Tanda Depresi pada Anak dan Remaja yang Mungkin Tak Disadari Orang Tua. Apa yang Bisa Dilakukan untuk Menghindarinya?
Jangan remehkan depresi pada anak dan remaja. Ini adalah masalah kesehatan mental serius yang menyebabkan perasaan sedih terus-menerus dan kehilangan minat dalam beraktivitas.
Depresi bahkan bisa mempengaruhi cara mereka berpikir, merasa, dan berperilaku, serta dapat menyebabkan masalah emosional, fungsional, dan fisik.
Banyak yang menyebut depresi adalah tanda kelemahan seseorang. Padahal, keduanya sama sekali tak memiliki hubungan. Anak atau remaja yang depresi bukan berarti mereka adalah individu yang lemah.
Gejala Depresi yang Muncul pada Anak dan Remaja
Menurut Mayo Clinic, tanda dan gejala depresi pada anak dan remaja meliputi perubahan dari sikap dan perilaku sebelumnya, yang dapat menyebabkan tekanan dan masalah yang signifikan di sekolah atau di rumah, dalam kegiatan sosial, atau di bidang kehidupan lainnya.
Gejala depresi bisa dilihat dari perubahan emosional dan perilakunya. Bentuknya dapat bervariasi dalam tingkat keparahannya, tetapi berikut adalah yang umum terjadi.
1. Perubahan Emosional
Waspadai perubahan emosi pada anak dan remaja, seperti:
-
Perasaan sedih, yang bisa membuat mereka menangis tanpa alasan yang jelas.
-
Frustrasi atau perasaan marah, bahkan untuk hal-hal kecil.
-
Merasa putus asa atau kosong.
-
Suasana hati yang mudah tersinggung atau kesal.
-
Kehilangan minat atau kesenangan dalam kegiatan yang biasa dilakukan.
-
Memiliki konflik dengan keluarga dan teman.
-
Harga diri yang rendah.
-
Perasaan tidak berharga atau bersalah.
-
Terpaku pada kegagalan di masa lalu sehingga menyalahkan atau mengkritik diri sendiri secara berlebihan.
-
Sensitivitas yang ekstrim terhadap penolakan atau kegagalan, serta kebutuhan akan kepastian yang berlebihan.
-
Kesulitan berpikir, berkonsentrasi, membuat keputusan, dan mengingat sesuatu.
-
Perasaan terus menerus bahwa hidup dan masa depan suram.
-
Sering berpikir tentang kematian, sekarat, atau bunuh diri.
2. Perubahan Perilaku
Perhatikan perubahan perilaku pada anak dan remaja, seperti:
-
Kelelahan dan kehilangan energi.
-
Insomnia atau terlalu banyak tidur.
-
Perubahan nafsu makan, seperti penurunan nafsu makan sehingga mengalami penurunan berat badan atau justru meningkatkan keinginan untuk makan dan kenaikan berat badan.
-
Penggunaan alkohol atau obat-obatan terlarang.
-
Agitasi atau kegelisahan, seperti mondar-mandir, meremas-remas tangan, atau tidak bisa duduk diam.
-
Berpikir, berbicara, atau gerakan tubuh yang lambat.
-
Sering mengeluh sakit tubuh dan sakit kepala yang tidak dapat dijelaskan.
-
Mengisolasi diri dari kegiatan sosial.
-
Prestasi sekolah yang buruk atau sering absen dari sekolah.
-
Kurang memperhatikan kebersihan atau penampilan pribadi.
-
Ledakan kemarahan, perilaku yang mengganggu atau berisiko, atau perilaku lain yang dipaksakan.
-
Menyakiti diri sendiri, bahkan membuat rencana bunuh diri atau percobaan bunuh diri.
Mengapa Anak dan Remaja Bisa Depresi?
Banyak orang tua yang tak menyadari bahwa anak dan remaja sering merasakan tekanan kuat untuk berhasil dalam pendidikan, sambil tetap mengembangkan keterampilan hidup yang diperlukan.
Orang tua bisa secara tidak sadar mendorong anak dan remaja untuk mencapai batas kemampuan mereka sejak sekolah dasar. Akibatnya, kesehatan mental dan kesejahteraan mereka terganggu.
