Mengenali Fenomena Short Attention Span di Kalangan Remaja

Mengenali Fenomena Short Attention Span di Kalangan Remaja

Di era digital seperti sekarang ini, fenomena short attention span atau rentang perhatian yang pendek semakin banyak terjadi, terutama di kalangan remaja. Ini berkaitan dengan bagaimana kita mudah teralihkan dari satu hal ke hal lain, dan sulit untuk fokus dalam waktu yang lama pada suatu aktivitas tertentu. 

Peningkatan penggunaan media sosial, aplikasi, dan kebiasaan multitasking turut memperburuk kondisi ini. Lantas, apa penyebab fenomena ini, dan bagaimana cara remaja bisa mengatasinya untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan mental? 

Apa Itu Short Attention Span?

Short attention span merupakan sebuah kondisi di mana seseorang kesulitan untuk memusatkan perhatian pada satu hal dalam waktu yang lama. Orang dengan short attention span sering kali merasa mudah bosan atau teralihkan, bahkan ketika melakukan tugas yang membutuhkan konsentrasi. 

Fenomena ini bukan hanya terjadi pada remaja, tetapi juga melanda banyak orang dewasa, terutama yang terpapar pada berbagai media digital secara terus-menerus.

Di dunia yang serba cepat ini, kita sering dibombardir dengan informasi yang datang dalam bentuk notifikasi, pesan, dan berbagai konten media sosial yang menarik perhatian kita dalam waktu singkat. 

Akibatnya, kemampuan kita untuk fokus dalam jangka waktu lama mulai menurun. Dalam beberapa kasus, fenomena ini bisa mempengaruhi kualitas belajar, pekerjaan, dan interaksi sosial.

Orang-orang yang mengalami short attention span ini mungkin akan mudah bosan dan lelah saat membaca buku, mendengarkan penjelasan yang mendetail dan panjang, atau hal lain yang butuh tingkat konsentrasi tinggi dan cukup lama. 

Penyebab Short Attention Span pada Remaja

Ada beberapa faktor yang menyebabkan remaja lebih rentan mengalami short attention span. Salah satu penyebab utama short attention span di kalangan remaja adalah penggunaan teknologi yang berlebihan. Membaca berita singkat di media sosial, menonton video pendek, dan konten-konten yang cepat berganti dalam hitungan detik terus dikonsumsi dari waktu ke waktu. 

Hal ini menyebabkan otak terbiasa untuk menerima informasi dalam dosis kecil dan cepat, yang membuatnya kesulitan untuk fokus pada tugas yang lebih kompleks dan memerlukan waktu lebih lama. Misalnya, membaca artikel panjang, membaca materi di buku pelajaran, atau membaca jurnal. 

Selain itu, remaja sering kali melakukan berbagai aktivitas sekaligus, seperti mengerjakan tugas sambil membuka media sosial atau menonton video di YouTube. Kebiasaan multitasking ini bisa membuat kamu kehilangan fokus, karena otak tidak dapat benar-benar fokus pada satu hal saat melakukan banyak tugas sekaligus. Akibatnya, produktivitas menurun, dan kualitas pekerjaan menjadi tidak optimal.

Cara Mengatasi Short Attention Span bagi Remaja

Meskipun fenomena short attention span ini dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupan, ada beberapa cara yang dapat membantu remaja untuk meningkatkan rentang perhatian mereka dan mengatasi gangguan ini.

1. Kurangi Penggunaan Media Sosial

Salah satu cara paling efektif untuk mengatasi short attention span adalah dengan mengurangi waktu yang dihabiskan di media sosial. Atur batasan waktu untuk menggunakan aplikasi tertentu atau matikan notifikasi yang tidak penting. Dengan mengurangi gangguan digital, remaja dapat lebih fokus pada aktivitas yang lebih penting seperti belajar atau berbicara dengan teman.

2. Praktikkan Teknik Pomodoro

Salah satu cara untuk meningkatkan fokus adalah dengan menerapkan teknik Pomodoro, yaitu bekerja atau belajar dalam interval waktu tertentu, biasanya 25 menit, diikuti dengan istirahat singkat selama 5 menit. 

Setelah empat sesi, istirahat lebih panjang sekitar 15-30 menit. Teknik ini membantu menjaga perhatian tetap terjaga tanpa merasa terbebani oleh tugas yang memakan waktu lama.

3. Membuat Daftar Tugas

Membuat daftar tugas sehari-hari bisa membantu remaja untuk tetap fokus. Dengan tahu apa yang perlu dilakukan dan kapan harus diselesaikan, remaja dapat memecah pekerjaan besar menjadi tugas-tugas kecil yang lebih mudah dikelola. Tujuan yang jelas akan membantu memotivasi untuk tetap fokus dan menyelesaikan pekerjaan dengan lebih efisien.

4. Kurangi Multitasking

Meskipun multitasking tampaknya efisien, sebenarnya bisa menurunkan kualitas pekerjaan. Cobalah untuk fokus pada satu tugas pada satu waktu. Matikan aplikasi atau situs web yang tidak relevan dengan tugas yang sedang dikerjakan untuk meminimalisir gangguan.

5. Istirahat yang Cukup 

Tidur yang cukup sangat penting untuk meningkatkan konsentrasi. Remaja harus berusaha untuk mendapatkan tidur yang berkualitas selama 7-9 jam per malam. 

~Afril