Di era serba online, gangguan atau distraksi digital sering kali datang tanpa diundang. Mulai dari notifikasi WhatsApp grup kelas, video pendek yang “cuma 1 menit”, atau game yang “sebentar lagi tamat”.
Bagi anak SMP dan SMA, distraksi ini bukan sekadar mengganggu fokus sesaat. Dampaknya bahkan bisa menurunkan kualitas pemahaman pelajaran, menguras waktu belajar, dan mengganggu tidur.
Riset menunjukkan, anak di Indonesia menggunakan internet rata-rata lebih dari 5 jam per hari sehingga peluang terpapar distraksi saat belajar sangat besar.
Mengapa ini serius? Pertama, multitasking belajar sambil cek ponsel membuat otak bekerja lebih keras dan menurunkan kapasitas kognitif yang tersedia untuk tugas utama.
Bahkan, kehadiran ponsel di meja belajar, meski tidak dipakai, dapat mengurangi kapasitas kognitif yang siap dipakai untuk berpikir. Artinya, nilai ulangan bisa terdampak walau ponsel hanya “diam” di samping buku.
Kedua, notifikasi saja, lewat bunyi atau vibrasi, sudah cukup memecah perhatian dan menurunkan performa pada tugas kognitif.
Ketiga, studi kelas nyata menemukan bahwa membagi perhatian dengan perangkat untuk hal nonakademik menurunkan retensi jangka panjang materi, yang berujung pada nilai ujian akhir yang lebih rendah.
Kabar baiknya, orang tua bisa mengambil langkah sederhana dan efektif untuk menurunkan distraksi digital tanpa harus “perang” tiap hari.
Gejala umum yang perlu diwaspadai saat anak mengalami distraksi digital adalah:
- Waktu belajar molor karena “cek sebentar” jadi berkepanjangan.
- Sering lupa materi yang barusan dibaca atau dijelaskan.
- Tugas selesai mepet atau kualitasnya turun.
- Sulit tidur karena belajar jadi terlalu malam atau karena tetap online di kamar.
Langkah-Langkah yang Bisa Dilakukan Orang Tua
-
Buat Family Media Plan
American Academy of Pediatrics (AAP) menyarankan keluarga menyusun Family Media Plan yang berisi aturan bersama tentang kapan, di mana, dan bagaimana gadget dipakai di rumah, termasuk selama mengerjakan PR atau belajar).
Contohnya, seluruh anggota keluarga bisa menyepakati “satu gadget pada satu waktu”. Tuliskan aturannya, tempel di dinding belajar, dan orang tua ikut patuh supaya konsisten.
-
Ciptakan Zona dan Jam Bebas Gadget saat Belajar
Karena ponsel yang berada di dekat anak saja sudah mengurangi kapasitas kognitif, strategi paling ampuh adalah menaruh ponsel di luar jangkauan selama sesi belajar.
Orang tua bisa membuat aturan “parkir ponsel” di ruang tamu dengan menggunakan kotak khusus atau laci terkunci ringan agar tidak mudah diambil anak. Ponsel bisa dimatikan atau sambil dicas agar anak tidak gelisah kehabisan baterai.
Durasi untuk melakukannya sekitar 45 – 60 menit per sesi, diikuti istirahat 10 – 15 menit saat anak boleh cek ponsel sebentar.
-
Atur Notifikasi dan Aktifkan Mode Fokus atau Do Not Disturb
Karena notifikasi sendiri sudah cukup memecah perhatian, bantu anak mematikan notifikasi yang tidak penting saat belajar, aktifkan Do Not Disturb atau Focus Mode, dan izinkan hanya panggilan orang tua atau guru yang boleh dibalas.
Buat mode khusus “Belajar” di ponsel atau laptop anak untuk mengatur aplikasi apa saja yang boleh aktif. Pada iOS/Android, buat “Focus: Study” sehingga hanya aplikasi kamus dan kalkulator yang diizinkan, sisanya diblok sementara.
