Anak Sedang Puber dan Sulit Diatur? Ikuti Teknik Komunikasi Ini

Share

Banyak orang tua merasa kewalahan ketika anak mulai masuk masa puber. Anak yang dulunya penurut dan terbuka, tiba-tiba berubah menjadi pribadi yang moody, memberontak, atau sulit diajak bicara. 

Pubertas bukan hanya tentang perubahan tubuh, tetapi juga tentang pencarian jati diri, dorongan untuk mandiri, serta keinginan untuk dihargai. Karena itu, pendekatan yang digunakan orang tua dalam berkomunikasi dengan anak sangat menentukan kualitas hubungan selama masa transisi ini.

Berikut adalah beberapa teknik komunikasi efektif yang bisa dicoba agar anak tetap merasa didengar, dipahami, dan tetap berada dalam bimbingan Anda sebagai orang tuanya. 

1. Berikan Ruang Kebebasan Tapi Tetap Hadir

Anak usia puber sering kali ingin lebih banyak kebebasan. Mereka mulai menjauh dari orang tua dan lebih dekat dengan teman sebaya. Pada masa pubertas, wajar jika anak lebih senang bermain bersama teman-temannya dan mencoba berbagai hal baru yang belum pernah ia coba. 

Meskipun terasa menyakitkan bagi orang tua, ini sebenarnya tanda bahwa mereka sedang berusaha menemukan identitas mereka sendiri. 

Teknik komunikasi yang efektif di sini adalah memberikan ruang bagi anak, sambil tetap menunjukkan bahwa Anda selalu ada untuk mereka. Hindari interogasi berlebihan seperti dan selalu tunjukkan pada anak bahwa Anda selalu siap mendengarkan semua cerita mereka. 

Meski anak tidak lagi banyak waktu bersama orang tua, tetaplah usahakan untuk hadir untuk anak, baik pada momen istimewa atau kegiatan sehari-hari di rumah. 

2. Dengarkan Tanpa Menghakimi

Sering kali, anak-anak merasa enggan terbuka karena takut dihakimi atau dimarahi. Anak yang sering dimarahi tentunya akan lebih mudah menjauh dari orang tuanya dan semakin tertutup. Padahal, salah satu kebutuhan terbesar remaja adalah merasa dimengerti. Jadi ketika anak sedang bercerita, latihlah diri Anda untuk mendengarkan secara aktif.

Dengarkan tanpa menyela, tanpa buru-buru memberi solusi, dan tanpa reaksi berlebihan. Gunakan bahasa tubuh yang terbuka, kontak mata yang lembut, dan memvalidasi perasaan anak.

3.Diskusi, Bukan Memerintah

Gaya komunikasi yang memerintah atau otoriter sering kali membuat anak merasa tidak dihargai dan justru mendorong mereka untuk melawan. Daripada memaksa anak mengikuti aturan, lebih baik ajak anak berdiskusi dan mencari solusi bersama jika ada masalah. 

Bahasa yang mengundang partisipasi akan membuat anak merasa lebih dihargai dan berpeluang untuk belajar mengambil keputusan secara bertanggung jawab.

4. Validasi Perasaan Anak

Tidak semua masalah anak remaja terlihat masuk akal bagi orang tua, seperti drama pertemanan, masalah penampilan, atau kecemasan terhadap nilai ujian. Namun, penting untuk tidak meremehkan perasaan mereka. Validasi perasaan berarti mengakui bahwa apa yang mereka rasakan adalah nyata dan penting bagi mereka.

Misalnya, ketika anak mengeluh, “Aku paling jelek di kelas,” jangan langsung menyangkal dengan berkata, “Ah, kamu cantik kok.” Lebih baik katakan, “Kamu ngerasa nggak pede, ya? Boleh cerita kenapa kamu mikir begitu?”

5. Jadilah Contoh Komunikasi yang Baik

Anak belajar dari apa yang mereka lihat, bukan hanya dari apa yang mereka dengar. Bila orang tua sering menunjukkan sikap marah, membentak, atau bersikap pasif-agresif, anak pun cenderung meniru pola tersebut.

Sebaliknya, tunjukkan bagaimana menyampaikan perasaan dengan tenang, bagaimana meminta maaf, serta bagaimana menyelesaikan konflik dengan cara sehat. Anak yang melihat contoh nyata akan lebih mudah mengembangkan keterampilan komunikasi emosional yang sehat.

6. Gunakan Waktu Khusus untuk Bicara

Di tengah kesibukan, penting untuk menyediakan waktu berkualitas secara rutin dengan anak. Bisa berupa jalan sore bersama, makan malam tanpa gadget, atau hanya duduk santai sebelum tidur.

Waktu-waktu ini bisa menjadi momen terbaik untuk membangun kepercayaan, menggali cerita, atau sekadar menunjukkan bahwa Anda peduli. Komunikasi efektif tak selalu harus terjadi dalam percakapan serius, kadang momen ringan justru membuka pintu ke obrolan yang lebih dalam.

7. Kenali Bahasa Cinta Anak

Setiap anak memiliki cara berbeda dalam merasakan kasih sayang. Ada yang senang dipeluk, ada yang lebih suka diberi kata-kata positif, atau ada yang merasa dicintai saat orang tua meluangkan waktu bersamanya.

Dengan mengenali “bahasa cinta” anak, komunikasi Anda pun bisa lebih tepat sasaran. Misalnya, anak yang menyukai quality time akan lebih terbuka ketika diajak melakukan aktivitas bersama, sementara anak yang suka words of affirmation akan lebih tersentuh dengan pujian dan dukungan verbal.

8. Konsisten Tapi Fleksibel

Anak remaja tetap membutuhkan batasan yang jelas. Namun, batasan ini sebaiknya diterapkan secara konsisten, bukan keras kepala. Anda bisa tegas tanpa bersikap kaku. Selalu utamakan untuk mendengarkan pendapat anak, memberi pilihan, dan menjelaskan alasan di balik aturan akan membuat mereka lebih menerima batasan yang dibuat. 

~Afril

Lihat Artikel Lainnya

Scroll to Top
Open chat
1
Ingin tahu lebih banyak tentang program yang ditawarkan Sinotif? Kami siap membantu! Klik tombol di bawah untuk menghubungi kami.