Di media sosial X, sempat viral video yang memperlihatkan seorang ibu yang membuat anaknya menangis dan bersalah karena mengatakan dia tidak menyukai masakan ibunya.
Beberapa pengguna X menyebutnya sang ibu menggunakan pola asuh military atau commando parenting. Mereka bahkan setuju penggunaan pola asuh ini karena saat ini banyak anak yang dirasa terlalu “bebas” bersikap kepada orang tuanya.
Sebenarnya, apa itu commando parenting dan apa plus minusnya jika diterapkan pada anak? Benarkah ini pola asuh yang baik untuk anak? Ini penjelasannya.
Pengertian Commando Parenting
Ide utama pola asuh ini adalah “dalam mengasuh anak, ada tujuan dan sasaran yang harus dicapai, apa pun yang terjadi”.
“Pola asuh komando adalah strategi yang awalnya diusulkan oleh Dr. Phil pada 2004 – 2005 untuk menangani perilaku anak yang tidak diinginkan,” jelas Dr. Jessica Stern, psikolog perkembangan di University of Virginia, yang mengajar perkembangan anak, pengasuhan anak, dan hubungan orang tua-anak.
Mentalitas dari pengasuhan komando ini adalah “lakukan apa pun yang diperlukan”, “pantang mundur”, dan membuat anak mengubah perilakunya “dengan cara apa pun yang diperlukan”.
Michelle Giordano, konselor komunitas dan spesialis penjangkauan, mengatakan, “Pola asuh ini mengacu pada gaya pengasuhan yang ditandai dengan kontrol ketat dan penegakan aturan serta harapan yang ketat.”
Ini membuat orang tua merasa berhak untuk menyingkirkan semua barang yang disayangi dan dinikmati anak dari kamar tidurnya.
Nilai Plus Commando Parenting
- Membantu Anak Memahami Ekspektasi
“Ada beberapa manfaat dari pola asuh ini, seperti menggunakan penghargaan dan hukuman untuk membentuk perilaku anak dan konsistensi adalah kuncinya,” kata Dr. Stern.
Ia mengatakan bahwa menghilangkan hak istimewa ketika anak berperilaku buruk bisa efektif jika dibarengi dengan pemahaman dan penalaran dengan anak. Ini dapat memperkuat pentingnya aturan dan harapan padanya.
- Menetapkan Batasan dan Menyediakan Struktur
“[Salah satu kelebihan] pola asuh komando adalah batasan yang jelas karena memberikan batasan dan ekspektasi yang jelas sehingga membantu anak-anak membangun rasa stabilitas,” jelas Giordano.
- Privileges Diperoleh, Bukan Diberikan
“Membuat anak mendapatkan privileges melalui perilaku positif juga bisa efektif,” kata Dr. Stern.
Giordano setuju, dengan menambahkan, “Orang tua yang menerapkan commando parenting dapat menggunakan pujian, pengakuan, dan hadiah untuk mendorong anak mengikuti aturan dan menunjukkan perilaku yang baik.”
Namun, pastikan kalau anak tidak perlu berusaha untuk mendapatkan cinta orang tua karena itu seharusnya diberikan tanpa syarat.
- Menumbuhkan Disiplin Melalui Tanggung Jawab
Giordano menegaskan, “Pola asuh komando membantu menanamkan disiplin dan tanggung jawab kepada anak-anak.”
Dengan memberi penghargaan pada perilaku yang baik, orang tua dapat mendorong anak untuk mematuhi aturan dan harapan, serta menghindari perilaku negatif atau melanggar aturan.
Nilai Minus Commando Parenting
- Berdampak Negatif pada Hubungan
Anak yang dibesarkan di lingkungan dengan pola asuh komando ini mungkin merasa bahwa dia tidak diizinkan membuat kesalahan atau mengekspresikan diri secara bebas.
Dampak negatifnya adalah rasa percaya diri dan kemampuannya untuk membentuk hubungan yang sehat menurun atau bahkan minim sekali.
- Menurunkan Harga Diri yang Menyebabkan Masalah Kesehatan Mental
“Kekhawatiran dengan commando parenting adalah potensi tingkat stres dan kecemasan yang tinggi pada anak-anak, serta potensi bahaya terhadap harga diri dan rasa otonomi mereka,” jelas Giordano.
Dr. Stern menambahkan, “Hukuman yang ekstrim, misalnya, disiplin fisik yang keras, juga dikaitkan dengan masalah kesehatan mental di kemudian hari, seperti penggunaan narkoba, kecemasan, dan depresi.”
- Mendorong Perilaku Tertutup
Anak yang dibesarkan dengan pola asuh ini biasanya akan melakukan apa yang orang tua inginkan saat dilihat, tetapi kembali ke kebiasaan lama saat hadiah berhenti datang atau saat tidak ada orang yang melihatnya.
- Tidak Mampu Mengasah Kemampuan Emosional
Dr. Stern mengingatkan bahwa anak tidak hanya mempelajari pelajaran yang disampaikan orang tua kepadanya. Misalnya, jika anak tidak mengerjakan PR, maka orang tua akan mengambil semua mainannya.
Namun, yang sering dilupakan adalah anak juga mempelajari cara orang dewasa berperilaku. Anak akan mencontoh bagaimana orang tuanya menegosiasikan kekuasaan, mengelola emosi, menyelesaikan konflik, dan menjalin hubungan.
“Commando parenting menggunakan kekuasaan untuk mengendalikan, menimbulkan rasa sakit emosional, menyelesaikan konflik dengan kekerasan dan bukan dengan negosiasi, serta mengorbankan hubungan yang baik,” jelasnya.
Jadi, jangan kaget jika anak meniru perilaku yang dialaminya dengan saudara-saudara dan dengan teman sebayanya.
Apakah Pola Asuh Ini Efektif?
Tergantung bagaimana orang tua mendefinisikan “efektif”.
Dr. Stern menjelaskan, “Tidak ada dasar ilmiah untuk pola asuh komando, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa pola asuh ini berhasil dan tidak ada dukungan dari sebagian besar dokter anak, psikolog, dan ahli perkembangan anak.”
Meskipun gaya pengasuhan yang berbeda dapat berhasil untuk beberapa orang dan tidak untuk orang lain, pengasuhan komando tidak diragukan lagi memiliki potensi risikonya sendiri.
Meski anak bisa termotivasi oleh hadiah dan hukuman yang masuk akal, seperti time-out atau menghilangkan waktu bermain gadget, tetapi bentuk hukuman yang ekstrim dan insentif sering kali menjadi bumerang atau hanya berhasil dalam jangka pendek.
“Berlebihan dalam menerapkan strategi perilaku dengan menahan kasih sayang atau interaksi sosial tidak baik untuk perkembangan anak,” katanya.
Jadi, jika memang ingin menerapkan commando parenting pada anak, pastikan orang tua mencampurnya dengan pola asuh lain yang akan memberikan dampak yang lebih positif pada anak.
~Febria