Tips Jitu Cara Mengontrol Emosi saat Mengajari Anak, Ampuh untuk Ibu-Ibu dan Emak-Emak

Tips Jitu Cara Mengontrol Emosi saat Mengajari Anak, Ampuh untuk Ibu-Ibu dan Emak-Emak

Anak-anak usia taman kanak-kanak dan sekolah dasar adalah usia yang masih sangat butuh bimbingan belajar tambahan dari rumah. Tak jarang tugas mengajari anak di rumah diserahkan sepenuhnya kepada sang ibu. Seorang ibu dengan segudang aktivitas dua puluh lima jam per hari tanpa henti membuat ia mudah lelah dan marah, terutama bagian dalam mengajari anak.

Terlebih, pademi yang sempat menyerang negara kita selama dua tahun lalu membuat anak lebih banyak belajar dari rumah karena sistem sekolah selama kurun waktu tersebut menggunakan sistem dalam jaringan (daring).

Bukan hanya fisik yang lelah mendera tetapi juga mental sang ibu. Si anak dituntut untuk bisa mengikuti sistem yang berjalan, sistem rangking membuat si ibu menggebu untuk mengajari sang anak agar berprestasi di kelasnya. Berikut adalah tips cara mengontrol emosi dan pikiran agar para ibu tetap "waras" dalam mengajari anak.

1. Time Schedule
Bekerja sama lah dengan anak untuk membuat jadwal harian dari bangun pagi sampai tidur malam dan buat kesepakatan bersama supaya anak mau disiplin mengikuti jadwal yang sudah ada. Lakukan selama 40 hari berturut-turut maka anak yang terbiasa disiplin dengan waktunya. Ia akan tahu kapan waktu belajar dan bermain.

2. Reward
Berilah apresiasi kepada anak setelah mereka berusaha melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan sesuai dengan bahasa cintanya. Jika bahasa cintanya adalah kata motivasi, berilah kata motivasi yang cukup jika itu memang membuat dia senang dan bersemangat kembali.

Jika bahasa cintanya adalah hadiah, berilah hadiah jika mereka telah selangkah lebih baik atau lebih maju. Misalnya, ”kalau kamu dapat nilai 100, mama akan bikinkan kue kesukaanmu”. Hadiah tidak perlu mahal, asal anak-anak senang itupun sudah cukup. Pahami bahasa cintanya dan sentuhlah mereka dengan itu.

3. Less Expectation
Tanamkan dalam diri kita sebagai seorang orangtua bahwa tidak ada anak yang bodoh, yang ada hanyalah anak yang kurang termotivasi. Setiap anak terlahir dengan kemampuan dan bakatnya masing-masing. Mereka yang menyukai Matematika mungkin akan kurang di pelajaran olahraga. Mereka yang menyukai seni mungkin akan kurang di pelajaran Matematika.

Seorang ibu harus memahami ini sehingga tidak memaksakan anaknya untuk harus bisa semuanya. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sudah membuat anak-anak cukup stress di sekolah, jangan buat mereka tambah stress dengan kemarahan kita karena terlalu berambisi dengan mereka yang harus jago semua bidang.

Jangan bandingkan anak kita dengan kakaknya, adikya, atau anak orang lain yang lebih baik di mata kita, itu hanya akan membuat dia tidak percaya diri. Cukup katakan, ”Mama dukung kamu untuk jadi juara di olimpiade Matematika, tetapi nilai yang lain setidaknya masih diatas di KKM, ya”. Tidak terlalu memaksa tetapi cukup menaruh harapan agar si anak juga tetap berusaha.

4. Bimbel is The Best Solution
Mungkin saja kita sebagai orangtua belum menemukan cara yang pas dalam mengajari anak, maka serahkan pada ahlinya adalah solusi dari terbaik. Seringkali anak lebih mudah diajarkan oleh orang lain ketimbang diajari oleh orangtuanya sendiri. Jaman yang semakin maju sudah banyak bimbingan belajar (bimbel) yang berkembang untuk membantu berbagai mata pelajaran.

Bahkan, saat ini juga sudah ada bimbel online yang membuat waktu kita menjadi lebih efektif dan efisien. Anak-anak tetap belajar dari rumah dengan dibantu pengajar yang ahli dibidangnya dan kita sebagai orangtua tetap bisa mengawasi. Hati senang, pikiran tenang, anak menang.

5. Grateful
Jika semua usaha sudah kita lakukan dan berikan yang terbaik untuk anak, maka selanjutnya kita perlu tetap bersyukur. Sebelum emosi memuncak dan tangki kesabaran hampir kosong karena si anak belum juga menunjukkan prestasi sesuai harapan orangtua, maka tetaplah bersyukur untuk beberapa hal. Pertama, bersyukurlah kita dikaruniai anak yang sehat karena di luar sana banyak anak yang berkebutuhan khusus yang membutuhkan perawatan lebih.

Kedua, bersyukurlah anak kita masih bisa bersekolah karena di luar sana banyak sekali yang ingin bersekolah tetapi tidak bisa karena keadaan misalnya kekurangan uang atau tidak punya orangtua.

Ketiga, bersyukurlah anak kita masih mau sekolah karena banyak anak di luar sana yang stress, frustasi, kemudian kabur tidak mau melanjutkan sekolah.

6. Grounding and Don’t Give Up
Menjadi orangtua tak akan pernah ada habisnya dalam belajar mendidik anak. Bagi ibu-ibu yang kesabaranya setipis tisu, seringlah melakukan grounding bersama anak. Melepaskan segala beban, pikiran negatif, aura-aura kemarahan sehingga orangtua dan anak akan tercipta bonding yang kuat.

Paling penting dalam menghadapi kesulitan hidup ini baik bagi seorang ibu maupun seorang anak adalah tidak menyerah. Jangan berhenti melakukan yang terbaik untuk anak-anak kita. Jika memang harus marah, potonglah ego nya bukan mentalnya. Berikan teladan yang baik untuk anak karena mereka adalah peniru ulung. Jika kita yang bersalah terlalu banyak marah-marahnya maka minta maaflah, hal itu tidak akan membuat kita menjadi buruk dimata mereka. Peluk erat mereka karena semarah apapun kita kepadanya, mereka adalah makhluk yang akan selalu memaafkan orangtuanya. ~ Tim Penulis