang prioritas belajar, istirahat yang cukup, dan risiko media sosial. Guru juga dapat mengarahkan pelajar untuk membuat konten yang bermanfaat dan sesuai etika.

Beberapa sekolah bahkan mendukung siswa menjadi content creator edukasi, misalnya dengan melibatkan mereka dalam pembuatan konten promosi sekolah atau proyek media sosial sekolah. Hal ini menjadi cara positif untuk menyalurkan bakat sekaligus meningkatkan rasa percaya diri siswa.
~Afril

Lihat Artikel Lainnya

Scroll to Top
Open chat
1
Ingin tahu lebih banyak tentang program yang ditawarkan Sinotif? Kami siap membantu! Klik tombol di bawah untuk menghubungi kami.