-
Rancang Lingkungan Belajar yang Minim Pemicu
Pastikan meja belajarnya rapi dan bahan pelajarannya sudah siap saat anak mulai belajar. Gunakan aplikasi pemblokir situs bila anak belajar menggunakan komputer atau laptop. Jika memungkinkan, TV yang ada di ruangan yang sama selama anak belajar harus dimatikan.
Jika harus riset daring, gunakan profil browser “Belajar” yang otomatis membuka hanya Google Docs, portal sekolah, dan kamus.
-
Terapkan Ritme Belajar yang Realistis
Mulai dengan 45 – 60 menit fokus ditambah 10 – 15 menit jeda untuk anak SMA. Sementara untuk anak SMP mungkin lebih cocok belajar selama 30 – 40 menit. Saat jeda, biarkan anak untuk stretching, minum, ke toilet, atau cek ponsel maksimal 2 – 3 menit. Gunakan timer analog agar anak tidak tergoda membuka ponsel.
-
Latih Keterampilan Fokus, Bukan Sekadar Melarang
Ajak anak merefleksikan pemicu distraksi, misalnya dengan menanyakan mengapa dia ingin selalu cek HP. Setelah itu, rancang solusi untuk mengatasinya, seperti pasang mode fokus atau metode “parkir HP”.
Setelah melakukannya, minta anak mencatat tiga kemajuan yang dirasakannya selama sesi belajar tanpa ponsel tadi. Fokus pada progres, bukan perfeksionisme.
-
Orang tua Harus Jadi Role Model
Anak meniru kebiasaan orang tua. Jadi, saat menerapkan jam bebas layar keluarga, misalnya saat makan malam dan satu jam sebelum tidur, pastikan orang tua juga melakukannya.
Selain menghindari gadget menjelang tidur, AAP juga merekomendasikan untuk tidak menaruh perangkat di kamar tidur. Ini membantu kualitas tidur anak dan kesiapan belajarnya esok hari.
-
Pastikan Anak Tidur Cukup
Belajar butuh otak yang segar. AAP menekankan pentingnya tidur cukup, aktivitas fisik, dan waktu tanpa media. Remaja umumnya butuh 8 – 10 jam tidur. Jika anak sering begadang karena gadget, singkirkan perangkat tersebut dari kamar untuk mencegah “scrolling” larut malam.
Contoh Aturan yang Bisa Diterapkan di Rumah
Skenario 1
Rina sering cek chat WA Group kelas saat mengerjakan PR IPA hingga tidur lewat pukul 11 malam.
Solusi: Orang tua membuat Family Media Plan, yaitu “parkir HP” selama pukul 19.00 – 21.00 atau saat waktu belajar, Mode Fokus aktif, dan meja belajar tanpa TV. Dalam 2 minggu, Rina menyelesaikan PR lebih cepat dan bisa tidur sebelum 22.00.
Skenario 2
Arif belajar dengan laptop dan sering terdistraksi menonton video. Orang tua membuat profil browser “Belajar” dan ditambah aplikasi pemblokir situs selama 60 menit fokus. Hasilnya, Arif melaporkan lebih mudah “masuk” ke materi dan nilai ulangan harian berikutnya naik.
Skenario 3
Nadya merasa cemas kalau ponselnya jauh. Orang tua mulai dari langkah kecil, yaitu ponsel ditaruh di rak sejauh 3 meter dari meja belajar, notifikasi dimatikan, dan jeda 10 menit tiap 40 menit untuk cek pesan penting.
Kecemasannya menurun karena tetap merasa “aman”, tetapi fokus belajarnya meningkat. Ini karena menurut penelitian, jarak dari ponsel dan reduksi notifikasi membantu menjaga kapasitas perhatian.
Dengan melakukan langkah-langkah di atas, orang tua membantu anak untuk benar-benar belajar, bukan sekadar duduk di depan buku sambil “terhubung ke mana-mana”.
~Febria