Disiplin Positif untuk Anak Remaja, Bisa Jadi Cara Efektif Orang Tua Mendidik Tanpa Drama

Share

Saat anak mulai beranjak remaja, hubungan orang tua dan anak bisa berubah dengan cepat. Kadang anak terlihat sudah sangat mandiri, tetapi di saat yang sama dia juga masih butuh bimbingan dan kehadiran orang tua.

Anak mungkin bersikap seperti tidak mau mendengarkan ayah dan ibunya, tetapi sebenarnya ingin mendengarkan mereka. Di masa ini, peran orang tua jadi sedikit rumit, yaitu harus jadi pendengar yang baik, penasehat yang bijak, dan tetap jadi orang tua yang tegas.

Nah, salah satu pendekatan yang sangat disarankan untuk mengasuh remaja adalah disiplin positif. Ini bukan soal memberi hukuman, tetapi soal membimbing anak lewat rasa hormat, pengertian, dan kerja sama.

Gaya mendidik yang terlalu otoriter mungkin cocok saat anak masih kecil. Namun, untuk anak remaja, pendekatan yang lebih terbuka dan dialogis akan jauh lebih efektif.

Mengapa Disiplin Positif Penting untuk Remaja?

Dengan disiplin positif, anak remaja akan belajar:

  • Mengerti kenapa penting untuk berperilaku baik.
  • Mengembangkan kemandirian.
  • Bertanggung jawab atas pilihannya.
  • Belajar cara menyelesaikan masalah.

Semua hal tersebut adalah bekal penting saat anak tumbuh jadi orang dewasa. Karena faktanya, meskipun tubuhnya terlihat dewasa, otak remaja masih berkembang dan belum sepenuhnya siap mengambil keputusan besar tanpa bantuan.

4 Teknik Disiplin Positif yang Bisa Dicoba

Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk membimbing anak remaja tanpa bentakan dan drama.

  1. Tunjukkan Rasa Ingin Tahu yang Tulus

Psikolog Janis Whitlock menyarankan pendekatan yang disebut “rasa ingin tahu yang hormat.” Intinya, tanyakan pada anak remaja apa yang dipikirkan atau dirasakannya tanpa langsung menghakimi.

Misalnya, jika anak pulang terlambat, daripada langsung marah, orang tua bisa berkata, “Mama/papa mau tahu, apa yang bikin kamu pulang lebih lama dari biasanya tadi malam?”

Dengan nada bicara yang tenang dan tulus, anak akan merasa lebih dihargai dan kemungkinan besar akan terbuka.

Empat prinsip dalam pendekatan ini adalah:

  • Hormati anak sebagai individu.
  • Benar-benar tertarik pada ceritanya.
  • Ajukan pertanyaan yang membangun.
  • Dorong anak untuk berpikir sendiri.
  1. Ajak Anak Menentukan Nilai dan Aturan Bersama

Waktu anak masih kecil, semua nilai dan aturan datang dari orang tua. Sekarang, sudah waktunya memberi ruang agar anak remaja bisa menentukan apa yang penting baginya.

Misalnya, orang tua memiliki aturan jam malam pukul 9 malam, tetapi anak merasa pukul 10 malam masih oke. Daripada langsung melarang, ajak diskusi.

Jika anak selalu pulang tepat waktu dan menepati aturan jam malam yang diterapkan, maka aturan bisa dilonggarkan jadi pukul 10 malam. Namun, jika anak sering melanggarnya alias pulang telat, maka aturan kembali ke semula atau ada konsekuensi lain.

Dengan cara ini, anak belajar bahwa aturan bukan sesuatu yang dipaksakan, tetapi hasil kesepakatan bersama yang harus dijaga.

  1. Berikan Konsekuensi yang Masuk Akal

Kalau anak melanggar aturan, tentu harus ada konsekuensinya. Namun, pastikan konsekuensinya masuk akal dan sesuai umur. Misalnya:

  • Kalau anak pergi dengan meminjam mobil atau motor dan terlambat pulang, konsekuensinya tidak boleh pergi selama seminggu.
  • Jika menyebabkan kerusakan dengan barang yang dipinjamnya, anak harus ikut menanggung biaya perbaikan.

