Sekolah Swasta di Indonesia Semakin Banyak, Sayangnya Jumlah Siswa Justru Semakin Sedikit. Mengapa?

Sekolah Swasta di Indonesia Semakin Banyak, Sayangnya Jumlah Siswa Justru Semakin Sedikit. Mengapa?

Jika dibandingkan dengan jumlah total sekolah di Indonesia, jumlah sekolah swasta di memang “tidak seberapa”.

Data dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (yang sekarang menjadi Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah) mencatat ada 436.707 sekolah di Indonesia pada semester ganjil tahun ajaran 2023/2024.

Sementara menurut Data Pokok Pendidikan dari kementerian yang sama, Indonesia memiliki lebih dari 57 ribu sekolah negeri.

Jumlah tersebut terdiri dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), serta Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Provinsi dengan Sekolah Swasta Terbanyak

Menurut data, SD dan SMP swasta di Indonesia jumlahnya sama-sama melebihi 19 ribu sekolah pada tahun ajaran 2024/2025. Sementara untuk SMK swasta ada 10 ribu dan SMA swasta sebanyak 7 ribu.

Jumlah SD swasta terbanyak ada di Jawa Barat dengan 2.584 sekolah, Jawa Timur 2.128 sekolah, dan Nusa Tenggara Timur 1.835 sekolah. Lalu, untuk jumlah SD swasta paling sedikit ada di Sulawesi yang hanya memiliki 32 sekolah swasta.

Di tingkat SMP, Jawa Barat kembali menjadi provinsi dengan jumlah SMP swasta terbanyak yang mencapai 4.109 sekolah. Menyusul Jawa Timur dengan 3.344 sekolah dan Jawa Tengah 1.702 sekolah.

Untuk jumlah SMP swasta paling sedikit berada di Gorontalo, yaitu hanya 31 SMP swasta.

Di jenjang SMA, Jawa Barat dan Jawa Timur kembali menempati dua provinsi teratas dengan jumlah SMA swasta terbanyak, yaitu masing-masing memiliki 1.309 dan 1.095 sekolah.

Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah juga kembali menduduki tiga besar jumlah SMK swasta terbanyak, yang masing-masing memiliki 2.637, 1.865, dan 1.320 sekolah.

Permasalahan Sekolah Swasta di Indonesia

Menurut salah satu jurnal yang dipublikan oleh Kemendikbu.go.id, disebutkan bahwa dengan semakin banyaknya jumlah sekolah swasta di Indonesia, persaingan bukan hanya terjadi antara sekolah negeri dengan sekolah swasta, melainkan juga antara sekolah swasta.

Ini menjadi tantangan nyata bagi sekolah swasta untuk terus merevitalisasi strategi agar memiliki keunggulan bersaing dan dapat menjamin tuntutan lingkungan dan persaingan.\

Jika sekolah swasta tidak bisa bersaing secara kualitas, maka ini akan mengakibatkan terhambatnya pencapaian kinerja dalam satuan pendidikan.

Jadi, tidak heran jika saat ini sekolah swasta yang memiliki keunggulan dari kualitas layanan, program, fasilitas, dan tenaga pengajar yang unggul, lebih unggul dibandingkan sekolah swasta lainnya.

Sayangnya, ini hanya berlaku di kota-kota besar. Sementara di kota-kota kecil, masih banyak sekolah swasta yang justru kekurangan murid dan terancam tutup.

Ketidakberuntungan Sekolah Swasta di Kota Terpencil

Saat ini, sekolah swasta menghadapi tantangan yang semakin berat karena politik pendidikan yang kurang berpihak. Salah satunya, sekolah negeri yang terus mendapatkan subsidi sehingga banyak sekolah swasta kekurangan murid.

Karena sekolah negeri ”gratis”, akibatnya banyak sekolah yang jadi swasta sepi peminat. Apalagi dengan adanya peraturan mengenai dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang tidak boleh digunakan untuk meringankan biaya SPP peserta didik.

Padahal, pengurangan biaya SPP melalui dana BOS ini sangat membantu siswa yang kurang mampu. Dengan tidak berlakunya aturan tersebut, semua anak jadi “diwajibkan” oleh orang tuanya untuk masuk ke sekolah negeri yang gratis.

Dampak kekurangan murid di sekolah swasta juga menjadi jauh lebih signifikan karena berimbas pada pendapatan yang minim untuk mendukung operasional sekolah dan pembayaran gaji guru.

Ini karena pendapatan utama sekolah swasta diperoleh dari pendanaan masyarakat dan orang tua murid. Jadi, jika jumlah murid semakin sedikit, maka pembiayaan sekolah juga akan semakin sulit.

Salah satu contohnya adalah sekolah yang berada di kabupaten Maluku Tengah, tepatnya di Kecamatan Banda, yaitu SMP PGRI Banda.

Meski lokasinya berada di daerah kota kecamatan yang padat penduduk, tetapi data pada Website Data Pokok Pendidikan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Menengah (Dapodikdasmen), sangat miris.

Jumlah murid hingga semester genap 2023/2024 hanya sebanyak 10 murid dengan tiga rombongan belajar. Jumlah tersebut akan semakin berkurang karena akan ada siswa yang lulus.

Jika pada semester yang akan datang sekolah ini tidak memperoleh murid baru, maka beberapa risiko yang akan terjadi adalah memutasi murid ke sekolah lain, memberhentikan guru, dan bahkan sekolah ditutup oleh pemerintah daerah atau ditutup sendiri. 

Pemerintah sebaiknya mulai memikirkan regulasi yang tepat untuk sekolah swasta, apalagi yang berada di kota-kota kecil. Jangan hanya mudah mengeluarkan izin pendirian sekolah, tetapi tidak dengan memiliki aturan yang menguntungkan pihak sekolah dan para siswa.

Apabila ini terus terjadi, maka bukan tidak mungkin sekolah swasta di kota-kota kecil, yang mungkin dibutuhkan oleh warga sekitar, menjadi semakin menderita dan tidak terselamatkan eksistensinya.

 

Sumber:

https://data.goodstats.id/statistic/jumlah-sekolah-swasta-indonesia-capai-57-ribu-mayoritas-jenjang-sd-UHVeH

https://www.kompas.id/baca/opini/2022/10/06/nasib-sekolah-swasta

https://theconversation.com/berebut-bangku-pendidikan-kenapa-sekolah-swasta-tak-seharusnya-menjadi-jawaban-dari-masalah-sekolah-negeri-206324

https://terasmaluku.com/headline/2024/06/03/krisis-murid-di-sekolah-swasta-tantangan-dan-solusi-dalam-manajemen-sekolah-di-maluku/

https://mentarigroups.com/blog/persaingan-sekolah-swasta-di-indonesia-semakin-ketat-lantas-apa-yang-harus-dilakukan-oleh-sekolah-dan-guru/ 

~Febria