Banyak orang tua merasa bangga ketika anak mereka rajin masuk sekolah dan nilainya baik. Tapi bagaimana kalau ternyata si anak hanya duduk diam di kelas, tidak pernah bertanya, dan cenderung pasif?
Bukan karena mereka tidak mampu, tapi karena merasa tidak nyaman untuk bicara di depan teman-teman atau guru. Ini sering terjadi terutama di usia remaja, di mana rasa malu, takut salah, dan keinginan untuk “tidak kelihatan aneh” jauh lebih besar daripada keinginan untuk aktif.
Sebagai orang tua, kita tentu ingin anak kita bukan hanya hadir secara fisik di sekolah, tetapi juga tumbuh sebagai pelajar yang aktif, percaya diri, dan berani mengungkapkan pendapat. Untuk mewujudkan itu, dukungan kita di rumah sangat penting.
Berikut beberapa pendekatan yang bisa dilakukan orang tua untuk membantu anak menjadi lebih berani bertanya dan aktif di sekolah.
Bangun Rasa Aman untuk Bertanya di Rumah
Sebelum berharap anak aktif di sekolah, pastikan dulu ia merasa aman untuk bertanya di rumah. Banyak anak yang tidak terbiasa bertanya karena sejak kecil sering mendapatkan respons seperti, “Itu kan gampang,” atau “Kamu kok nggak ngerti-ngerti sih?”
Respons seperti itu mungkin terdengar sepele, tapi bisa membuat anak takut terlihat bodoh. Lama-lama, mereka belajar untuk diam saja, bahkan ketika tidak mengerti. Karena itu, ciptakan lingkungan rumah yang mendukung rasa ingin tahu anak. Dengarkan pertanyaan mereka dengan serius, hargai rasa penasaran mereka, dan jangan langsung buru-buru memberi jawaban atau menyepelekan.
Bila anak bertanya hal yang sulit, tidak apa-apa menjawab, “Mama juga belum tahu, yuk kita cari tahu sama-sama.” Jawaban seperti ini tidak hanya memberi informasi, tapi juga membangun semangat belajar bersama.
Kenalkan Anak pada Konsep “Salah Itu Biasa”
Banyak anak remaja enggan bertanya karena takut salah, takut ditertawakan, atau takut terlihat tidak pintar. Ini wajar, karena pada masa remaja, persepsi dari teman sebaya sangat berpengaruh. Sayangnya, ketakutan ini bisa menahan anak dari berani bersuara.
Orang tua bisa menanamkan bahwa membuat kesalahan bukanlah aib. Ceritakan pengalaman pribadi ketika dulu pernah salah menjawab atau malu bertanya, tapi akhirnya belajar dari situ. Dengan menunjukkan bahwa kesalahan adalah bagian dari proses belajar, anak akan lebih nyaman mengambil risiko untuk aktif di kelas.
Bisa juga dengan memberikan contoh nyata, seperti atlet yang berkali-kali gagal sebelum berhasil, atau ilmuwan yang harus mencoba berkali-kali sebelum menemukan jawabannya.
Ajak Anak Berdiskusi di Rumah
Salah satu cara paling efektif untuk melatih anak berpikir kritis dan terbiasa mengungkapkan pendapat adalah dengan membiasakan diskusi di rumah. Ajak anak ngobrol tentang isu yang sedang ramai, pelajaran sekolah, film yang baru ditonton, atau topik apapun yang mereka sukai.
Daripada hanya tanya “Kamu tadi belajar apa?”, cobalah bertanya, “Menurut kamu, kenapa sejarah itu penting buat dipelajari?”, atau “Kamu setuju nggak sama cara guru kamu menjelaskan tadi?”
Dengan diskusi seperti ini, anak belajar menyusun pendapat, menyampaikan argumen, dan terbiasa menyuarakan pikiran tanpa takut salah. Kebiasaan ini akan terbawa ke lingkungan sekolah.
Dorong Anak Terlibat dalam Kegiatan Sekolah
Anak yang pasif di pelajaran belum tentu tidak percaya diri. Bisa jadi, mereka hanya belum menemukan cara untuk mengekspresikan diri. Dorong anak untuk terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai minatnya—baik itu OSIS, klub debat, jurnalistik, fotografi, atau kelompok musik.
Dengan bergabung dalam komunitas yang mendorong interaksi dan kolaborasi, anak akan lebih terbiasa berbicara di depan orang lain, berani menyampaikan ide, dan lebih percaya diri saat berhadapan dengan guru atau teman di kelas.
Berikan Apresiasi pada Keberanian, Bukan Hanya Hasil
Sering kali orang tua hanya memberikan pujian saat anak mendapatkan nilai tinggi atau penghargaan tertentu. Padahal, proses seperti berani bertanya, aktif di kelas, atau mencoba hal baru juga layak diapresiasi.
Jika anak cerita bahwa ia hari ini berani bertanya di kelas, meskipun masih gugup, beri respons positif. Ucapkan, “Wah, kamu keren banget! Nggak gampang lho berani ngomong di depan kelas.” Pujian semacam ini bisa jadi penguat yang membuat anak ingin mencoba lagi dan lagi.
Jangan Paksa, Tapi Dampingi
Mendorong anak untuk aktif di sekolah bukan berarti memaksa mereka harus selalu jadi pusat perhatian. Setiap anak punya gaya belajar dan kepribadian yang berbeda. Ada anak yang memang lebih senang diam dan menyimak, bukan berarti mereka malas atau tidak bisa berkembang.
Alih-alih memaksa, cobalah untuk mendampingi. Kenali apa yang membuat anak enggan bertanya. Mungkin ia tidak paham materinya, takut pada gurunya, atau belum punya keberanian. Dari situ, bantu anak mencari solusi—bisa lewat les tambahan, latihan presentasi di rumah, atau sekadar jadi pendengar yang sabar saat mereka bercerita.
Tunjukkan Bahwa Bertanya Itu Tanda Cerdas
Kadang anak remaja mengira bahwa bertanya itu menandakan mereka tidak pintar. Justru sebaliknya, bertanya menunjukkan bahwa seseorang sedang berpikir. Orang-orang yang kritis, ingin tahu, dan berani bertanya biasanya lebih cepat berkembang karena mereka aktif terlibat dalam proses belajar.
Orang tua bisa mengingatkan hal ini dengan bahasa yang ringan. Misalnya, “Orang pintar itu bukan yang tahu semuanya, tapi yang nggak malu nanya waktu nggak ngerti.” Dengan cara ini, anak akan melihat bertanya sebagai hal positif, bukan kelemahan.
~Afril