Banyak anak sekolah memiliki jadwal yang menyaingi para eksekutif perusahaan terkemuka, dengan rata-rata hari dimulai pada pukul 5 pagi dan berakhir setelah pukul 10 malam.
Jadwal yang padat ini membuat banyak dari mereka kurang tidur dan hanya memiliki sedikit waktu untuk mengembangkan keterampilan hidup mandiri, seperti mencuci pakaian, memasak makanan, dan mengelola uang.
Defisit keterampilan ini semakin bertambah ketika mereka masuk ke perguruan tinggi dan menghadapi tantangan dalam menjalin hubungan serta jadwal kuliah yang padat. Mereka mungkin juga akan tinggal terpisah dari orang tua untuk pertama kalinya.
Membantu anak dan remaja menemukan keseimbangan antara prestasi dan tuntutan hidup dimulai dari rumah sudah seharusnya menjadi tugas para orang tua.
Cara Orang Tua Membantu Anak
Orang tua sering kali khawatir tentang bagaimana anak mereka akan bereaksi jika mencoba membicarakan tanda dan gejala depresi. Namun, sangat penting untuk melakukan percakapan tentang kekhawatiran tersebut.
Bicarakan langsung dengan anak sambil memberikan contoh gejala yang kamu perhatikan dan jelaskan mengapa contoh-contoh tersebut membuat khawatir orang tua. Bersikaplah sabar, tenang, dan berempati saat berkomunikasi.
Anak sering kali merasa bahwa dia yang harus disalahkan atas masalah kesehatan mentalnya, yang dapat menyebabkannya bersikap defensif atau menutup diri.
Untuk mengurangi stigma tersebut, bantu anak memahami bahwa ini bukan salahnya dan banyak orang yang mengalami depresi.
Jika orang tua merasa khawatir, penting untuk bertanya kepada anak apakah dia mempertimbangkan untuk bunuh diri atau melukai diri sendiri. Ini tidak akan membuatnya berpikir untuk melakukannya.
Namun, jika ternyata anak mengungkapkan pemikiran tentang bunuh diri, orang tua bisa segera mencari bantuan dari profesional. Mulailah melakukan perawatan efektif untuk depresi anak bisa kembali sehat, baik dalam segi mental dan fisik.
Tips Agar Anak dan Remaja Terhindar dari Depresi
Sekolah dan pendidikan merupakan faktor utama depresi anak. Jika ini yang terjadi, maka orang tua bisa melakukan beberapa tips ini sebelum anak memulai sekolah di jenjang pendidikan baru. Misalnya baru masuk SMP, SMA, atau bahkan kuliah.
1. Tetapkan Target yang Realistis
Mengharapkan semua usaha anak akan bernilai 100% setiap saat, di semua mata pelajaran, tidaklah realistis.
Lebih baik dorong anak untuk fokus dalam memanfaatkan pengalaman sekolah atau kuliah sebaik-baiknya dengan menjalin hubungan yang positif, menciptakan kenangan yang menyenangkan, dan mempersiapkan karier mereka di masa depan.
2. Membangun Keterampilan Hidup Mandiri di Usia Muda
Gunakan sumber daya online yang tersedia untuk membantu anak menemukan tugas-tugas yang sesuai dengan usianya sehingga orang tua bisa membantu anak memulai proses membangun keterampilan hidup mandiri.
3. Lindungi Waktu Istirahatnya
Jika kesibukan anak sangat padat, jangan biarkan dia memiliki waktu yang tidak terstruktur. Ini akan membuat waktu istirahatnya menjadi korban. Karena anak mungkin jadi menggunakan waktu istirahatnya untuk mengerjakan tugas yang tak sempat dikerjakan.
Selain itu, berikan waktu pada anak untuk mulai mengeksplorasi jati dirinya. Jangan sampai anak kehilangan jati diri saat tumbuh dewasa.
Itulah beberapa tanda depresi pada anak dan juga cara untuk membantu menghindarinya. Jangan anggap remeh depresi pada anak dan remaja, ya.
Sumber:
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/teen-depression/symptoms-causes/syc-20350985
~Febria