Di tengah gempuran teknologi yang semakin canggih dan gaya hidup digital yang nyaris tak bisa dipisahkan dari smartphone, sebuah tren unik justru mulai muncul di kalangan Gen Z, kembali ke dumb phone atau handphone jadul.
Dumb phone adalah istilah yang digunakan untuk menyebut ponsel-ponsel sederhana tanpa akses internet, tanpa media sosial, dan hanya memiliki fitur dasar seperti SMS, telepon, dan mungkin game jadul seperti Snake.
Mungkin terdengar aneh, bahkan seperti kemunduran, tapi tren ini perlahan mendapat tempat di hati anak muda, khususnya mereka yang merasa terlalu lelah dengan dunia digital.
Lalu, apa sebenarnya yang mendorong Gen Z, generasi yang tumbuh bersama internet dan media sosial untuk memilih perangkat yang dianggap “jadul” ini?
Digital Fatigue, Rasa Lelah Akibat Dunia Digital
Salah satu alasan utama dari pergeseran ini adalah fenomena yang disebut digital fatigue atau kelelahan digital.
Gen Z dikenal sebagai digital native, sejak kecil mereka sudah akrab dengan internet, media sosial, dan teknologi layar sentuh. Namun justru karena itu, banyak dari mereka merasa jenuh dan kewalahan dengan arus informasi yang terus-menerus membanjiri layar mereka.
Notifikasi yang tak henti-hentinya, tekanan untuk selalu tampil sempurna di media sosial, dan kebiasaan doomscrolling (menelusuri berita negatif tanpa henti) membuat banyak remaja dan anak muda merasa lelah secara mental.
Beberapa bahkan mengalami kecemasan atau stres akibat terlalu banyak menghabiskan waktu di depan layar.
Menggunakan dumb phone menjadi semacam bentuk digital detox atau puasa digital. Dengan hanya bisa mengakses fitur dasar, pemilik dumb phone secara otomatis terhindar dari distraksi seperti Instagram, TikTok, atau YouTube.
Hasilnya, mereka merasa lebih hadir di dunia nyata, lebih fokus dalam beraktivitas, dan lebih tenang secara mental.
Banyak Gen Z yang merasa bahwa dumb phone membantu mereka hidup lebih sederhana. Mereka tidak lagi merasa terdorong untuk mengecek notifikasi setiap menit atau membandingkan hidup mereka dengan orang lain lewat Instagram Story.
Sebaliknya, mereka bisa kembali menikmati obrolan tatap muka, membaca buku, atau sekadar duduk di taman tanpa merasa harus produktif setiap saat.
Gaya Hidup Minimalis dan Nostalgia Era 2000-an
Alasan lain yang mendorong penggunaan dumb phone adalah gaya hidup minimalis yang kini populer di kalangan Gen Z.
Dumb phone dianggap sebagai simbol gaya hidup sederhana dan sadar teknologi (tech mindfulness). Alih-alih terjebak dalam siklus upgrade perangkat setiap tahun, pengguna dumb phone merasa lebih hemat, lebih efisien, dan lebih bebas dari kapitalisme digital.
Tak hanya itu, dumb phone juga membawa nuansa nostalgia era 2000-an, masa ketika teknologi belum terlalu mendominasi kehidupan sehari-hari.
Banyak anak muda yang terinspirasi dari tren Y2K (Year 2000 aesthetic) dan mulai mengadopsi gaya hidup “retro,” termasuk dalam hal teknologi. Mereka menyukai tampilan ponsel lipat klasik, suara keypad yang khas, hingga wallpaper piksel yang sederhana.
Yang menarik, fenomena beralih ke dumb phone ini justru menyebar lewat media sosial, terutama TikTok dan Instagram.
Banyak konten kreator Gen Z membagikan pengalaman mereka menggunakan dumb phone, lengkap dengan perbandingan sebelum dan sesudah, manfaat mental yang dirasakan, serta rekomendasi merek atau model ponsel klasik yang masih bisa dibeli.
Beberapa hashtag seperti #DumbPhone, #DigitalDetox, dan #MinimalistPhone bahkan menjadi tren tersendiri di TikTok.
Hal ini menunjukkan bahwa meski berniat mengurangi ketergantungan digital, media sosial tetap menjadi sarana utama dalam menyebarkan ide dan membangun komunitas.
Fenomena ini tentu menuai beragam reaksi. Sebagian melihatnya sebagai langkah positif yang menunjukkan kesadaran kritis Gen Z terhadap dampak negatif dari teknologi.
Namun tak sedikit pula yang menganggapnya sebagai tren sementara yang lebih didorong oleh estetika dan pencitraan.
Terlepas dari itu, produsen teknologi mulai melihat peluang. Beberapa perusahaan kini merancang ponsel “minimalis modern” ponsel yang terlihat klasik namun tetap punya sentuhan teknologi terbaru, seperti kamera sederhana atau konektivitas Bluetooth, tanpa aplikasi media sosial.
Apakah ini berarti dumb phone akan menggantikan smartphone? Kemungkinan besar tidak. Smartphone tetap memiliki peran penting, terutama dalam dunia kerja, pendidikan, dan konektivitas global.
Namun tren ini menunjukkan bahwa sebagian Gen Z mulai mencari keseimbangan, menggunakan teknologi seperlunya, tanpa membiarkannya menguasai hidup.
~Afril