Perlukah Siswa SMP-SMA Punya Personal Branding?

Share

Di era media sosial seperti sekarang, membangun citra diri atau personal branding bukan lagi hal eksklusif untuk orang dewasa, profesional, atau selebritas. 

Fenomena baru menunjukkan bahwa anak-anak usia sekolah menengah pertama hingga sekolah menengah atas (SMP-SMA) pun kini mulai menyadari pentingnya menampilkan jati diri mereka secara digital. Mereka membangun profil yang kuat di media sosial, mengelola konten secara strategis, bahkan memiliki gaya komunikasi khas yang konsisten.

Lalu, apa sebenarnya yang membuat remaja saat ini tertarik membangun personal brand? 

Apa Itu Personal Branding?

Personal branding adalah cara seseorang mempromosikan diri mereka sendiri, baik secara sengaja maupun tidak sengaja, untuk membentuk citra atau persepsi tertentu di mata orang lain. Dalam dunia digital, ini bisa berupa:

  • Cara seseorang berbicara dan menulis di media sosial

  • Gaya konten yang diunggah (estetika visual, tone suara, tema tertentu)

  • Minat atau topik yang dibagikan secara konsisten (misalnya edukasi, fashion, self-growth, musik, dsb)

  • Bagaimana seseorang merespons komentar, membuat bio, dan membangun interaksi

Ada beberapa faktor yang mendasari banyak siswa SMP dan SMA sudah punya personal branding. Salah satunya karena Generasi Z dan Alpha adalah digital native sejati. Mereka tumbuh dengan internet, media sosial, dan smartphone. Media sosial bukan hanya alat hiburan, tapi juga tempat untuk mengekspresikan identitas, mencari pengakuan, dan membangun komunitas.

Karena media sosial begitu menyatu dalam kehidupan sehari-hari, membangun personal brand menjadi sesuatu yang dilakukan secara natural, bahkan sejak usia muda.

Di sisi lain, masa remaja adalah periode pencarian jati diri. Dalam proses ini, banyak remaja mencoba berbagai gaya, nilai, dan minat untuk mengetahui siapa mereka sebenarnya. Media sosial menjadi tempat bereksperimen, dan personal branding muncul sebagai bentuk eksistensi yang ingin mereka perlihatkan ke luar.

Followers, likes, komentar, dan views menjadi semacam validasi yang memberi rasa diterima dan dihargai. Ini bisa membangun rasa percaya diri, meskipun juga bisa berisiko jika terlalu tergantung pada pengakuan digital.

Apalagi dengan maraknya media sosial, remaja tidak lagi hanya mengidolakan selebritas dewasa. Mereka kini melihat anak-anak seumuran mereka menjadi viral karena konten edukatif, humor, review produk, atau life hacks.

Contoh seperti anak SMP yang membagikan tips belajar, tutorial menggambar, atau membuat jurnal aesthetic, mendorong remaja lain berpikir: “Kalau dia bisa, kenapa aku nggak?” Personal branding pun menjadi langkah awal untuk memasuki dunia konten kreator.

Selain itu, ada juga beberapa remaja yang mulai menyadari bahwa jejak digital adalah aset jangka panjang. Mereka tahu bahwa akun media sosial bisa menjadi portofolio, bisa dilihat calon pemberi beasiswa, atau membuka peluang kolaborasi dan bisnis. Ini yang membuat banyak remaja mulai merancang persona digital dengan cermat.

Beberapa contoh personal branding yang umum di kalangan remaja misalnya, fokus pada edukasi, karya visual, kisah inspiratif, atau hobi tertentu seperti K-pop, anime, hewan peliharaan, atau membuat karya seni. 

Dampak Positif Personal Branding bagi Remaja

Fenomena personal branding di kalangan remaja memang belum sepenuhnya dipahami secara luas, tapi jika diarahkan dengan baik, hal ini bisa memberi banyak manfaat jangka panjang. Berikut adalah beberapa dampak positif yang patut diapresiasi:

1. Melatih Kesadaran Tentang Diri Sendiri

Saat membangun personal branding, remaja secara tidak langsung dipaksa untuk berpikir seperti apa ia ingin dikenal. Dalam prosesnya, mereka menggali minat, nilai, dan kepribadian mereka sendiri. Semakin mereka mengenali diri, semakin kuat identitas yang mereka miliki.

2. Mengembangkan Keterampilan Digital Sejak Dini

Personal branding di dunia digital mendorong remaja untuk belajar banyak keterampilan praktis seperti, editing video, desain grafis, storytelling, copywriting, manajemen media sosial, hingga analisa performa konten. 

3. Meningkatkan Rasa Percaya Diri

Ketika remaja mendapatkan respon positif dari konten yang mereka buat, baik dalam bentuk komentar apresiatif, dukungan dari komunitas, atau pencapaian sederhana seperti followers bertambah, bisa memupuk kepercayaan diri. Apalagi jika mereka berhasil menyampaikan pesan yang berdampak bagi orang lain.

4. Melatih Konsistensi dan Disiplin

Personal branding yang sukses bukan hasil instan. Banyak remaja yang belajar tentang pentingnya konsistensi, manajemen waktu, dan perencanaan konten. Ini bukan hal kecil, karena mengajarkan mereka tentang kerja keras dan tanggung jawab terhadap citra yang sedang mereka bangun.

5. Mendorong Kemampuan Komunikasi dan Empati

Aktivitas personal branding sering melibatkan interaksi dengan audiens. Remaja yang terbiasa membalas komentar, berdiskusi, atau memberi pandangan dengan sopan akan terlatih secara sosial dan emosional. Mereka belajar berkomunikasi secara terbuka dan memahami perspektif orang lain.

6. Menemukan Komunitas Positif

Dengan membangun personal brand di bidang tertentu, misalnya seni, edukasi, atau isu sosial, remaja bisa menemukan orang-orang dengan minat yang sama. Ini menciptakan rasa memiliki dan dukungan sosial yang sehat, terutama bagi mereka yang mungkin tidak menemukannya di lingkungan sekitar. 

Meskipun personal branding punya banyak sisi positif, tetap ada risiko yang perlu diwaspadai. Pertama ialah banyak remaja mungkin belum sadar batas antara privasi dan konsumsi publik yang kemudian membuat mereka terlalu banyak membagian informasi pribadi ke media sosial. 

Kemudian, kesehatan mental juga berpotensi terganggu, terutama bila remaja  terlalu fokus pada validasi online, tekanan untuk selalu sempurna sesuai branding yang diciptakan, dan mengalami cyberbullying. 

Maka dari itu, penting juga untuk menyeimbangkannya dengan kesadaran akan risiko tekanan sosial, ketergantungan pada validasi eksternal, dan perlindungan privasi. Dengan bimbingan yang tepat dari orang tua, guru, dan lingkungan sekitar, remaja bisa membangun personal branding yang sehat. 

~Afril

Lihat Artikel Lainnya

Scroll to Top
Open chat
1
Ingin tahu lebih banyak tentang program yang ditawarkan Sinotif? Kami siap membantu! Klik tombol di bawah untuk menghubungi kami.