Mengatasi Rasa Cemburu Anak terhadap Saudara yang Lebih Berprestasi

Share

Dalam keluarga, setiap anak memiliki keunikan, bakat, dan jalur perkembangan masing-masing. Namun, tidak jarang timbul perasaan cemburu dari salah satu anak jika melihat kakak atau adiknya dianggap lebih pintar dan berprestasi. 

Perasaan cemburu bisa muncul dari perasaan tidak dihargai, kurang diperhatikan, atau merasa kalah dalam persaingan tidak langsung dengan saudara sendiri. Jika tidak diatasi dengan bijak, perasaan ini dapat tumbuh menjadi luka emosional yang berpengaruh hingga dewasa.

Nah, bagaimana orang tua dapat mengenali dan mengatasi rasa cemburu anak terhadap saudara yang lebih berprestasi? Berikut beberapa tipsnya: 

Faktor Pemicu Kecemburuan Anak pada Saudara Kandung

Rasa cemburu bisa muncul ketika seorang anak merasa kurang diperhatikan, tidak dihargai, atau dibanding-bandingkan, baik secara langsung maupun tidak. Misalnya, ketika saudara kandung mendapat pujian karena nilai bagus atau prestasi akademik, sedangkan anak lainnya merasa usahanya tidak pernah mendapat apresiasi yang sama.

Beberapa faktor yang bisa memicu rasa cemburu, antara lain perbandingan antar anak oleh orang tua atau guru dan kurangnya validasi atau pujian atas usaha anak. Bisa juga karena ada persepsi tidak adil dalam perlakuan orang tua, misalnya satu anak selalu lebih diprioritaskan sementara yang lain merasa dinomorduakan. 

Rasa cemburu ini bukanlah tanda anak nakal atau bermasalah. Ini merupakan ekspresi emosi yang wajar dan perlu ditanggapi dengan empati. Sebagai orang tua, penting untuk mengenali sinyal-sinyal bahwa anak sedang merasa cemburu. Beberapa di antaranya meliputi:

  • Menjadi lebih mudah marah atau tersinggung terhadap saudaranya.

  • Menarik diri, tampak sedih atau kehilangan motivasi.

  • Mengkritik atau mengecilkan prestasi saudaranya.

  • Berusaha mendapat perhatian lebih dengan cara negatif, seperti membangkang atau merusak barang.

  • Sering mengatakan, “Mama/Papa lebih sayang dia daripada aku.”

Jika hal-hal ini mulai muncul, penting bagi orang tua untuk segera merespons sebelum perasaan negatif tersebut berkembang lebih jauh.

Cara Orang Tua Membantu Mengatasi Rasa Cemburu Anak

Mengelola kecemburuan anak tidak bisa dilakukan dalam satu hari. Dibutuhkan kesabaran, komunikasi, dan strategi yang tepat untuk menumbuhkan kepercayaan diri serta hubungan sehat antar saudara. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan:

1. Hindari Perbandingan Antar Anak

Setiap anak memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri. Orang tua perlu berhenti membandingkan anak, baik dalam kata-kata maupun sikap. Alih-alih berkata, “Kamu harus seperti kakakmu yang rajin,” cobalah berkata, “Mama suka lihat kamu berusaha menyelesaikan PR-mu sendiri, itu keren.”

Dengan menekankan nilai dari usaha, bukan hanya hasil, anak akan merasa lebih dihargai dan termotivasi berkembang tanpa harus merasa bersaing.

2. Berikan Waktu Khusus untuk Masing-Masing Anak

Kadang rasa cemburu muncul karena anak merasa diabaikan. Memberikan waktu eksklusif walau hanya 15–30 menit sehari untuk berbicara, bermain, atau sekadar melakukan hal bersama dapat sangat berarti. Ini menunjukkan bahwa perhatian orang tua tidak hanya datang saat ada prestasi.

3. Validasi Perasaan Anak Tanpa Menghakimi

Jika anak mulai menunjukkan kecemburuan, jangan langsung menyalahkannya. Dengarkan dengan empati tentang apa yang ia rasakan. Dengan memvalidasi perasaan mereka, anak merasa didengar dan lebih terbuka menerima bimbingan.

4. Dukung dan Bangun Potensi Anak yang Unik

Tidak semua anak harus unggul di bidang akademik. Mungkin ada yang lebih berbakat di seni, olahraga, atau kemampuan sosial. Tugas orang tua adalah membantu menemukan dan menumbuhkan potensi anak di bidangnya masing-masing. 

Dukung anak mengeksplor hal-hal baru, baik itu mengikuti klub olahraga, kursus kesenian, kelas bahasa, atau hal lain yang ia minati saat ini. Dengan begitu, anak akan merasa berharga dan tidak perlu bersaing secara tidak sehat dengan saudaranya.

5. Bangun Kolaborasi antar Saudara, Bukan Kompetisi

Orang tua bisa menciptakan aktivitas yang mendorong anak saling membantu, seperti menyusun proyek keluarga, bermain bersama, atau bekerja dalam tim. Hindari permainan atau komentar yang memicu persaingan tajam dan tunjukkan bahwa setiap anggota keluarga saling melengkapi, bukan saling bersaing.

6. Beri Contoh Lewat Sikap Orang Tua

Anak belajar dari apa yang mereka lihat. Bila orang tua sering membandingkan, mudah marah, atau bersikap tidak adil, anak akan meniru pola ini. Sebaliknya, dengan menunjukkan sikap adil, menghargai perbedaan, dan mengelola konflik secara sehat, anak pun belajar melakukan hal yang sama.

~Afril

Lihat Artikel Lainnya

Scroll to Top
Open chat
1
Ingin tahu lebih banyak tentang program yang ditawarkan Sinotif? Kami siap membantu! Klik tombol di bawah untuk menghubungi kami.