20,31 Persen Gen Z Berstatus NEET, Apa Maksudnya?

Share

Pernah dengar istilah NEET? Mungkin bagi sebagian orang, kata ini masih terdengar asing. Namun, menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2024 sebanyak 20,31% anak muda berusia 15-24 tahun yang berstatus NEET di 38 provinsi di Indonesia.

Angka ini terbilang cukup besar dan tentu menjadi hal yang penting untuk kita pahami, apalagi bagi generasi muda seperti pelajar SMP dan SMA saat ini. Lalu, apa sebenarnya NEET itu? Siapa yang termasuk di dalamnya? Dan mengapa jumlahnya bisa cukup tinggi? Yuk, kita bahas bersama.

Apa Itu NEET?

Istilah NEET pertama kali dikenal lewat laporan pemerintah bertajuk ‘Bridging the Gap: New Opportunities for 16-18 Year Olds Not in Education, Employment or Training’ pada tahun 1999 di Inggris. Kemudian, konsep serupa juga diadaptasi di negara lain, seperti di Jepang yang dikenal dengan istilah hikikomori dan Spanyol dengan istilah generasi ni-ni.

NEET adalah singkatan dari Not in Education, Employment, or Training, yang artinya seseorang tidak sedang sekolah, tidak bekerja, dan juga tidak mengikuti pelatihan keterampilan apa pun. Istilah ini biasa digunakan untuk menggambarkan kondisi anak muda yang tidak terlibat dalam kegiatan produktif, baik di bidang pendidikan maupun dunia kerja.

Biasanya, NEET merujuk pada mereka yang berusia antara 15 hingga 24 tahun atau Gen Z, kelompok generasi yang lahir sekitar tahun 1997 hingga 2012. 

Meski dikenal kreatif dan punya banyak potensi, sayangnya tidak semua Gen Z memiliki akses yang sama untuk mengembangkan diri. Hal ini yang menyebabkan sebagian dari mereka termasuk dalam kelompok NEET.

NEET sendiri bukan hanya soal menganggur, tapi juga tentang terputusnya seseorang dari aktivitas yang membantu membangun masa depannya.

Mengapa Gen Z Bisa Jadi NEET?

Ada beberapa alasan mengapa banyak anak muda saat ini masuk ke dalam kategori NEET. Penyebabnya tidak selalu karena malas atau tidak mau berusaha, melainkan karena tantangan nyata yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Berikut beberapa faktor utamanya:

1. Ketimpangan Akses Pendidikan

Tidak semua daerah di Indonesia memiliki akses pendidikan yang merata. Di beberapa tempat, sekolah masih terbatas dan jaraknya jauh, fasilitas belum memadai, atau jumlah guru masih terbatas. Selain itu, biaya pendidikan juga menjadi hambatan bagi sebagian keluarga, sehingga banyak anak muda harus berhenti sekolah lebih awal.

2. Ketidakpastian di Dunia Kerja

Perubahan zaman membuat dunia kerja juga berubah. Banyak pekerjaan lama digantikan teknologi dan pekerjaan baru seringkali membutuhkan keterampilan khusus. Akibatnya, anak muda yang baru lulus sekolah merasa kesulitan mencari kerja, karena belum memiliki pengalaman atau keterampilan yang dibutuhkan perusahaan.

3. Kesenjangan Keterampilan

Sekolah memang penting, tapi tidak semua keterampilan yang dibutuhkan di dunia kerja bisa didapat dari pendidikan formal. Banyak perusahaan sekarang mencari karyawan yang bisa berpikir kritis, bekerja sama dalam tim, menguasai teknologi, dan punya kemampuan komunikasi yang baik. Jika anak muda tidak punya kesempatan untuk belajar atau mengasah keterampilan ini, mereka akan tertinggal dan sulit bersaing.

Dampaknya Menjadi Kelompok NEET

Status NEET bukan hanya soal “tidak bekerja” atau “tidak sekolah”. Lebih dari itu, menjadi NEET bisa memberikan dampak serius bagi perkembangan diri dan masa depan seseorang. Berikut beberapa dampaknya:

1. Kehilangan Kesempatan Mengembangkan Diri

Masa muda adalah waktu terbaik untuk belajar, mencoba hal baru, dan menemukan potensi diri. Jika seseorang terlalu lama tidak melakukan aktivitas produktif, ia bisa kehilangan motivasi dan kesempatan untuk tumbuh.

2. Merasa Tertinggal dan Kehilangan Arah

Melihat teman sebaya sudah kuliah atau bekerja, sementara diri sendiri belum melakukan apa-apa, bisa menimbulkan rasa minder, bingung, bahkan tidak percaya diri. Lama-kelamaan, bisa muncul perasaan seperti tidak punya arah hidup.

3. Sulit Mengejar Ketertinggalan

Semakin lama seseorang berada dalam kondisi NEET, maka akan semakin sulit untuk mengejar ketertinggalan, baik dalam hal pengetahuan, keterampilan, maupun pengalaman. 

Saat teman-teman seusia sudah lebih dulu melangkah, baik itu kuliah, magang, atau bekerja, mereka yang diam di tempat bisa merasa makin tertinggal dan bingung harus mulai dari mana. Ketertinggalan ini bisa jadi beban tersendiri dan menurunkan semangat untuk berkembang.

4. Risiko Masalah Mental

Rasa stres, tertekan, cemas, dan frustasi bisa saja muncul karena merasa tidak berguna atau tidak tahu harus mulai dari mana. Jika dibiarkan terlalu lama, kondisi ini bisa memengaruhi kesehatan mental.

Fenomena NEET di kalangan Gen Z bukanlah hal sepele. Data bahwa lebih dari 20% anak muda di Indonesia berada dalam kondisi ini menunjukkan bahwa masih ada tantangan besar dalam dunia pendidikan dan ketenagakerjaan kita.

Bagi kamu yang saat ini masih sekolah, penting untuk terus mengembangkan diri, belajar keterampilan baru, dan menjaga semangat belajar. Sekolah bukan hanya soal nilai, tapi juga tentang membentuk masa depanmu. Jadi, gunakan waktu ini sebaik-baiknya untuk membangun jalan menuju impianmu.

~Afril

Lihat Artikel Lainnya

Scroll to Top
Open chat
1
Ingin tahu lebih banyak tentang program yang ditawarkan Sinotif? Kami siap membantu! Klik tombol di bawah untuk menghubungi kami.