Cara Agar Anak Lebih Peduli dan Mengerti tentang Pelecehan Seksual, Harus Diajarkan Sejak Dini!

Share

Orang tua akan mengajari anak-anaknya untuk menjaga diri mereka tetap aman. Misalnya, tidak mendekati kompor yang sedang menyala, melihat ke kiri dan kanan sebelum menyeberang jalan, atau bahkan berhati-hati saat berjalan dan berlari agar tidak jatuh.

Namun, ada satu hal yang sering terlupakan—atau bahkan sengaja tidak diberitahukan karena dianggap—untuk diajarkan hingga terkadang sudah terlambat, yaitu pengenalan tentang pelecehan seksual.

Orang tua tidak bisa menutup mata bahwa pelecehan seksual pada anak merupakan masalah yang nyata dan sudah banyak korbannya. Sangat penting untuk meningkatkan kesadaran tentang masalah ini sehingga anak bisa terhindari menjadi salah satu korban.

Pahami Apa Itu Pelecehan Seksual Anak

Pelecehan seksual pada anak mengacu pada aktivitas seksual apa pun yang dilakukan oleh orang dewasa dengan seorang anak yang tak bisa melawan atau dalam keadaan dipaksa.

Ini tidak hanya mencakup kontak fisik, tetapi juga tindakan tanpa kontak seperti mengirimkan foto atau teks yang berbau pornografi pada anak.

Trauma yang disebabkan oleh pelecehan semacam itu dapat memiliki efek yang mendalam dan tahan lama pada mental, emosional, dan fisik anak, yang bisa berlanjut hingga dewasa.

Pelecehan sering kali tidak diketahui karena sifatnya yang tersembunyi dan para korban mungkin tidak berbicara karena takut, malu, atau kurangnya kesadaran bahwa apa yang dialaminya adalah pelecehan.

Hal ini justru dapat melanggengkan siklus pelecehan dan menghalangi para korban untuk mencari bantuan yang dibutuhkan.

Bagaimana Bicara dengan Anak Mengenai Hal Ini?

Penting untuk memulai pembicaraan dengan anak tentang tubuh dan persetujuan mereka sejak masih kecil.

Melalui diskusi tersebut, anak dapat belajar mengenai mana yang benar dan salah, serta membiasakan diri untuk mengatakan “tidak” dan mencari bantuan ketika membutuhkannya.

Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang melakukan pembicaraan secara terbuka dengan orang dewasa tentang tubuh dan persetujuan yang dimilikinya, cenderung tidak mengalami pelecehan seksual.

Mereka juga lebih mungkin untuk mengungkapkan situasi pelecehan jika mengalaminya, bukan memendam dan justru melakukan hal-hal yang buruk sebagai pelarian.

Berikut adalah beberapa cara yang bisa dilakukan para orang tua kepada anak-anaknya.

  1. Terlibat pada Waktu yang Tepat

Anak-anak adalah pribadi yang tangguh dan otak mereka memiliki cara yang luar biasa untuk melindungi dirinya. Namun, hal ini juga dapat membuat intervensi menjadi sebuah tantangan.

Jadi, ketika orang tua perlu mengajukan pertanyaan yang lebih menyelidik, lakukan ketika mereka sedang bermain atau saat beraktivitas fisik.

Otak dan perkembangan anak berbeda dan pertanyaan secara langsung tidak selalu berhasil, terutama jika orang tua mencoba membuat mereka terbuka tentang sesuatu yang menakutkan, menimbulkan rasa takut, atau menimbulkan trauma.

Terkadang, jika otak anak sudah sibuk dengan mewarnai, menggambar, atau membuat lingkaran, akan lebih mudah bagi mereka untuk berbicara tentang topik yang lebih emosional.

Ajukan pertanyaan sambil memberitahu anak bahwa kedua orang tuanya menyayanginya, selalu bersedia mendengar apa pun yang diceritakannya, dan bahwa orang tua tidak akan pernah menghakimi atau mempermalukannya.

