Mengenal Abu Bakar Ar Razi, Pelopor Ilmu Kimia Modern

Mengenal Abu Bakar Ar Razi, Pelopor Ilmu Kimia Modern

Abu Bakar Muhammad bin Zakariya Ar-Razi, atau lebih dikenal sebagai Al-Razi. Abu Bakar Ar Razi bin Zakaria Ar Razi, yang dalam bahasa Latin namanya menjadi Rhazes atau Razes. Ar Razi lahir di Provinsi Rayy, Persia (Iran) pada tahun 236 H/865 M dan wafat tahun 313 H/925 M. Beliau adalah Guru dalam ilmu kedokteran, bukan hanya bagi dunia Islam, tapi juga bagi benua Eropa. Kontribusinya dalam bidang kedokteran dan kimia menjadikannya salah satu tokoh besar dalam sejarah ilmu pengetahuan modern.

 

Biografi Ar Razi

Ar-Razi lahir pada tanggal 28 Agustus 865 Masehi dan meninggal pada tanggal 9 Oktober 925 Masehi. Nama Razi-nya berasal dari nama kota Rayy. Kota tersebut terletak di lembah selatan jajaran Dataran Tinggi Alborz yang berada di dekat Teheran, Iran. Di kota ini juga, Ibnu Sina menyelesaikan hampir seluruh karyanya.

Saat masih kecil, Ar-Razi tertarik untuk menjadi penyanyi atau musisi tetapi dia kemudian lebih tertarik pada bidang alkemi. Pada umurnya yang ke-30, Ar-Razi memutuskan untuk berhenti menekuni bidang alkemi dikarenakan berbagai eksperimen yang menyebabkan matanya menjadi cacat. Kemudian dia mencari dokter yang bisa menyembuhkan matanya, dan dari sinilah ar-Razi mulai mempelajari ilmu kedokteran.

Dia belajar ilmu kedokteran dari Ali ibnu Sahal at-Tabari, seorang dokter dan filsuf yang lahir di Merv. Dahulu, gurunya merupakan seorang Yahudi yang kemudian berpindah agama menjadi Islam setelah mengambil sumpah untuk menjadi pegawai kerajaan dibawah kekuasaan khalifah Abbasiyah, al-Mu'tashim.

Ar-Razi kembali ke kampung halamannya dan terkenal sebagai seorang dokter disana. Kemudian dia menjadi kepala Rumah Sakit di Rayy pada masa kekuasaan Mansur ibnu Ishaq, penguasa Samania. ar-Razi juga menulis at-Tibb al-Mansur yang khusus dipersembahkan untuk Mansur ibnu Ishaq. Beberapa tahun kemudian, ar-Razi pindah ke Baghdad pada masa kekuasaan al-Muktafi dan menjadi kepala sebuah rumah sakit di Baghdad.

Setelah kematian Khalifan al-Muktafi pada tahun 907 Masehi, Ar-Razi memutuskan untuk kembali ke kota kelahirannya di Rayy, dimana dia mengumpulkan murid-muridnya. Dalam buku Ibnu Nadim yang berjudul Fihrist, ar-Razi diberikan gelar Syaikh karena dia memiliki banyak murid. Selain itu, Ar-Razi dikenal sebagai dokter yang baik dan tidak membebani biaya pada pasiennya saat berobat kepadanya. Sebagai seorang dokter utama di rumah sakit di Baghdad, Ar-Razi merupakan orang pertama yang membuat penjelasan seputar penyakit cacar:

"Cacar terjadi ketika darah 'mendidih' dan terinfeksi, dimana kemudian hal ini akan mengakibatkan keluarnya uap. Kemudian darah muda (yang kelihatan seperti ekstrak basah di kulit) berubah menjadi darah yang makin banyak dan warnanya seperti anggur yang matang. Pada tahap ini, cacar diperlihatkan dalam bentuk gelembung pada minuman anggur. Penyakit ini dapat terjadi tidak hanya pada masa kanak-kanak, tetapi juga masa dewasa. Cara terbaik untuk menghindari penyakit ini adalah mencegah kontak dengan penyakit ini, karena kemungkinan wabah cacar bisa menjadi epidemi."

