Remaja masa kini bisa dibilang memiliki beban yang lebih berat. Mengapa? Karena mereka tidak hanya menghadapi ujian dan nilai, tetapi juga tekanan sosial dari teman, keluarga, dan media sosial.
Padahal, otak remaja masih dalam tahap berkembang, terutama area pengendalian emosi dan perencanaan, yang membuat stres bisa terasa jauh lebih berat.
Ditambah lagi, perasaan “dinilai” oleh orang lain, baik di dunia nyata maupun di dunia maya, bisa meningkatkan kecemasan dan melemahkan ingatan akibat lonjakan kortisol .
Dampak Buruk Jika Anak Tekanan Berlebihan
Berikut adalah beberapa dampak yang akan dirasakan anak jika dia merasakan tekanan yang berlebihan.
- Gangguan mental. Anak bisa merasakan kecemasan, stres berkepanjangan, hingga depresi jika beban akademik terlalu berat .
- Rendahnya rasa percaya diri. Gaya asuh ekstrem seperti Tiger Parenting bisa membuat anak kurang percaya diri dan merasa tidak dicintai, meski dia mendapatkan nilai yang bagus.
- Kehilangan kreativitas dan mandiri. Anak yang terus dikontrol akan kehilangan kesempatan belajar mandiri dan berpikir kreatif.
Pola Asuh Seperti Apa yang Ideal?
Meskipun pola asuh yang tepat bisa berbeda untuk tiap orang tua dan anak—bahkan untuk tiap anak, tetapi berikut adalah beberapa saran pola asuh yang bisa diterapkan agar anak tidak merasa tertekan secara akademis.
- Pola Asuh Otoritatif
Pola asuh ini menyeimbangkan batasan dengan dukungan emosional. Caranya adalah dengan memberitahu apa yang diharapkan pada anak, sambil tetap mendukungnya untuk belajar dan berkembang.
Anak yang dibesarkan seperti ini cenderung memiliki mental sehat dan berhasil secara akademis.
- Parenting berbasis Hubungan (Relationship-based)
Dalam pola asuh ini, alih-alih berfokus pada nilai, orang tua justru lebih fokus untuk mendukung usaha anak, membantu mengatasi kesulitan, dan berbicara tanpa menghakimi.
Dengan begitu, anak juga lebih berfokus pada proses, bukan hasil akhirnya. Ini karena pada dasarnya proses anak belajarlah yang lebih penting bagi perkembangan anak. Hasil yang bagus hanya menjadi bonus.
Strategi Praktis untuk Para Orang Tua
Berikut langkah-langkah nyata yang bisa dilakukan oleh orang di rumah agar anak tidak merasa tertekan secara akademis:
- Bangun Komunikasi Terbuka
Tanyakan secara rutin kepada anak, “Apakah mama/papa terlalu mendorong?” atau “Apa yang bikin kamu stres dengan sekolah?”.
Dengarkan jawaban dan pendapat anak, tanpa perlu memberikan solusi langsung. Lebih baik biarkan anak merasa didengar terlebih dulu, tanpa perlu dihakimi.
- Tetapkan Ekspektasi Realistis
Fokuskan pujian pada proses yang dilakukan anak. Misalnya, “Hebat, kamu sudah belajar keras hari ini!”. Jangan bilang pada anak “Nilai kamu harus sempurna” karena ini justru akan membuat anak merasa tertekan.
Pahami bahwa setiap anak memiliki kecepatan belajarnya sendiri, orang tua tidak boleh memaksakan.
- Ajarkan Manajemen Waktu
Jika anak merasa kewalahan dengan sekolahnya, ini mungkin karena dia belum tahu caranya mengatur manajemen waktu yang baik. Untuk itu, kamu harus membantu anak membuat jadwal belajar plus jeda istirahat.
Ajarkan anak untuk menggunakan to-do list, bisa dengan tulisan tangan atau melaluia aplikasi. Dengan melakukannya, ini akan membantu anak merasa lebih terkendali .
- Dorong Gaya Hidup Sehat
Salah satu faktor yang membuat anak merasa tertekan adalah kurang istirahat. Untuk itu, pastikan anak mendapatkan tidur malam 8 – 10 jam yang bisa menjadi kunci dia fokus belajar dan mampu mengatur emosi .
Selain itu, berikan dan ajarkan anak untuk terbiasa makan makanan bergizi. Lalu, setiap akhir minggu ajak anak untuk berolahraga, yang tidak hanya baik untuk kesehatan fisiknya, tetapi juga bisa menjadi pelepas stres alami.
- Sediakan Ruang Relaksasi
Berikan sesi “no-stress zone” di rumah untuk anak. Tujuannya adalah agar stimulasi pikiran anak berkurang, serta dia memiliki ruang untuk bermain, tanpa perlu memikirkan soal pelajaran.
Orang tua juga bisa memberikan waktu bebas bermain pada anak, hobi tanpa kontrol berlebihan, tetapi tetap ada aturan.
- Kenalkan Teknik Relaksasi
Ajarkan anak caranya melakukan latihan pernapasan dalam, mindfulness, meditasi singkat, atau teknik relaksasi lain yang terbukti bisa menurunkan kecemasannya akibat belajar.
- Batasi Jadwal Ekstra
Jika anak memiliki kegiatan di luar sekolah, usahakan untuk tidak terlalu padat. Cukup pilih 2 – 3 kegiatan yang sesuai dengan minatnya, baik itu ekstrakurikuler di sekolah atau les di luar sekolah.
Dengan cara ini, orang tua akan menjaga anak merasa tidak kewalahan.
- Perhatikan Tanda Bahaya
Waspadai jika anak terlihat sedih terus-menerus, sulit tidur atau makan, menarik diri dari keluarga atau teman, mengalami penurunan prestasi drastis, bahkan berpikiran menyakiti diri sendiri.
Jika muncul tanda ini, jangan ragu untuk segera berkonsultasi dengan konselor atau psikolog agar anak mendapatkan pertolongan yang dibutuhkannya.
Pemilihan Sekolah Juga Penting
Selain cara-cara di atas, orang tua juga bisa mencari sekolah yang tidak akan terlalu membebani anak secara akademis.
Pastikan untuk mencari sekolah yang menyeimbangkan beban tugas pada siswa, menyediakan konseling, serta mengajarkan soft skills tepat, seperti cara coping mekanisme.
Jadi, meski prestasi akademik memang penting, tetapi ini bukan satu-satunya ukuran keberhasilan pada anak. Pastikan anak memiliki mental yang sehat sehingga memiliki daya tahan yang jauh lebih siap dalam menghadapi tantangan hidup.
Sebagai orang tua, kamu sebaiknya menjadi pendamping yang tegas, tetapi tetap penuh cinta dan mendukung tanpa memaksa pada anak, yang menjadi bentuk sukses paling berharga.
~Febria