Hybrid Learning, Model Pembelajaran yang Tepat di Masa Pasca Pandemi

Hybrid Learning, Model Pembelajaran yang Tepat di Masa Pasca Pandemi

Gambar 1
Hybrid Learning menjadi pilihan pembelajaran yang tepat di masa pasca pandemi (sumber gambar: sporutlogix.com)

Jika kita bertanya kepada siswa, model pembelajaran apa yang mereka inginkan di masa pasca pandemi, mungkin sebagian besar siswa akan menjawab: separuh tatap muka, separuh belajar di rumah. Setidaknya itulah hasil dari QuickPoll yang dilakukan lembaga Educause.


Siswa Lebih Menyukai Hybrid Learning

Dalam QuickPoll tentang fleksibilitas pembelajaran, siswa lebih menyukai ada beberapa pilihan terkait pembelajaran mereka bisa dilakukan secara online.

Ketika disajikan item "Akan membantu untuk pembelajaran saya jika saya dapat mengakses atau melakukan hal-hal berikut secara online," 93% responden memilih dua atau lebih item, dan lebih dari setengah (56%) responden memilih tujuh atau lebih item.  

Selain itu, ketika ditanya tentang penggunaan teknologi paling efektif yang mereka alami sejak awal tahun ajaran, responden menjelaskan berbagai macam alasan pilihan pembelajaran online:

"Sesi kelas online."
"Mengerjakan ujian online."
"Memposting semua slide pelajaran secara online."
"Semua pekerjaan rumah saya online, yang membuatnya mudah diakses."
"Lembar kerja online."
"Rekaman kuliah dan les online."


Gambar 2
Hasil QuickPoll dari Educause menunjukkan siswa menginginkan pembelajaran hibrida (sumber: er.educause.edu)

Hasil QuickPoll tersebut setidaknya memberi pelajaran bagi kita, bahwa di masa pasca-pandemi ini, model pembelajaran Hybrid Learning (Pembelajaran Hibrida, campuran antara online dan offline) lebih disukai siswa dan lebih efektif.

Ketika pandemi Covid-19 membuat sistem pendidikan kita harus menyelenggarakan pembelajaran online secara penuh, banyak siswa merasa tidak siap. Peralihan dari pengajaran tatap muka tradisional ke pembelajaran online di kelas virtual membuat setiap siswa mengalami pengalaman belajar yang sepenuhnya berbeda.

Namun tidak butuh waktu lama untuk membiasakan siswa belajar dengan metode dan sistem pembelajaran online. Sebagai digital native, siswa generasi sekarang dengan cepat dan mudahnya beradaptasi. Lambat laun dalam masa pandemi, siswa pun sudah terbiasa belajar online atau sekolah dari rumah. 

Inilah yang kemudian membuat siswa merasa agak berat ketika mereka harus kembali ke sekolah, seiring dengan berakhirnya pembatasan sosial akibat pandemi. Apalagi ketika jam sekolah mereka kembali seperti semula, hampir dari pagi hingga hampir sore hari.

Seperti halnya hasil QuickPoll yang dilakukan Educause, siswa di Indonesia juga menginginkan beberapa pilihan terkait pembelajaran mereka bisa dilakukan secara online. Singkatnya, siswa ingin agar pembelajaran bisa dilakukan dengan model hybrid learning.

Pandemi Covid-19 yang terjadi sejak dua tahun lalu bukan pemicu utama munculnya Hybrid Learning. Jauh sebelumnya, paling tidak ketika internet sudah mulai menyebar dan digunakan, banyak institusi pendidikan sudah melakukan hybrid learning.  


7 Tipe Hybrid Learning

Pembelajaran hybrid pada awalnya hanya ditentukan oleh faktor lokasi peserta didik. Di mana peserta didik yang tinggalnya jauh dari lokasi pembelajaran dan tidak memungkinkan untuk tatap muka, mereka mendapatkan akses materi pembelajaran melalui rekaman suara atau video dari gurunya.

Namun, pada masa pasca-pandemi, hybrid learning sepertinya menjadi kebutuhan pokok bagi setiap institusi pendidikan yang tak hanya ditentukan faktor lokasi, tetapi juga mempertimbangkan kebutuhan kontekstual khusus seperti disiplin diri, tingkat kecerdasan pelajar, sumber daya, dan aksesibilitas.

Itu sebabnya, hybrid learning tidak hanya sekedar belajar campuran antara online dan offline seperti yang selama ini kita bayangkan. Berdasarkan faktor-faktor yang sudah disebutkan di atas, pembelajaran hibrida bisa dibedakan ke dalam 7 jenis:


Blended Synchronous

Model pembelajaran sinkron campuran mengacu pada pola di mana beberapa siswa menghadiri kelas secara tatap muka langsung, dan beberapa siswa menghadiri secara online — semuanya pada waktu yang sama.