  1. Normalkan Pembicaraan yang Dianggap Tabu

Saat membesarkan anak, berikan pendidikan pencegahan di sepanjang pembicaraan dengannya sehingga dia mengetahui batasan yang tepat untuk tubuhnya, serta memahami siapa yang boleh menyentuhnya dan siapa yang tidak.

Lakukan hal ini saat mengganti popok, selama pelatihan menggunakan toilet, dan di ruang praktek dokter saat mereka tumbuh dewasa. Buatlah pernyataan yang singkat dan langsung pada pokok permasalahan karena anak mungkin tidak menyukai percakapan yang panjang.

Ajak anak berdiskusi mengenai tubuhnya yang tak boleh disentuh tanpa seizinnya. Beritahukan bahwa hanya dokter atau orang tua yang boleh menyentuh alat kelaminnya, itupun hanya untuk membersihkan atau memeriksa dengan cepat, dan harus selalu ada orang dewasa lain yang mendampinginya.

  1. Berikan Alternatif Orang yang Tepat untuk Diajak Bicara

Salah satu pekerjaan tersulit sebagai orang tua adalah mengetahui bahwa ayah dan ibunya seringkali bukanlah orang yang akan dituju oleh anak-anak saat perlu berbicara atau ingin bertanya.

Jadi, beri pengertian pada anak bahwa jika dia tidak nyaman membicarakan topik tertentu dengan orang tuanya, dia harus mendatangi orang yang tepat untuk diajak bicara.

Berikan alternatif yang aman dan terbaik untuknya, seperti sahabat yang bisa dia percaya, kakak atau adiknya, sepupu, dan bahkan om atau tantenya.

  1. Ajari Anak Keluar dari Situasi yang Tidak Nyaman

Anak mungkin merasa tidak nyaman mengatakan “tidak” kepada orang lain, terutama kepada teman sebaya yang lebih tua atau orang dewasa.

Katakan kepadanya bahwa tidak apa-apa untuk berkata tegas atau bahkan berteriak kepada orang dewasa jika ada sesuatu yang dirasa tidak beres atau jika situasinya terasa tidak nyaman.

Misalnya, jika ada orang yang ingin melihat atau menyentuh bagian pribadinya, bilang anak untuk dengan tegas berkata “tidak” atau bahkan berteriak jika orang tersebut memaksa agar mendapatkan bantuan dari orang lain.

Ketika anak sudah lebih besar, ajarkan kode yang dapat digunakannya ketika merasa tidak aman.

Ini dapat digunakan di rumah, ketika ada tamu di rumah, atau ketika sedang bermain atau menginap di rumah temannya dan dia tidak bisa secara terang-terangan meminta bantuan.

  1. Ajarkan Coping Mechanism yang Sehat

Jika orang tua dapat membangun ketahanan pada anak-anak dan mengajarinya untuk merasakan perasaan sambil menormalkan trauma, lebih kecil kemungkinannya mereka menggunakan coping mechanism seperti, obat-obatan dan alkohol

Beri mereka ruang untuk berbicara, merasakan, menyembuhkan, dan menghadapinya segala perasaan yang dirasakannya. Izinkan anak untuk marah atau sedih dengan selalu berada di sisinya saat dia menangis.

Ajari juga cara-cara seperti menarik napas dalam-dalam dan berjalan menjauh saat dia merasa kewalahan.

Dengan kata lain, orang tua harus menormalkan emosi yang umum dirasakan anak dengan membuatnya merasa didukung dan mengajarinya cara memproses emosi dengan cara yang membuatnya merasa lebih baik.

Itulah beberapa cara yang bisa dilakukan oleh orang tua agar anak lebih waspada mengenai pelecehan seksual. Dengan lebih menyadarinya, anak akan lebih mudah menghindarinya atau lebih cepat menceritakannya jika hal buruk tersebut terjadi padanya.

 

~Febria

Lihat Artikel Lainnya

Scroll to Top
Open chat
1
Ingin tahu lebih banyak tentang program yang ditawarkan Sinotif? Kami siap membantu! Klik tombol di bawah untuk menghubungi kami.