Gen Z Nepal Pilih Perdana Menteri Lewat Discord, Tunjukkan Cara Anak Muda Memilih Pemimpin

Share

Beberapa waktu lalu, Nepal sedang mengalami krisis politik besar. Perdana Menteri KP Sharma Oli mundur setelah gelombang protes besar-besaran yang dipimpin oleh Generasi Z atau Gen Z.

Penyebab utama protes adalah larangan pemerintah terhadap sekitar 26 aplikasi media sosial, termasuk Instagram, YouTube, dan X (Twitter). Bagi anak muda, larangan ini dianggap sebagai pembungkaman kebebasan berbicara.

Selain itu, mereka juga marah karena korupsi, nepotisme, serta kegagalan pemerintah menangani berbagai masalah. Demonstrasi meluas, memakan korban jiwa, hingga akhirnya Oli mengundurkan diri.

Parlemen pun dibubarkan dan pemilu baru dijadwalkan pada Maret 2026. Dalam masa transisi ini, dibutuhkan pemimpin sementara atau interim. Gen Z Nepal pun tak tinggal diam.

Gen Z dan “Pemilu Digital” Lewat Discord

Di tengah kekosongan itu, Gen Z mengambil langkah mengejutkan. Mereka menggunakan Discord, aplikasi chat yang populer di kalangan gamer, untuk berdiskusi dan memilih siapa pemimpin sementara.

Melalui server bernama Youth Against Corruption yang dikelola kelompok Hami Nepal, ribuan anak muda berdiskusi, berdebat, dan melakukan polling. Bahkan diaspora Nepal di luar negeri ikut serta.

Dari proses itu, mereka memilih Sushila Karki, mantan Ketua Mahkamah Agung Nepal, sebagai perdana menteri interim.

Mengapa Discord yang dipilih? Ada beberapa alasannya, yaitu:

  • Tidak percaya dengan politikus lama. Gen Z merasa partai tradisional penuh korupsi dan janji kosong.
  • Larangan media sosial. Ketika platform lain diblokir, Discord jadi ruang alternatif yang lebih bebas.
  • Teknologi lebih inklusif. Discord memungkinkan debat terbuka, suara transparan, dan partisipasi lintas wilayah.

Momen ini menunjukkan betapa besarnya peran Gen Z di Nepal. Mereka tidak hanya turun ke jalan, tetapi juga memanfaatkan teknologi untuk membentuk proses politik. Beberapa peran penting Gen Z adalah:

  • Memimpin protes. Gen Z-lah yang mengorganisir demonstrasi di banyak kota.
  • Penggerak digital. Mereka membuat ruang diskusi di Discord untuk menyuarakan aspirasi.
  • Pengambil keputusan. Mereka memilih siapa yang layak memimpin sementara dengan cara baru.

Dampak yang Dirasakan di Nepal

Langkah yang dilakukan oleh Gen Z ini tentuk saja membawa perubahan besar, diantaranya:

  • Reformasi sementara. Pemerintahan Sushila Karki ditugaskan memulihkan stabilitas, menangani korban protes, dan menyiapkan pemilu 2026.
  • Demokrasi digital. Discord dipakai sebagai eksperimen demokrasi baru. Jika berhasil, bisa jadi contoh global tentang keterlibatan anak muda.
  • Budaya politik baru. Anak muda menunjukkan bahwa mereka tak mau hanya jadi penonton. Mereka menuntut transparansi, keadilan, dan hak bersuara.

Pelajaran yang Bisa Diambil untuk Anak Muda Indonesia

Apa yang terjadi di Nepal bisa jadi cermin bagi anak-anak muda di Indonesia yang juga sudah terbiasa dengan teknologi.

Salah satunya adalah menggunakan teknologi bukan hanya untuk hiburan, tetapi juga untuk menyampaikan pendapat, memperjuangkan keadilan, bahkan ikut menentukan arah bangsa.

Simpulannya, anak muda di berbagai negara bisa belajar dari Gen Z Nepal yang berhasil membuat dunia terkejut. Dari jalanan hingga ruang digital, mereka berhasil memaksa perubahan dan bahkan memilih perdana menteri interim lewat Discord.

Ini adalah bukti bahwa generasi muda punya kekuatan besar dan teknologi bisa menjadi alat untuk memperjuangkan demokrasi.

Bagi orang tua, penting untuk mendampingi anak-anak dalam melakukannya. Pastikan untuk mengajarkan berpikir kritis, bijak memakai media sosial, dan memahami dampak setiap tindakan digital.

Dengan begitu, generasi muda bisa tetap idealis, tetapi juga bertanggung jawab.

 

~Febria

Lihat Artikel Lainnya

Scroll to Top
Open chat
1
Ingin tahu lebih banyak tentang program yang ditawarkan Sinotif? Kami siap membantu! Klik tombol di bawah untuk menghubungi kami.