Menyambut Gen Z, Memaksimalkan Potensinya dengan Bekal Pendidikan Terbaik

Menyambut Gen Z, Memaksimalkan Potensinya dengan Bekal Pendidikan Terbaik

Gambar 1
Gen Z, belajar sekaligus berinteraksi dengan teknologi (foto: www.boundless.com).

Dunia terus berubah dan bergerak maju. Generasi-generasi baru pun lahir untuk menopang dan menggerakkan masa depan.

Seperti saat ini dunia sedang menyambut Generasi Z atau Gen Z, yakni generasi yang lahir antara tahun 1995 sampai 2010.

Generasi Z digadang-gadang akan menjadi motor pergerakan masyarakat dan dunia pada masa mendatang. Bahkan, sesungguhnya Gen Z telah mulai melakukannya. 

Ambil contoh di lingkungan kerja kita sekarang. Kiri kanan banyak dijumpai Gen Z. Itu sesuai prediksi Deloitte bahwa pada 2021 sekitar 20% tenaga kerja merupakan generasi pasca milenial.

Secara bertahap jumlah tersebut akan bertambah. Peran Gen Z pun semakin menonjol. Lihatlah sejumlah inovasi saat ini yang merupakan kreasi para Gen Z. Kemajuan-kemajuan teknologi yang memberikan pengaruh besar terhadap budaya atau kebiasaan masyarakat sekarang juga tak lepas dari inovasi yang didorong oleh Gen Z.


Generasi Digital yang Inovatif dan Inklusif

Kemampuan berkreasi dan berinovasi memang bagian dari identitas Gen Z. Karakter tersebut dibentuk oleh interaksi mendalam mereka dengan teknologi.

Lahir di era smartphone dan komputer telah berkembang pesat, Gen Z memanfaatkan teknologi-teknologi digital secara lebih baik dibanding generasi-generasi sebelumnya. Di tangan Gen Z pula internet bisa dimanfaatkan secara lebih luas untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Oleh karena itu, Gen Z juga disebut sebagai Generasi Digital.

Terampil memanfaatkan teknologi dan internet membuat Gen Z lebih melek informasi. Dampaknya mereka memiliki pemikiran yang lebih terbuka sehingga mudah menerima perbedaan. Termasuk menghargai pemikiran-pemikiran orang lain.

Sifat tersebut juga menjadikan Gen Z lebih inklusif. Itu sebabnya meski Gen Z sangat erat dengan teknologi digital, mereka bukan generasi yang terasing satu sama lain.

Studi McKinsey & Company pada 2018 menemukan bahwa Gen Z sangat tertarik untuk berkolaborasi satu sama lain. Bekerja sama memanfaatkan teknologi memungkinkan Gen Z menciptakan lebih banyak inovasi yang bermanfaat bagi kehidupan.

Studi tersebut juga mengidentifikasi Gen Z sebagai generasi yang lebih realistis. Itu karena Gen Z menguasai lebih banyak informasi. Selain itu, kemampuan mengoptimalkan teknologi membuat Gen Z juga lebih mandiri. Mereka lebih percaya diri dalam menentukan keputusan atau pilihan, termasuk dalam urusan pendidikan dan pekerjaan.


Peluang Menjanjikan

Saat ini sampai beberapa tahun mendatang, Gen Z merupakan angkatan kerja termuda. Peran, tanggung jawab, dan tantangan yang besar menanti mereka untuk menggerakkan banyak sendi kehidupan.

Untungnya menurut hasil studi Kronos Incorporated yang dipublikasikan pada 2019, Gen Z memiliki karakter yang gigih. Mereka berbakat sebagai pekerja keras yang berhasrat menyumbangkan kontribusi terbaik bagi komunitas dan organisasi. Walau demikian Gen Z lebih memilih kultur kerja yang fleksibel.

Menariknya lagi laporan World Economic Forum yang bertajuk “The Future of Jobs Report 2020” seolah mengisyaratkan bahwa dunia memang sedang menyambut Gen Z. Seakan dunia sudah sangat menanti peran para laskar muda.

Sebab menurut laporan tersebut pekerjaan yang akan bersinar pada beberapa tahun ke depan antara lain: Data Analysts & Scientists, AI & Machine Learning Specialists, Big Data Specialists, Digital Marketing & Content Production, Digital Transformation Specialists, Software & Applications Developers, dan Internet of Things Specialists.

Keterampilan utama yang dapat mendukung bidang pekerjaan tersebut antara lain kemampuan berpikir kritis dan analitis, kemampuan memecahkan masalah, kreatif dan inovatif, pembelajar aktif, originalitas, kepemimpinan, kecerdasaan emosi, fleksibel, dan tangguh mengelola stres.

Beberapa bidang dan keterampilan di atas terkait dengan profesi-profesi yang sedang tumbuh pesat saat ini. Yakni, kreator konten, desain grafis, videografer, UX designer, dan website administrator.

