Uang Saku Bukan Sekadar Jajan, Ini Cara Orang Tua Mendidik Anak Remaja Melek Finansial

Share

Mengajarkan remaja mengelola uang saku bukan cuma soal “biar tidak boros”, ini sebenarnya investasi karakter bagi anak. Remaja yang sejak dini diberi kesempatan mengatur uang akan lebih siap menghadapi keputusan finansial di masa depan.

Dia jadi lebih paham konsep menabung, bisa membuat prioritas keuangan, dan lebih berhati-hati terhadap produk keuangan dan tawaran digital.

Banyak ahli yang menyebut bahwa percakapan keluarga dan pengalaman nyata berpengaruh besar pada kemampuan literasi keuangan anak. Berikut panduan praktis dan contoh yang mudah dipraktikkan oleh orang tua.

Memberi Uang Saku: Mingguan atau Bulanan?

Pilihan antara uang saku mingguan atau bulanan sebaiknya disesuaikan usia dan tujuan pembelajaran.

Untuk uang saku mingguan, umumnya lebih cocok untuk anak SMP. Keuntungannya adalah lebih mudah diawasi, lebih mudah melihat “pola belanja” anak, dan anak jadi lebih mudah belajar memecah pengeluaran tiap minggu.

Saat memberikan uang saku mingguan, minta anak untuk membagi tiap minggu menjadi tiap kategori. Misalnya, kategori jajan, transport, dan tabungan.

Sementara uang saku bulanan, lebih cocok untuk anak SMA yang mulai menghadapi pengeluaran lebih besar. Uang saku bulanan ini memberi anak pengalaman mendapatkan “gaji” sehingga dia bisa belajar membuat anggaran selama satu bulan.

Namun, orang tua juga bisa memberikan uang saku campuran antara mingguan dan bulanan. Misalnya, memberi uang saku bulanan untuk kebutuhan tetap, seperti transportasi,, plus uang saku mingguan untuk jajan agar anak tetap belajar perencanaan mingguan.

Terakhir, jelaskan apa saja yang pengeluaran yang tetap ditanggung orang tua dan yang harus mulai menjadi tanggungan anak. Dengan begitu, tidak ada ada kebingungan.

Ajarkan Budgeting Sederhana pada Anak

Untuk aturan pembagian uang saku yang diberikan, ajarkan teknik budgeting yang mudah diingat, misalnya:

  • 20% menabung, untuk tabungan jangka pendek atau dana darurat kecil
  • 10% untuk amal atau sedekah
  • Sisanya untuk pengeluaran harian dan hiburan.

Bisa juga dengan menggunakan metode amplop untuk setiap kategori sehingga uang terasa nyata saat berkurang. Visual seperti amplop ini akan memudahkan anak remaja memahami konsep alokasi.

Ajarkan juga kepada anak untuk membuat prioritas pengeluaran. Bantu anak mengidentifikasi pengeluaran apa yang bisa dikurangi agar uang saku yang diberikan padanya cukup selama seminggu atau sebulan.

Lalu, minta aja untuk mencatat pengeluarannya. Gunakan buku kecil atau aplikasi sederhana dan cek bersama seminggu sekali. Catatan kecil ini bisa membuat anak sadar pola belanja yang dilakukannya.

Jika anak sudah mulai bisa mengelola uang saku yang diberikan padanya, orang tua bisa mulai mengenalkan investasi kecil-kecilan padanya. Orang tua bisa membuat “investasi mini” fiktif untuk anak belajar menghitung imbal hasil dan risiko, sebelum menaruh uang sungguhan.

Pastikan untuk menjelaskan risiko investasi pada anak, selalu awasi akses akun dan transaksinya, dan gunakan hanya produk dari penyelenggara yang terdaftar/terawasi regulator

Dengan memulai dari hal kecil, seperti memberi uang saku yang disertai aturan, menabung untuk tujuan, hingga mencatat pengeluaran, itu artinya orang tua telah memberikan bekal praktis yang akan dipakai anak seumur hidup.

Kuncinya adalah dengan melakukan contoh yang nyata, berdiskusi secara rutin, dan selalu lakukan pengawasan. Jangan terlalu kaku dengan peraturan yang diberikan pada anak karena pada dasarnya dia masih belajar. Jadi, jangan juga terlalu keras pada mereka.

 

~Febri

Lihat Artikel Lainnya

Scroll to Top
Open chat
1
Ingin tahu lebih banyak tentang program yang ditawarkan Sinotif? Kami siap membantu! Klik tombol di bawah untuk menghubungi kami.