Tak semua orang tua bisa menerima saat anaknya ingin mengambil gap year atau jeda kuliah. Membayangkan anak mengambil cuti satu tahun dari studinya, merupakan konsep yang menantang bagi banyak orang tua.
Gap year adalah waktu yang dihabiskan di luar pendidikan formal. Biasanya diambil setelah lulus SMA, sebelum masuk kuliah. Banyak orang menganggap ini buang-buang waktu, padahal gap year tidak seburuk itu.
Siapa yang Cocok Mengambil Gap Year?
Anda tidak harus langsung menyetujui jika anak ingin mengambil gap year. Berikut adalah kriteria anak yang cocok dan akan mendapatkan manfaat jika menjalani jeda setahun sebelum kuliah.
- Tidak Merasa Cocok dengan Jurusan yang Dipilih
Jika anak telah mendaftar kuliah di jurusan tertentu, tetapi dia tidak 100% yakin itu jurusan yang tepat untuknya, ini bisa menjadi kesalahan yang mahal dan bisa membuatnya putus kuliah.
- Tidak Masuk Universitas atau Jurusan yang Diinginkan
Jika anak tidak lolos PTN yang menjadi impiannya, bukan jalan terbaik untuk memaksanya untuk menerima universitas lain yang tidak disukainya. Sama seperti poin di atas, ini bisa berisiko membuat anak jadi malas kuliah dan kemungkinan paling buruknya adalah berhenti kuliah di tengah jalan.
- Mental Anak Belum Siap
Menyelesaikan tahun terakhir SMA-nya sambil berusaha dengan keras untuk bisa masuk ke PTN impiannya, yang ternyata tidak terwujud, bisa membuat mental anak jatuh.
Jika anak dipaksakan untuk tetap kuliah “di mana saja”, dia akan masuk ke universitas tanpa kesempatan untuk “refresh” yang dapat menyebabkan kelelahan atau kinerja yang buruk selama kuliah.
Manfaat Gap Year yang Bisa Dirasakan Anak
Apa pun alasannya, anak akan mendapatkan banyak manfaat dari gap year, misalnya:
- Menjelajahi dunia sambil mengalami budaya dan tujuan baru.
- Mengembangkan keterampilan baru yang akan meningkatkan CV dan prospek pekerjaan, yang penting untuk pengembangan pribadi.
- Melatih kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi sehingga mendapatkan kepercayaan diri dan kedewasaan sambil menjadi mandiri.
- Memiliki waktu untuk memikirkan jalur masa depan dalam pendidikan atau karir.
Jika anak tidak yakin universitas atau jurusan apa yang akan dipelajari, gap year adalah peluang bagus untuk mempertimbangkan pilihan yang paling tepat untuknya.
Pilihan yang Bisa Dilakukan Selama Gap Year
Ada begitu banyak cara untuk menghabiskan tahun jeda. Berikut adalah beberapa opsi yang mungkin dilakukan.
- Pelajari Keterampilan Baru, sambil Tetap Belajar
Gap year bisa menjadi kesempatan bagus bagi anak untuk mempelajari keterampilan baru. Misalnya, mendalami bahasa asing yang belum terlalu dikuasainya atau kursus hard skill seperti coding, AI, dan sebagainya.
Selain bisa menjadi nilai plus di CV anak, kegiatan ini dapat memicu minat baru yang bisa membantunya menentukan jurusan kuliah yang paling tepat untuknya. Cara ini juga membuat otak anak tetap terbiasa dengan belajar.
Jadi, saat anak ingin kembali mengikuti UTBK SNBT dan ikut kursus selama beberapa bulan sebelumnya, otak anak tidak akan kaget diajak belajar keras lagi.
- Menjadi Relawan
Untuk mengisi waktu kosong saat gap year, tawarkan anak untuk mengikuti kegiatan sukarela. Anak bisa menjadi sukarelawan di sekolah, organisasi konservasi atau lingkungan, dan membantu proyek-proyek komunitas.
Menjadi sukarelawan akan memberi anak kesempatan untuk belajar banyak hal tentang diri sendiri dan orang lain. Pengalaman ini juga akan terlihat fantastis di CV anak nanti dan dapat mengubah pandangan hidupnya.
Bahkan, anak bisa menjadi sukarelawan di luar negeri yang dapat secara signifikan meningkatkan prospek karir dengan memberi mereka pengalaman dan keterampilan unik yang menonjol bagi pemberi kerja.
Ini karena pengalaman menjadi sukarelawan di luar negeri menunjukkan kemauan untuk keluar dari zona nyaman, kemampuan beradaptasi, dan perspektif global. Semuanya itu sangat dihargai di dunia yang saling terhubung saat ini.
Melalui kegiatan sukarela, anak dapat mengembangkan keterampilan penting seperti pemecahan masalah, komunikasi, kerja sama tim, dan kepemimpinan. Selain itu, kegiatan ini juga menunjukkan komitmen untuk memberikan dampak positif, yang dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi perusahaan.
Salah satu kegiatan sukarela yang bisa diikuti adalah menjadi pengajar di Indonesia Mengajar. Pengalaman berharga yang akan didapatkan anak dari kegiatan ini adalah mengajar di daerah-daerah terpencil yang memang memiliki jumlah guru terbatas.
Kelebihan menjadi sukarelawan di sini adalah mendapatkan gaji per bulan. Meski tidak besar, tetap jumlah uang yang diberikan masih cukup untuk membiayai kehidupan sehari-hari selama menjadi pengajar.
Dengan menjadi guru di daerah terpencil, anak akan dengan cepat mengembangkan kemampuan interpersonal, komunikasi, dan manajemen dengan orang lain.
- Bekerja dan Tinggal di Luar Negeri
Jika Anda memiliki keluarga atau kenalan di luar negeri, dorong dia untuk mencoba tinggal dan kerja di sana dengan menggunakan visa liburan kerja atau work holiday visa. Negara terdekat yang memiliki visa jenis ini adalah Australia.
Ada banyak manfaat dari working holiday, termasuk:
- Kesempatan untuk merasakan susahnya bekerja dan mendapatkan uang.
- Mendapatkan pengalaman kerja untuk membantu prospek pekerjaan di masa depan.
- Membangun kemandirian dengan tinggal jauh dari orang tua.
- Menjalin pertemanan baru di belahan dunia lain.
Visa liburan kerja tersedia bagi pemegang paspor berusia 18 tahun ke atas dan memungkinkan untuk tinggal hingga tiga tahun di Australia. Namun, beri batasan waktu pada anak agar tidak terlalu lama menjalaninya.
Jadi, tak perlu mempermasalahkan lagi jika anak ingin mengambil gap year. Selama anak masih bisa diawasi dan diingatkan bahwa dia masih memiliki tanggung jawab untuk kuliah, biarkan anak mengambil jeda selama setahun.
Bukan tidak mungkin cara ini justru membuat anak menjadi lebih tahu apa yang ingin dipelajarinya di universitas dan tujuan yang paling cocok untuknya.
~Febria