10 Tips Menegur Anak Tanpa Harus Marah dan Membentak

Menjadi orang tua yang bijak adalah salah satu tantangan terbesar dalam mendidik anak, terutama pada usia remaja seperti SMP atau SMA. Pada usia ini, anak-anak berada dalam masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Mereka mulai mencari identitas diri dan akan mengalami perubahan emosional.
Sebagai orang tua, penting untuk memberikan pengarahan tanpa harus menggunakan kekerasan verbal seperti memarahi atau membentak. Menegur anak dengan cara yang positif akan membantu mereka belajar dari kesalahan mereka dengan lebih baik, tanpa membuat anak merasa tertekan atau tidak dihargai.
Lalu, jika anak membuat kesalahan atau berperilaku kurang menyenangkan, bagaimana cara orang tua sebaiknya menegur?
1. Pahami Penyebab Perilaku Anak
Sebelum menegur anak, sangat penting untuk memahami alasan di balik perilaku atau kesalahan yang mereka lakukan. Cobalah untuk melihat permasalahan dengan sudut pandang mereka. Apakah mereka sedang stres atau merasa tidak didukung? Dengan memahami perasaan dan kondisi anak, kita dapat menegur mereka dengan lebih bijaksana.
2. Gunakan Pendekatan Empati
Saat menegur anak, penting untuk berbicara dengan empati. Alih-alih langsung marah atau menghakimi, cobalah untuk mendengarkan terlebih dahulu dan memberikan ruang bagi anak untuk menjelaskan perilaku mereka.
Gunakan kalimat yang mengandung pengertian, seperti “Ibu paham kamu mungkin merasa kecewa karena..." atau “Ayah mengerti ini bisa menjadi hal yang sulit untuk kamu lakukan...".
Pendekatan seperti ini akan membuat anak merasa didengar dan dihargai, yang pada gilirannya membuat mereka lebih terbuka dan bersedia menerima koreksi.
3. Fokus Pada Perilaku, Bukan Karakter Anak
Ketika menegur, pastikan untuk menyoroti perilaku yang perlu diperbaiki, bukan karakter atau kepribadian anak. Mengatakan hal seperti “kamu sangat nakal” atau “kamu selalu saja begitu” hanya akan merendahkan harga diri anak dan membuat mereka merasa tidak cukup baik.
Sebaliknya, lebih baik untuk mengatakan, “Tindakan kamu tadi membuat orang lain merasa tidak nyaman, bagaimana menurutmu kalau kita coba melakukan hal ini dengan cara yang lebih baik?” Dengan cara ini, anak tidak merasa diserang secara pribadi dan lebih fokus untuk memperbaiki perilaku yang salah.
4. Gunakan Komunikasi yang Positif
Penting untuk menghindari penggunaan kata-kata yang bisa menyinggung atau memicu emosi negatif pada anak. Kalimat yang kasar atau membentak hanya akan menambah jarak emosional antara orang tua dan anak.
Sebagai gantinya, gunakan kalimat yang lebih konstruktif dan positif. Misalnya, daripada mengatakan “Kenapa kamu selalu malas belajar?”, lebih baik berkata, “Ibu tahu kamu bisa lebih fokus dalam belajar. Mungkin kita bisa mencari cara yang lebih menyenangkan agar kamu bisa lebih semangat?”
5. Berikan Penjelasan dan Alasan yang Jelas
Menegur tanpa memberikan penjelasan yang jelas akan membuat anak bingung dan tidak mengerti apa yang salah. Oleh karena itu, setelah memberikan koreksi, jelaskan mengapa perilaku tersebut perlu diubah. Jelaskan dampak dari perbuatan mereka, baik itu terhadap diri mereka sendiri atau orang lain di sekitar mereka.
Misalnya, jika anak terlambat mengumpulkan tugas, jelaskan bagaimana hal itu bisa mempengaruhi nilai mereka dan memberi kesan buruk pada guru dan teman-teman. Penjelasan yang baik akan membantu anak memahami dan belajar dari kesalahan mereka, bukan hanya merasa dihukum.
6. Gunakan Teknik “Saring dan Pilih”
Sebagai orang tua, kita tidak harus menegur setiap kesalahan kecil yang dilakukan anak. Gunakan teknik "saring dan pilih" untuk memutuskan mana yang benar-benar perlu ditegur dan mana yang bisa dimaafkan.
Terkadang, hal-hal kecil yang tidak terlalu penting jika dipermasalahkan, malah akan memperburuk hubungan antara orang tua dan anak. Fokuskan perhatian pada hal-hal yang lebih besar dan mendasar yang berhubungan langsung dengan perkembangan pribadi anak atau tanggung jawab mereka.
7. Jadilah Teladan yang Baik
Salah satu cara terbaik untuk mengajarkan perilaku yang baik kepada anak adalah dengan menjadi teladan yang baik. Anak-anak cenderung meniru perilaku orang tua mereka. Jika kita ingin anak lebih sopan, jujur, atau bertanggung jawab, maka kita harus terlebih dahulu menunjukkan sifat-sifat tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Menegur anak sambil menunjukkan sikap positif dan solusi yang baik akan lebih efektif dibandingkan hanya menggunakan kata-kata yang pedas dan mengkritik.
8. Berikan Kesempatan untuk Perbaikan
Setelah memberikan teguran, beri anak kesempatan untuk memperbaiki kesalahan mereka. Jangan langsung menghakimi atau mencap mereka dengan hal negatif. Ajak anak untuk berdiskusi tentang bagaimana mereka bisa memperbaiki kesalahan tersebut di masa depan.
Memberikan mereka ruang untuk berperan aktif dalam solusi akan meningkatkan rasa tanggung jawab mereka dan memperkuat hubungan antara orang tua dan anak.
9. Tetap Tenang dan Jangan Terbawa Emosi
Kunci utama dalam menegur anak tanpa memarahi atau membentak adalah tetap tenang. Kadang-kadang, sebagai orang tua, kita bisa terjebak dalam emosi marah, terutama ketika anak sering kali melakukan kesalahan yang sama. Namun, jika kita menanggapi dengan amarah atau ketidaksabaran, hal itu hanya akan memperburuk situasi. Cobalah untuk bernapas dalam-dalam, kendalikan emosi, dan berbicaralah dengan tenang.
10. Akhiri dengan Kata-kata Positif
Setelah menegur anak, akhiri dengan kata-kata yang mendukung dan memotivasi. Misalnya, "Ibu tahu kamu bisa melakukan yang lebih baik," atau "Ayah bangga dengan usaha kamu meskipun belum sempurna." Kata-kata positif seperti ini akan membantu anak merasa dihargai dan lebih percaya diri untuk berubah.
~Afril