Anak Belum Tahu Mau Jadi Apa? Jangan Panik, Orang Tua Bisa Lakukan Ini!

Share

Apakah anak pernah berkata, “Aku nggak tahu mau jadi apa nanti”? Jika iya, jangan langsung panik karena banyak orang tua menghadapi hal yang sama.

Pada masa remaja, wajar jika anak belum memiliki rencana masa depan yang jelas. Namun, bukan berarti mereka dibiarkan tanpa arah. Anak tetap perlu dorongan dan pendampingan agar bisa mulai memikirkan masa depannya, sedikit demi sedikit, sesuai dengan minat dan kemampuannya.

Banyak orang tua sering mengira bahwa anak yang belum punya rencana berarti malas atau tidak serius dalam belajar. Padahal, kenyataannya masa remaja memang penuh kebingungan. Di satu sisi, mereka mulai dituntut untuk membuat keputusan besar, seperti jurusan sekolah atau kuliah, sedangkan di sisi lain, mereka masih mencari jati diri.

Di sinilah peran orang tua sangat penting. Bukan untuk menekan, melainkan menjadi teman yang membimbing anak agar pelan-pelan bisa melihat gambaran masa depan dengan lebih jelas.

Mengapa Anak Perlu Memiliki Tujuan atau Rencana Masa Depan?

Semua orang  pasti ingin anak tumbuh dengan motivasi dan arah. Ini karena rasa memiliki tujuan atau rencana untuk masa depan, bahkan yang sederhana sekalipun, bisa memberi anak hal-hal ini:

  • Harapan dan motivasi. Penelitian menunjukkan bahwa remaja dengan harapan positif terhadap masa depan lebih memiliki perkembangan optimal dan sebagai jembatan menuju dewasa yang sehat.
  • Mengurangi risiko perilaku bermasalah. Remaja yang enggan membayangkan masa depan cenderung lebih rentan mengambil risiko seperti kenakalan atau perilaku negatif lainnya. 
  • Prestasi akademik yang lebih baik. Anak yang membayangkan ‘diri mereka di masa depan’ cenderung lebih termotivasi belajar dan meraih nilai lebih baik. 

Jadi, sebagai orang tua, sangat penting untuk membantu anak menemukan sedikit ‘arah’ dalam hidupnya. Apalagi kalau saat ini anak SMP atau SMA sedang kebingungan.

Apa yang Orang Tua Bisa Lakukan?

Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan orang tua jika anak belum memiliki tujuan atau rencana untuk masa depannya.

  1. Mulailah dengan Obrolan Santai, Temukan Minat Si Anak

Alih-alih langsung menanyakan “Kamu mau jadi apa nanti?”, cobalah ajak mengobrol ringan tentang apa yang menyenangkan bagi anak, Misalnya:

“Kamu senang lihat tentang apa sih di internet?”

“Kalau diberi pilihan, kamu lebih mau liburan ke mana, yang penuh petualangan atau santai?”

Dengan pendekatan santai, anak lebih terbuka mengungkapkan minat sebenarnya. Sebagai orang tua, dengarkan tanpa menghakimi dan coba gali lebih lanjut minatnya.

  1. Dorong Anak Tentukan Tujuan Sederhana, Bukan yang Besar dan Menakutkan

Daripada tujuan yang muluk-muluk, lebih baik dorong anak untuk membuat tujuan spesifik, terukur, dan realistis yang bisa dilakukannya, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Misalnya:

  • Untuk jangka pendek, anak bisa membuat rencana, “Aku mau nilai 8 di pelajaran kimia bulan depan.”
  • Untuk jangka panjang, tujuan anak adalah “Aku ingin ikut lomba sains tahun depan.”

Tujuan seperti itu terasa lebih “dekat” dan bisa dicapai, yang bisa membuat anak termotivasi.

  1. Bangun Keyakinan Diri

Penelitian menunjukkan remaja dengan keyakinan bahwa mereka mampu mencapai tujuan, disebut juga dengan self-efficacy, cenderung berhasil meraih karir dan life balance di masa dewasa.