Konsekuensi seperti ini terasa adil dan mengajarkan tanggung jawab. Bahkan dalam banyak kasus, konsekuensi alami seperti harus minta maaf atau memperbaiki kesalahan bisa lebih efektif daripada hukuman yang berat.

Namun, pastikan hukuman yang diberikan tidak ikut menyusahkan orang tua. Lebih baik berikan konsekuensi kecil, tetapi konsisten, yang lebih efektif dibanding konsekuensi besar dan jarang diterapkan.

  1. Bangun Kepercayaan dan Komunikasi

Semua teknik di atas tidak akan efektif kalau orang tua dan anak tidak saling percaya dan berkomunikasi dengan baik. Jadi, penting untuk membangun suasana yang hangat di rumah dengan cara berikut:

  • Hormati privasi anak.
  • Tepati janji yang orang tua buat.
  • Tunjukkan bahwa orang tua mendukung anak, bahkan saat berbuat salah.

Komunikasi bukan cuma soal berbicara, tetapi juga soal mendengarkan. Semakin anak merasa dimengerti, semakin dia bersikap terbuka.

Pentingnya Menggunakan Konsekuensi Secara Bijak

Saat anak melanggar aturan, dalam teknik disiplin positif, berikut beberapa cara yang bisa dilakukan:

  1. Buat Konsekuensi yang Relevan

Contoh paling mudah adalah jika anak terlambat pulang, maka hari berikutnya selama seminggu ke depan, dia harus pulang lebih awal.

  1. Tegaskan Kerja Sama

Kalau anak tidak menaruh baju kotor di keranjang, beritahu bahwa bajunya tidak akan dicuci karena orang tua atau asisten rumah tangga hanya akan mencuci pakaian yang sudah dikumpulkan dengan benar.

Dengan aturan ini, anak akan belajar bahwa kerja sama adalah dua arah.

  1. Terapkan Tarik Hak Istimewa

Misalnya, kalau anak melanggar kesepakatan soal waktu penggunaan gadget, orang tua bisa membatasi akses ke ponsel selama beberapa hari. Jangan terlalu lama dan beritahu sebelumnya agar anak bisa mempertimbangkannya.

Untuk memperkuat konsekuensi, orang tua juga bisa melakukan cara berikut:

  1. Komunikasikan dengan Jelas

Orang tua harus menjelaskan aturan dan konsekuensi dengan tenang pada anak. Jangan terburu-buru saat emosi masih tinggi sehingga anak akan sulit menerimanya. Jelaskan juga alasan di balik penetapan aturan dan pemberian konsekuensi tersebut.

  1. Ajak Anak Refleksi Diri

Diskusikan bersama apa yang bisa dilakukan agar kejadian yang sama tidak terulang. Sering kali, anak justru memberi saran konsekuensi yang lebih tegas daripada yang dibayangkan orang tua.

Disiplin Positif = Hubungan Lebih Sehat

Disiplin positif bukan berarti membiarkan anak berbuat sesuka hati. Justru sebaliknya, ini adalah cara mendidik mereka untuk jadi pribadi yang bertanggung jawab, percaya diri, dan punya nilai hidup yang kuat.

Orang tua tidak harus menjadi orang tua yang sempurna,  cukup jadi orang tua yang mau belajar dan tumbuh bersama anak.

Hal terpenting adalah jangan pernah berhenti menjadi tempat pulang bagi anak remaja, tidak peduli berapa banyak aturan yang dilanggar atau kesalahan yang dibuat.

~Febria

Lihat Artikel Lainnya

Scroll to Top
Open chat
1
Ingin tahu lebih banyak tentang program yang ditawarkan Sinotif? Kami siap membantu! Klik tombol di bawah untuk menghubungi kami.