Walau demikian bukan berarti bidang pekerjaan lain tak sesuai untuk Gen Z. Berbagai jenis profesi lama yang secara alami tetap dibutuhkan dan tidak akan punah seperti guru, dokter, maupun wirausahawan juga menarik. Akan tetapi, implementasinya menuntut keterampilan-keterampilan baru.

Dokter di masa depan tak lagi cukup hanya terampil menyuntik atau membedah. Keahlian dasar tersebut sudah waktunya disertai keterampilan menggunakan teknologi informasi yang lebih canggih seiring kemajuan telemedicine. Demikian pula guru yang akan dituntut menguasai kompetensi teknologi digital tertentu secara lebih mendalam guna mendukung blended learning.

Gen Z juga memiliki jiwa kewirausahaan yang tinggi. Studi Ernest & Young pada 2015 tentang disrupsi menemukan bahwa 62% Gen Z tertarik untuk memiliki bisnis sendiri. Jiwa kewirausahaan Gen Z ditopang oleh bakat mereka sebagai inovator, pemimpin, serta problem solver.

Dengan kata lain, masa kini dan masa depan merupakan arena yang sangat menantang sekaligus menjanjikan bagi Gen Z. Berbagai bidang pekerjaan memberi peluang bagi Gen Z untuk menciptakan perubahan dan manfaat lebih besar bagi dunia.


Siapkan Melalui Pendidikan Terbaik

Walau demikian, potensi yang dimiliki oleh Gen Z bukan keunggulan mutlak yang menjamin mereka akan bersinar secara alami. Bagaimanapun setiap generasi perlu disiapkan dan dikelola dengan baik.

Ada 3 alasannya. Pertama, masa depan penuh ketidakpastian. Krisis ekonomi, resesi, wabah penyakit, hingga peperangan semakin sering dijumpai. Semua itu menghadirkan tantangan sekaligus mempengaruhi perkembangan karakter Gen Z. Pola asuh, perlindungan, dan pendidikan yang tepat dalam membesarkan Gen Z menjadi salah satu kunci penting.

Kedua, dunia semakin kompleks dan persaingan semakin ketat sehingga dibutuhkan bekal kombinasi keterampilan dasar dan teknologi yang cukup.

Mengingat pembangunan teknologi Indonesia masih relatif tertinggal dibanding negara-negara G-20. Bahkan, di kawasan Asean tingkat inovasi dan digitalisasi Indonesia masih di bawah Thailand, Vietnam, dan Filipina. Maka dibutuhkan lebih banyak cara, upaya dan waktu untuk membekali generasi mendatang. Semua harus dilakukan sejak dini.

Ketiga, berdasarkan sensus penduduk 2020, sebanyak 27% penduduk Indonesia berada dalam rentang usia Gen Z. Jumlah tersebut cukup besar sekaligus potensial. Tantangannya, mayoritas Gen Z saat ini berada di usia sekolah.

Oleh karena itu, pendidikan yang baik dan terbaik dibutuhkan guna menyiapkan sekaligus mengelola Gen Z agar potensinya berkembang secara optimal. Sekolah yang memahami kebutuhan dan potensi setiap murid menjadi tempat yang ideal bagi pendidikan Gen Z.

Dunia pendidikan harus beradaptasi untuk mengakomodasi potensi Gen Z yang beragam. Sekolah dan guru perlu mengembangkan pendekatan dan suasana pembelajaran yang lebih mampu mendorong murid untuk berkreasi sesuai bakat masing-masing. Sekolah juga perlu membuka wawasan murid tentang peluang dan tantangan yang akan dihadapi di masa depan.

Pada saat bersamaan, proses belajar harus bersifat merdeka, demokratis, dan fleksibel, yakni dengan memberikan Gen Z lebih banyak kesempatan untuk mencari sumber belajar di luar sekolah. Misalnya dengan belajar secara mandiri maupun mengikuti les online melalui internet.

Bimbingan belajar online seperti yang diselenggarakan Sinotif merupakan salah satu bentuk adaptasi sekaligus upaya untuk menghadirkan iklim belajar yang lebih sesuai dengan karakter dan kebutuhan Gen Z.

 

Pemanfaatan teknologi dan internet yang lebih luas dalam proses bimbel online juga bisa menginspirasi murid untuk mengeksplorasi keterampilannya di bidang teknologi digital.

 

Dengan berbagai upaya dan kolaborasi di atas pendidikan diharapkan mampu mengasah karakter dan potensi Gen Z secara maksimal. Bukan hanya agar Gen Z berhasil meraih cita-cita mereka. Lebih dari itu, ialah agar Gen Z bisa menjalankan perannya dalam menghadirkan perubahan yang semakin baik bagi masyarakat, negara, dan dunia. ~ Hendra Wardhana