Mengajari anak-anak untuk mengatakan “tidak” dengan tegas adalah aspek mendasar dari perkembangan emosional dan kesejahteraannya.
Lebih dari sekadar menanamkan sopan santun, ini tentang membekali mereka dengan kepercayaan diri untuk mengekspresikan batasan-batasan diri, membuat pilihan yang selaras dengan perasaan, dan melindungi otonomi tubuhnya.
Dengan memahami pentingnya mengajarkan anak-anak cara mengatakan “tidak” dengan tegas, orang tua dapat mempersiapkan mereka dengan lebih baik untuk menghadapi tantangan dan interaksi dalam kehidupan.
Mengajarkan mengatakan “tidak” sangat penting untuk memberdayakan anak-anak dalam mengendalikan tubuh dan ruang pribadinya. Ini akan membantu mereka membedakan antara kontak fisik yang pantas dan tidak pantas, yang sangat penting untuk melindungi mereka dari pelecehan atau manipulasi.
Ketika anak-anak diajari pentingnya otonomi tubuh, mereka belajar bahwa tubuh mereka adalah milik mereka sendiri dan mereka memiliki hak untuk menetapkan batas-batas untuk memastikan kenyamanan dan keamanan diri.
Cara Mengajarkan Anak-Anak untuk Berkata ‘Tidak’
Jika dulu orang tua tidak suka anak-anak berkata ‘tidak’, tetapi sekarang kata ini dapat membantu mereka belajar untuk melindungi hati dan pikirannya dari bahaya. Mulai dari pornografi, yang bahkan sudah dimulai sejak bangku SD, hingga kekerasan dan bahkan tindakan kriminal.
Berikut adalah beberapa cara yang bisa dilakukan orang tua untuk mengajari anak dengan tegas berkata ‘tidak’.
- Beri Contoh
Ajak anak untuk duduk dan jelaskan bahwa ada banyak hal buruk di dunia ini yang dapat melukai hati, pikiran, dan tubuhnya. Itulah sebabnya dia harus bisa mengatakan ‘tidak’ pada hal-hal tersebut.
Orang tua bisa bersikap terbuka mungkin dengan anak, selama dia nyaman serta sesuai dengan usia, tahap perkembangan, kepribadian, dan apa yang dapat diterimanya.
Misalnya, berikan contoh saat ada anak-anak yang ingin menunjukkan gambar atau video tidak pantas, anak harus berani berkata ‘tidak’ karena itu bukan untuk anak seusianya. Bisa juga saat ada temannya yang ingin menyentuh alat kelamin anak atau bahkan menyuruh anak menyentuhnya, ajarkan anak untuk berkata ‘tidak’ karena itu bukan hal baik.
Beritahu anak betapa pentingnya dia untuk mengatakan ‘tidak’ pada hal-hal yang dapat menyakiti hati atau tubuhnya.
- Berlatihlah
Lakukan latihan dengan skenario yang berbeda pada anak-anak, sesuai dengan usia dan pergaulannya. Mereka mungkin akan menganggap latihan tersebut konyol, itu hal yang wajar. Namun, tetaplah ajak anak berlatih untuk membantu mengajari bahwa latihan yang dijalaninya ini sangat mungkin terjadi di dunia nyata.
Dalam tiap skenario, ajarkan anak untuk bisa berkata ‘tidak’ dengan tegas, tanpa perasaan ragu-ragu. Lalu, beritahukan juga apa yang harus dilakukannya jika orang tersebut tak menerima perkataan ‘tidak’ anak. Misalnya, dengan tegas dan mendorong atau menepis tangan orang tersebut, bahkan bangkit dan lari menjauh sambil berteriak.
Orang tua juga bisa mengajak anak-anak untuk membayangkan situasi berbahaya versi mereka, berdasarkan cerita yang pernah didengar atau dilihatnya. Dengan begitu, anak menjadi tahu apa yang harus dikatakan dan dilakukannya jika situasi tersebut juga terjadi padanya.
- Terus Ulangi dan Bicarakan
Di akhir latihan, minta anak-anak untuk mengucapkan ‘tidak’ dengan lantang dan pujilah mereka atas latihan yang sudah dilakukannya. Jaga agar komunikasi tetap terbuka dan jangan biarkan latihan menjadi momen satu-satunya membicarakan hal ini.
Setelah beberapa hari ke depan, bicarakan kembali sesi latihan yang pernah dilakukan anak-anak. Tanyakan bagaimana perasaan mereka dan apa yang dipikirkannya. Ingatkan pada mereka bahwa apa yang telah dilihat, didengar, atau dialami, bisa diceritakan kepada orang tuanya kapan saja.
Saat mendengar cerita anak-anak, latihlah lagi kekuatan anak untuk berkata ‘tidak’ agar mereka mengingatnya lagi.
Simpulannya
Mengajarkan anak-anak untuk mengatakan “tidak” dengan percaya diri adalah keterampilan hidup yang penting yang dapat melindungi kesejahteraan mereka dan memupuk harga diri mereka. Khususnya untuk anak-anak yang sensitif sering menghadapi tantangan dalam hal membela diri mereka sendiri.
Kesadaran mereka yang tinggi akan emosi sendiri dan perasaan orang lain kadang dapat menyebabkan konflik internal antara keinginan untuk mengekspresikan kebutuhan mereka dan ketakutan untuk menyebabkan ketidaknyamanan orang lain.
Anak sensitif seperti ini mungkin khawatir akan menyakiti perasaan seseorang atau menghadapi penolakan, yang dapat membuatnya sulit untuk menegaskan batasan mereka. Jadi, sangat penting bagi orang tua dan pendidik untuk memahami dan mendukung jiwa-jiwa yang sensitif ini.
Bantu mereka mengembangkan keterampilan ketegasan yang dibutuhkan sambil memberikan ruang yang aman untuk mengekspresikan diri secara otentik.
Prinsipnya, ada 3 tips dan teknik yang dapat dilakukan orang tua untuk mengajari anak-anak menegaskan batasan diri dan mengekspresikan kebutuhan dengan percaya diri:
Mulailah sejak dini. Pentingnya mengajarkan batasan dan mengatakan “tidak” sejak usia dini, dengan cara yang sesuai dengan usianya.
Hormati pilihan anak. Jika memungkinkan, hargai pilihan anak. Bahkan, jika itu berarti mengatakan ‘tidak’ pada sesuatu yang lebih disukai orang tua.
Memimpin dengan contoh. Tunjukkan komunikasi yang tegas dalam interaksi orang tua, tunjukkan kepada anak-anak bagaimana cara melakukannya.
~Febria