Misalnya, saat anak mendapatkan nilai bagus di ujian Fisika, orang tua bisa bilang:

“Keren banget kamu bisa dapat nilai segitu! Kalau kamu terus latihan, Mama yakin kamu bisa pertahankan nilai ini atau bahkan lebih bagus lagi.”

Jangan lupa untuk merayakan tiap kemajuan kecil, meskipun tidak sempurna.

  1. Bantu Anak Ciptakan Gambaran “Masa Depan yang Mungkin”

Ini disebut juga dengan konsep “possible selves”, yang menjelaskan bahwa membayangkan diri di masa depan sebagai orang tertentu bisa jadi motivasi kuat.

Misalnya, orang tua bisa menanyakan, “Kalau kamu kuliah nanti di jurusan itu, kira-kira kamu ngapain di kampus?”

Setelah mendapatkan jawaban anak, ajak dia untuk membayangkan, “Bayangin nanti lulus, kerja di bidang itu, bantu banyak orang… gimana rasanya?”

Dengan begitu, anak punya “gambar” masa depan yang bisa dipikirkan dan dikejar sedikit demi sedikit.

  1. Beri Kesempatan Eksplorasi dan Pengalaman Nyata

Remaja butuh mencoba hal baru sebagai cara menemukan apa yang benar-benar menarik bagi mereka. Ini akan membangun nilai dirinya, seperti tanggung jawab, disiplin, dan empati, yang membuatnya lebih siap mengambil keputusan masa depan.

Beberapa contoh yang bisa dilakukan orang tua adalah:

  • Ajak anak ikut kursus online singkat, seperti coding, desain, dan menulis.
  • Ajak mereka observasi atau kunjungan ke sekolah atau tempat kerja.
  1. Tetap Terbuka Untuk Perubahan Arah

Karena masa remaja adalah masa “crystallization”, maka ini adalah masa awal pembentukan identitas dan pemikiran tentang pekerjaan yang cocok bagi mereka. Jadi penting bagi orang tua untuk tidak memaksa anak “harus jadi dokter” atau yang pekerjaan lain yang jadi impian orang tua.

Justru orang tua harus membuka ruang diskusi, misalnya dengan bilang, “Kalau kamu merasa bidang seni lebih cocok, yuk kita cari tahu jalannya.”

Jika anak merasa didukung untuk eksplorasi bakat dan minat yang dimilikinya, mereka lebih percaya diri memilih jalur yang pas.

  1. Bangun Komunikasi Terbuka dan Refleksi Berkala

Komunikasi efektif dan hubungan terbuka antara orang tua dan remaja sangat membantu mereka membuat keputusan yang baik. Banyak cara yang bisa dilakukan, misalnya menjadwalkan obrolan rutin tiap malam minggu untuk mengajak anak memikirkan masa depannya.

Orang tua juga bisa mengajak anak refleksi dari minat dan bakat yang dimilikinya. Jika dia melakukan sesuatu untuk mendapatkan tujuan hidup atau membuat rencana masa depan, tunjukkan apresiasi atas usahanya.

  1. Tetapkan Tujuan Bersama secara Berkelanjutan

Orang tua bisa memanfaatkan teknik goal-setting, yaitu sebagai berikut:

  • Daripada hanya beri tahu anak apa yang harus dilakukan, bantu dia menulis tujuan yang diinginkannya. Misalnya, “Aku ingin ikut workshop robotik dalam 3 bulan.”
  • Dorong anak menulis rencana dan refleksi dengan berkata, “Kamu sudah coba belajar 30 menit setiap hari, nanti kita lihat progress-nya.”

Ini membantu anak merasa punya kendali dan memahami proses menuju tujuannya, bukan sekedar hasil akhirnya.

Jadi, kalau anak SMP atau SMA belum punya tujuan atau rencana masa depan, ini kesempatan bagus bagi orang tua untuk menumbuhkan motivasi dan arah secara bertahap. Dengan pendekatan berbasis dukungan, bukan tekanan, anak secara bertahap bisa menemukan jalan hidupnya.

~Febria

Lihat Artikel Lainnya

Scroll to Top
Open chat
1
Ingin tahu lebih banyak tentang program yang ditawarkan Sinotif? Kami siap membantu! Klik tombol di bawah untuk menghubungi kami.