Masa remaja adalah fase krusial dalam perkembangan emosional dan sosial anak. Di usia ini, mereka mulai mencari jati diri, mengalami perubahan fisik dan psikologis yang signifikan, serta mulai membangun relasi yang lebih kompleks di luar keluarga.Â
Di tengah semua proses ini, peran orang tua tetap sangat penting, terutama dalam memberikan perhatian dan kasih sayang yang konsisten.
Sayangnya, di balik kesibukan harian atau harapan tinggi terhadap prestasi anak, tak sedikit orang tua yang tanpa sadar mulai menjauh secara emosional. Anak remaja mungkin tampak mandiri atau bahkan “dingin”, tapi di balik sikap mereka, bisa jadi tersembunyi kebutuhan besar akan kehangatan dan koneksi emosional dengan orang tua.
Berikut beberapa tanda yang patut diwaspadai bahwa seorang anak remaja mungkin sedang merasa kurang perhatian dan kasih sayang di rumah.
Menarik Diri dari Keluarga
Anak remaja memang secara alami mulai lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman atau dengan diri sendiri. Namun, bila mereka benar-benar menutup diri dari keluarga, tidak lagi ingin terlibat dalam kegiatan bersama, dan cenderung menghindari komunikasi, ini bisa menjadi sinyal adanya jarak emosional yang tumbuh.
Anak yang merasa tidak diperhatikan atau disayang akan mencari ruang aman di luar keluarga atau mencoba “bersembunyi” dalam kesendirian. Dalam jangka panjang, ini bisa berdampak pada kemampuan mereka membangun kedekatan yang sehat dengan orang lain.
Perubahan Emosi yang Tidak Stabil
Remaja memang wajar mengalami naik-turun emosi karena pengaruh hormon. Namun, jika anak sering tampak murung, mudah marah, tersinggung berlebihan, atau menunjukkan sikap agresif tanpa alasan jelas, bisa jadi itu adalah bentuk ekspresi dari kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi.
Ketika kasih sayang dari orang tua dirasakan berkurang, anak mungkin merasa tidak dilihat atau dihargai. Emosi-emosi ini bisa muncul dalam bentuk kemarahan, frustrasi, atau bahkan sikap sinis terhadap keluarga.
Penurunan Motivasi dan Prestasi
Anak yang merasa kurang diterima dan kurang dicintai cenderung kehilangan motivasi dalam berbagai aspek kehidupannya, termasuk dalam hal belajar atau kegiatan ekstrakurikuler. Mereka bisa menjadi apatis, tidak peduli pada hasil, atau bahkan kehilangan semangat untuk meraih sesuatu.
Perhatian dan kasih sayang bukan hanya membuat anak merasa nyaman, tapi juga membangun rasa aman dan percaya diri. Ketika itu berkurang, anak cenderung merasa tidak cukup berarti untuk berusaha lebih baik.
Mencari Perhatian Secara Berlebihan di Luar Rumah
Beberapa remaja merespons kurangnya perhatian di rumah dengan mencari pengganti di luar. Ini bisa berupa ketergantungan berlebihan pada teman, keterlibatan dalam hubungan yang tidak sehat, atau bahkan mencoba hal-hal berisiko hanya demi mendapat pengakuan.
Pada beberapa kasus, anak juga bisa terlibat dalam perilaku seperti membangkang, melanggar aturan, atau melakukan sesuatu yang ekstrem hanya untuk menarik perhatian orang tua, meskipun dalam bentuk negatif.
Menjadi Terlalu Tertutup atau Menyembunyikan Masalah
Anak yang tidak merasa aman secara emosional cenderung menutup diri, bahkan dari orang tuanya sendiri. Mereka mungkin terlihat baik-baik saja di permukaan, tapi tidak pernah benar-benar bercerita tentang hal-hal yang mereka alami, rasakan, atau pikirkan.
Bila orang tua merasa tidak lagi tahu apa yang terjadi dalam hidup anak, ini bisa menjadi pertanda bahwa anak tidak merasa cukup dekat atau nyaman untuk berbagi. Hubungan emosional yang kuat tidak muncul begitu saja, tetapi dibangun dari kehadiran, perhatian, dan rasa aman yang terus dipupuk.
Sering Merasa Tidak Percaya Diri
Kurangnya kasih sayang juga bisa memengaruhi pandangan anak terhadap dirinya sendiri. Anak mungkin merasa tidak cukup baik, ragu dalam mengambil keputusan, atau cenderung membandingkan diri dengan orang lain secara negatif.
Kasih sayang yang konsisten dari orang tua membantu membentuk konsep diri yang sehat. Ketika itu kurang, anak remaja bisa tumbuh dengan keraguan terhadap nilai dirinya sendiri.
Merasa Tak Dipedulikan Saat Sakit atau Sedih
Perhatikan bagaimana anak bereaksi saat mereka sedang tidak enak badan, mengalami masalah di sekolah, atau merasa sedih. Jika mereka enggan memberi tahu atau terlihat seperti tidak berharap ada yang peduli, itu bisa jadi sinyal bahwa mereka sudah terbiasa merasa sendiri.
Kasih sayang bukan hanya ditunjukkan lewat kata-kata, tapi juga lewat perhatian kecil sehari-hari seperti menanyakan kabar, memperhatikan ekspresi wajah mereka, atau menyediakan waktu untuk mendengarkan cerita, sekecil apa pun itu.Â
Meski pada usianya remaja memang sedang belajar untuk mandiri, tapi bukan berarti mereka tidak lagi membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya. Justru di usia ini, mereka sedang mencari tempat yang aman untuk kembali, di tengah semua gejolak perubahan yang mereka alami.
Menjadi orang tua dari anak remaja bukanlah tugas yang mudah. Diperlukan kepekaan, kesabaran, dan keterbukaan untuk benar-benar hadir secara emosional. Mulailah dengan hal sederhana seperti bertanya dengan tulus, meluangkan waktu, dan menunjukkan bahwa keberadaan mereka dihargai dan dicintai.
Kadang yang anak butuhkan bukan jawaban atau solusi, tapi hanya ingin tahu bahwa ada seseorang yang benar-benar peduli.
~Afril