Jenis hybrid learning ini telah menjadi pelopor dalam fleksibilitas pilihan pembelajaran. Pola pembelajaran hibrida seperti ini memungkinkan siswa untuk bergabung dari jarak jauh — sehingga dapat menjadi solusi dari adanya pembatasan akibat pandemi, kemungkinan macetnya lalu lintas hingga adanya kesulitan finansial yang membuat siswa tidak bisa menghadiri kelas tatap muka.


Student-Split

Model Student Split adalah pola pembelajaran antar wilayah di zona waktu yang berbeda. Jenis hybrid learning ini memungkinkan siswa untuk tetap dapat mengikuti pembelajaran dengan mengakses rekaman kelas yang sudah selesai/telah terjadi di zona waktu yang berbeda dengannya.


Curricululum-Split

Sebagian besar materi pembelajaran diberikan secara langsung, sementara sisanya diberikan melalui rekaman atau secara online. Jenis ini bagus untuk pembelajaran paruh waktu, terutama bagi para profesional yang bekerja.


Synchronous Distributed

Ini adalah model pembelajaran yang unik, di mana kelompok siswa hadir dari kelas-kelas yang berbeda, sementara guru hadir di salah satu kelas. Hybrid learning jenis ini bagus saat rasio guru-murid tinggi, saat ada kebutuhan jarak sosial seperti pandemi Covid-19 kemarin, atau untuk kuliah tamu.


Blended Bichronous

Jenis ini memiliki fleksibilitas yang terbaik. Beberapa siswa bisa menghadiri kelas tatap muka secara langsung, beberapa siswa menghadiri kelas secara virtual atau remote (dari rumah), sedangkan siswa yang tidak bisa keduanya, bisa mengakses dan menyaksikan rekaman pembelajaran di lain waktu.


Remote Teacher in Class

Siswa bersama-sama hadir di kelas, sementara guru atau instruktur bergabung secara online melalui konferensi video. 


Flipped Classroom

Materi pembelajaran dibagikan secara online, sementara pembelajaran tatap muka difokuskan pada pembelajaran aktif — dengan aktivitas dan diskusi seputar materi yang sudah dibagikan. Cara ini memungkinkan siswa untuk belajar mandiri dengan kecepatan yang mereka sukai, dan memungkinkan guru untuk lebih fokus pada pemahaman materi, daripada menyelesaikan silabus. 


Bagaimana dengan pendidikan di Indonesia?

Harus diakui, sistem pendidikan di Indonesia belum siap sepenuhnya untuk pembelajaran daring seratus persen. Proses ini menjadi sulit karena ada banyak alasan yang tidak memiliki solusi langsung. Salah satu yang utama adalah kesenjangan digital, terkait dengan infrastruktur digital yang belum merata di seluruh wilayah Indonesia. 

Di luar itu, masih ada faktor literasi digital bagi guru dan siswa. Tidak semua guru memiliki pemahaman atau literasi digital yang sepadan. Mengajar secara online membutuhkan lebih dari sekadar pemahaman yang lewat tentang teknologi yang terlibat. 
Maka, ketika pandemi Covid-19 perlahan berlalu, pola pembelajaran di negara kita kembali ke pola tradisional, yakni pertemuan tatap muka. Siswa pun harus kembali ke sekolah, dari pagi hingga hampir sore hari.


Bimbel Online, Solusi Terbaik Bagi Siswa untuk Mendapatkan Pelajaran Tambahan

Dengan jam belajar yang begitu banyak, fisik dan psikologis siswa sudah terkuras di ruang kelas sekolah masing-masing. Bagaimana bila siswa memerlukan pelajaran tambahan di luar jam sekolah?

Kebanyakan lembaga bimbingan belajar mengikuti pola pembelajaran tradisional sama dengan yang dilakukan sekolah, yakni pertemuan tatap muka. Bila dihubungkan dengan kondisi siswa saat ini yang sudah terkuras fisik dan psikologis mereka, hal ini kurang tepat dilakukan.

 

Akan lebih baik apabila siswa mendapatkan pelajaran tambahan di rumah dengan suasana yang bisa dibuat senyaman mungkin. Hal ini perlu dilakukan agar siswa bisa merasa segar dan siap menerima materi pelajaran tambahan. 

 

Sinotif Indonesia adalah lembaga bimbingan belajar yang menerapkan pola belajar online seratus persen. Siswa tidak perlu datang ke kelas, yang mana hal ini justru dapat menambah beban fisik setelah hampir setengah hari berada di sekolah. Belum lagi kenyataan rumitnya lalu lintas yang kembali normal pasca-pandemi. 

Sekalipun mendapat bimbingan belajar dari jarak jauh, siswa tetap dapat terlibat aktif karena bimbel online Sinotif Indonesia menerapkan pola pembelajaran interaktif. Dengan menggunakan aplikasi Microsoft Onenote Sharing dan perangkat Pen Tablet, pembelajaran online di Sinotif Indonesia berlangsung dua arah dan membuat suasana belajar online layaknya suasana belajar di kelas konvensional namun lebih menyenangkan dan nyaman. ~ Himam Miladi