Diagnosa ini kemudian dipuji oleh Ensiklopedia Britanika (1911) yang menulis: "Pernyataan pertama yang paling akurat dan tepercaya tentang adanya wabah ditemukan pada karya dokter Persia pada abad ke-9 yaitu Rhazes, dimana dia menjelaskan gejalanya secara jelas, patologi penyakit yang dijelaskan dengan perumpamaan fermentasi anggur dan cara mencegah wabah tersebut.

 

Karya Ar Razi

Buku-buku buah pikirannya yang berbahasa Arab telah menghiasi perpustakaan fakultas kedokteran universitas-universitas besar di wilayah kekuasaan Islam di Eropa, dan menjadi rujukan wajib setidaknya sampai awal abad kedelapan belas masehi. Buku-buku Ar Razi diterjemahkan dalam bahasa Latin dan Yunani bahkan ke dalam bahasa Eropa Modern. Ar Razi adalah dokter yang gelisah, dia tidak puas menggali khazanah pengobatan ketabibahan India. Sebelum para mahasiswa dan dokter di jaman kita menjadikan hewan sebagai "kelinci percobaan", Ar Razi sudah menggunakannya dalam eksperimen-eksperimen yang dilakukan di laboratoriumnya. Dia menemukan dan juga menggunakan usus dan selaput hewan sebagai benang untuk menjahit kulit pasien pasca operasi.

Disalah yang pertama kali berbicara tentang pengaruh psikologis pasien terhadap penyembuhan. Pengalaman dan ketajaman pikirannya telah membuat dia berkesimpulan (setelah mengadakan penelitian secara intens) bahwa penyakit ada yang diturunkan secara genetis. Dia dengan berani menganjurkan agar para dokter tidak ragu-ragu memotong tumor atau kanker yang sangat berpotensi menyebar ke seluruh bagian tubuh, yang akan sangat membahayakan si penderita. 

Kejeniusan Ar Razi bukan hanya dalam bidang atau ilmu kedokteran saja. Dia juga merambah ke ilmu kimia dan banyak meramu obat-obatan untuk membantu penyembuhan pasien-pasiennya. Di samping itu dia juga mengembangkan ilmu kima dengan berbagai rumusan ilmiah dan menjabarkannya dalam banyak buku. Kalau Jabir bin Hayyan, di nobatkan sebagai bapak Kimia, maka Ar Razi layak dinobatkan sebagai pelopor Ilmu Kimia Modern. Dia banyak mempengaruhi pikiran pakar-pakar kimia Eropa, seperti Nicholas Flamel dan Paracelsus. Dia juga pakar dalam pengobatan mata dan dia yang pertama kali menggunakan gypsum dalam pengobatan patah tulang. Dia menulis buku tentang pengaruh makanan, baik manfaat maupun bahayanya, bagi kesehatan manusia. 

 

Ar Razi juga menguasai ilmu astronomi, musik, dan teologi. Banyak buku-buku ilmiah karangan Ar Razi (ada yang menyebutkaan lebih dari 200 judul), membahas masalah kedokteran, kimia, dan sebagainya, antara bukunya uang paling terkenal adalah Al Hawi yang merupakan ensiklopedi paling lengkap tentang ilmu kedokteran Arab, Yunani, dan India. Tak hanya itu nama Ar Razi juga menjadi salah satu nama tempat pertemuan termegah di Universitas Brigshtone Amerika. Pada bidang farmasi, ar-Razi juga berkontribusi membuat peralatan seperti tabung, spatula dan mortar. Ar-Razi juga mengembangkan obat-obatan yang berasal dari merkuri. Ar-Razi juga aktif dalam bidang filsafat dan etika. Ia menekankan pentingnya pengetahuan dan penggunaan akal sehat dalam mencari kebenaran. Pemikiran-pemikirannya memengaruhi perkembangan filsafat dan etika di dunia Islam.

Abu Bakar Ar-Razi merupakan sosok yang luar biasa dalam sejarah ilmu pengetahuan. Kontribusinya dalam kedokteran, kimia, dan filsafat menggambarkan semangat keilmuannya yang tak terbatas. Warisannya tetap hidup melalui karya-karya monumentalnya dan pengaruhnya yang luas di dunia ilmiah, memperkuat posisinya sebagai salah satu tokoh terkemuka dalam peradaban Islam.

~Aas