Dari sekian banyak tipe pola asuh, ada satu yang bisa diterapkan orang tua yang ingin fokus pada kedisiplinan, kehangatan, dan komunikasi dua arah. Tipe pola asuh ini dikenal dengan istilah authoritative parenting di mana orang tua memberikan tuntutan yang masuk akal pada anak disertai dukungan yang mereka butuhkan.
Seperti apa pola asuh ini diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan mengapa gaya parenting ini disebut efektif untuk remaja? Mari simak penjelasan berikut ini.
Ciri Khas Authoritative Parenting
Authoritative parenting adalah gaya pengasuhan yang menggabungkan kontrol yang tegas dengan perhatian emosional yang tinggi. Orang tua dengan pola ini memiliki ekspektasi yang jelas terhadap perilaku anak, tapi tetap terbuka terhadap diskusi dan pendapat anak.
Inti dari pola asuh ini adalah menetapkan aturan yang jelas dan konsisten, membangun komunikasi yang sehat dan saling menghormati, serta mendorong kemandirian anak, tetapi tetap dalam pengawasan. Dengan begitu, anak merasa dihargai sebagai individu, namun tetap memahami batasan yang ada.
Berikut adalah ciri-ciri utama orang tua authoritative:
- Hangat dan Responsif
Orang tua senantiasa menunjukkan kasih sayang dan empati, serta memahami kebutuhan emosional anak. - Memberikan Aturan Jelas
Meski tidak dengan cara ekstrem dan tetap menghargai anak, setiap orang tua berhak membuat aturan untuk anak dan tidak membiarkan anak bertindak sesuka hati. Tegaskan pada anak bahwa batasan dan konsekuensi yang jelas dan adil. - Mendorong Diskusi dan Partisipasi Anak
Dalam kehidupan sehari-hari, biasakan untuk mendorong anak berani berpendapat, berdiskusi, bahkan berbeda pandangan dengan tetap menghargai aturan yang berlaku. - Mendidik dengan Alasan, Bukan Ancaman
Orang tua dapat menjelaskan mengapa suatu aturan dibuat atau mengapa perilaku tertentu tidak bisa diterima, bukan hanya memberi perintah pada anak tanpa penjelasan. - Mendorong Kemandirian yang Bertanggung Jawab
Anak diberi kepercayaan untuk mengambil keputusan, tapi tetap diarahkan agar mampu mempertanggungjawabkan pilihannya.
Mengapa Authoritative Parenting Efektif untuk Remaja?
Remaja berada di persimpangan antara dunia anak-anak dan dewasa. Mereka mulai ingin mandiri, tetapi belum cukup matang secara emosional. Di sinilah orang tua berperan penting untuk menjadi penyeimbang antara kebebasan dan batasan.
Authoritative Parenting dapat membentuk pribadi anak yang percaya diri dan bertanggung jawab. Anak yang dibesarkan dengan gaya ini cenderung memiliki kepercayaan diri tinggi, berani mengambil keputusan, dan tidak takut menghadapi tantangan. Pola asuh ini juga dapat mengurangi konflik keluarga karena seluruh komunikasi berjalan dua arah dan anak tidak merasa tertekan oleh otoritas orang tua.
Penelitian menunjukkan bahwa anak yang dibesarkan secara authoritative lebih kecil risikonya untuk terlibat dalam penyimpangan seperti merokok, narkoba, atau pelanggaran sosial lainnya. Dengan menerapkan pola asub ini, anak juga bisa belajar mengenali, mengelola, dan mengungkapkan emosi dengan cara yang sehat. Dampak jangka panjangnya yaitu membangun hubungan yang kuat antara anak dan orang tua.
Namun, menerapkan pola asuh ini tidak selalu mudah. Anak bisa saja menentang aturan, merasa tidak didengar oleh anak, belum lagi ada rasa ingin cepat-cepat mengontrol situasi tertentu yang pada akhirnya dilakukan tanpa kesepakatan dengan anak.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, orang tua memang dituntut untuk menanggapi dengan tenang dan memberikan penjelasan dengan bahasa yang mudah dimengerti anak. Jika ada argumen dari anak, bisa juga mengajak mereka berdiskusi dan mencari solusi bersama agar anak merasa dilibatkan.
Jika merasa anak tidak mau mendengarkan, cobalah untuk mendengarkan mereka terlebih dahulu tentang apa yang ia rasakan. Anak cenderung lebih terbuka jika mereka merasa dihargai.
Tips Menerapkan Authoritative Parenting
Jika ingin mulai menerapkan pola ini, berikut beberapa langkah sederhana yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari:
- Rutin Berdiskusi
Mulailah dengan membangun rutinitas diskusi mingguan bersama remaja. Pilih satu waktu santai setiap pekan, misalnya Minggu sore yang khusus didedikasikan hanya untuk mendengarkan cerita, keluh kesah, atau ide-ide anak.
Saat ngobrol, tahan dorongan untuk langsung memberi nasihat dan biarkan ia bicara tuntas. Gunakan juga kesempatan itu untuk menyampaikan perasaan dan harapan Anda sebagai orang tua dengan lembut.
- Review Aturan di Rumah
Review kembali aturan-aturan di rumah dan pastikan setiap ketentuan memiliki alasan yang jelas. Anda bisa menuliskan secara ringkas lima hingga tujuh aturan utama, misalnya batasan penggunaan gadget atau jam pulang, alu menjelaskan mengapa aturan tersebut penting untuk kesehatan, keselamatan, atau perkembangan remaja.
- Sistem Konsekuensi
Terapkan sistem konsekuensi yang bersifat edukatif dan bukan hukuman semata. Setiap batasan atau konsekuensi harus disertai penjelasan “mengapa” agar anak memahami tujuan, bukan hanya mematuhi karena takut.
- Konsisten dan Fleksibel
Di sisi orang tua pun mesti menegakkan aturan secara konsisten, tapi beri kelonggaran terukur saat situasi mendesak. Hal ini bisa mengajarkan anak tentang kedisiplinan sekaligus adaptasi.
- Berikan Pilihan Terarah
Alih-alih memberi kebebasan mutlak, orang tua bisa menawarkan beberapa pilihan yang sesuai usianya untuk melatih kemampuan pengambilan keputusan dan tanggung jawabnya.
~Afril