Multitasking Saat Belajar, Bikin Produktif atau Malah Pusing?

Share

Di era digital saat ini, pelajar dihadapkan pada berbagai tantangan yang berkaitan dengan konsentrasi dan manajemen waktu. Berbagai perangkat digital seperti smartphone, laptop, dan tablet memudahkan akses informasi, namun juga membawa potensi gangguan yang besar. 

Sering kali, ketika sedang belajar, pelajar juga tergoda untuk membuka notifikasi, menonton video singkat, atau membalas pesan dari teman. Aktivitas-aktivitas inilah yang memunculkan fenomena multitasking.

Multitasking menjadi semakin umum karena perkembangan teknologi dan budaya instan yang berkembang di masyarakat. Banyak pelajar merasa bahwa mereka harus “selalu aktif” dan bisa merespons hal-hal dengan cepat, termasuk di luar aktivitas belajar. 

Akibatnya, kegiatan seperti membuka media sosial atau chatting sering dianggap hal yang wajar dilakukan bersamaan dengan belajar. Padahal, belum tentu hal tersebut berdampak positif bagi proses belajar itu sendiri.

Sekilas, multitasking terlihat produktif karena kita bisa mengerjakan beberapa hal dalam waktu bersamaan. Nah pertanyaannya, apakah multitasking benar-benar membuat belajar lebih efisien, atau justru bikin gagal fokus?

Apa Itu Multitasking?

Multitasking adalah melakukan lebih dari satu aktivitas secara bersamaan. Dalam konteks belajar, contohnya adalah membaca materi sambil mendengarkan musik dengan lirik, mengerjakan soal sambil membuka media sosial, atau mencatat pelajaran sambil menonton video lain. Multitasking bisa juga berupa berpindah dari satu aktivitas ke aktivitas lain dalam waktu yang sangat singkat, misalnya berpindah dari membaca ke membalas chat, lalu kembali membaca.

Meski sering dianggap sebagai kemampuan hebat, banyak penelitian menunjukkan bahwa otak manusia sebenarnya tidak dirancang untuk memproses banyak tugas berat sekaligus. Yang terjadi adalah otak berpindah fokus dengan sangat cepat dari satu tugas ke tugas lain. Setiap kali otak harus berganti fokus, ada jeda waktu (walau sangat singkat) yang diperlukan untuk “menyesuaikan diri” kembali dengan tugas yang baru. Hal ini bisa menyebabkan penurunan efisiensi dan membuat otak menjadi cepat lelah.

Multitasking juga bisa dibagi menjadi dua jenis: multitasking aktif dan multitasking pasif. Multitasking aktif terjadi ketika seseorang benar-benar mencoba mengerjakan dua tugas kognitif secara bersamaan, misalnya menulis esai sambil membalas pesan. Sementara multitasking pasif lebih ringan, seperti mendengarkan musik instrumental saat membaca. Dampaknya tentu berbeda, tergantung pada jenis tugas dan kemampuan individu.

Manfaat dan Risiko Multitasking Saat Belajar

Meski sering mendapat kritik, multitasking tetap punya sisi positif, terutama jika dilakukan dengan cara yang tepat. Misalnya, mendengarkan musik instrumental saat membaca bisa membuat suasana belajar lebih rileks. Suasana hati yang baik dapat mendukung proses belajar menjadi lebih lancar. Selain itu, bagi sebagian pelajar, sedikit distraksi justru bisa membantu mengurangi rasa bosan saat belajar.

Multitasking juga bisa membantu ketika melakukan aktivitas sederhana, seperti merapikan meja sambil mendengarkan rekaman kuliah. Hal ini memungkinkan pelajar mengisi waktu dengan lebih produktif tanpa terlalu membebani kapasitas otak.

Selain itu, dengan terbiasa berpindah fokus, pelajar bisa menjadi lebih fleksibel menghadapi berbagai situasi. Kemampuan beradaptasi dengan cepat dari satu tugas ke tugas lain sangat dibutuhkan di era modern, terutama di dunia kerja yang serba cepat.

Namun, di balik manfaatnya, multitasking juga menyimpan banyak risiko, terutama saat digunakan untuk tugas akademik yang membutuhkan konsentrasi tinggi.

Kehilangan Fokus

Ketika membuka media sosial di sela-sela belajar, otak sulit kembali fokus ke materi. Proses berpindah fokus ini bisa menyebabkan hilangnya alur berpikir yang sudah dibangun sebelumnya. Akibatnya, pelajar sering harus mengulang membaca atau mengerjakan kembali bagian yang sebelumnya sudah dikerjakan.

Penurunan Kualitas Belajar

Informasi yang dipelajari tidak terekam secara mendalam karena otak tidak sepenuhnya fokus pada satu hal. Penelitian menunjukkan bahwa multitasking dapat mengurangi kemampuan otak dalam menyimpan informasi ke dalam memori jangka panjang. Ini berarti pelajar mungkin akan cepat lupa dengan apa yang baru saja dipelajarinya.

Meningkatkan Stres

Berpindah tugas terlalu sering bisa membuat otak cepat lelah dan menimbulkan perasaan tertekan. Otak akan merasa seperti “bekerja lebih keras”, padahal hasil yang dicapai belum tentu lebih baik. Dalam jangka panjang, ini bisa menyebabkan kejenuhan belajar atau burnout.

Efisiensi Palsu

Meski terlihat sibuk, sering kali hasil belajar tidak optimal karena energi terbagi ke banyak hal. Pelajar mungkin merasa telah menghabiskan waktu berjam-jam untuk belajar, padahal sebenarnya hanya sebagian kecil dari waktu itu yang benar-benar digunakan secara efektif. Hal ini bisa membuat waktu belajar jadi tidak efisien dan hasil ujian pun tidak memuaskan.

Bagaimana Cara Belajar Lebih Efektif?

Agar belajar tidak terjebak multitasking yang merugikan, ada beberapa strategi yang bisa dilakukan:

  • Gunakan Metode Monotasking
    Fokus pada satu tugas dalam waktu tertentu, misalnya 25 menit belajar (metode Pomodoro), lalu istirahat sebentar sebelum melanjutkan.

  • Hindari Distraksi Digital
    Letakkan ponsel di luar jangkauan atau gunakan aplikasi focus mode agar tidak tergoda membuka notifikasi.

  • Pilih Musik yang Tepat
    Jika ingin mendengarkan musik, pilih yang instrumental atau tanpa lirik agar tidak mengganggu konsentrasi.

  • Buat Daftar Prioritas
    Susun urutan tugas berdasarkan tingkat kesulitan dan deadline. Dengan begitu, belajar jadi lebih terarah tanpa harus mengerjakan semuanya sekaligus.

Dengan memahami bagaimana multitasking memengaruhi otak, pelajar dapat lebih bijak dalam mengatur cara belajarnya. Bukan berarti multitasking harus dihindari sepenuhnya, tetapi penting untuk tahu kapan waktu yang tepat untuk melakukannya, dan kapan harus benar-benar fokus hanya pada satu tugas.

 

~Afril

Lihat Artikel Lainnya

Scroll to Top
Open chat
1
Ingin tahu lebih banyak tentang program yang ditawarkan Sinotif? Kami siap membantu! Klik tombol di bawah untuk menghubungi kami.