Mengapa Lebih Banyak Gen Z yang Alami Masalah Kesehatan Mental? Mungkin Ini Jawabannya!

Mengapa Lebih Banyak Gen Z yang Alami Masalah Kesehatan Mental? Mungkin Ini Jawabannya!

Diantara generasi lainnya, kesehatan mental menjadi salah satu fokus utama para Generasi Z atau Gen Z. Semakin aware dengan masalah kesehatan mental, mengapa Gen Z justru menjadi generasi yang paling banyak mengalami masalah tersebut?

Gen Z yang di 2024 lalu berusia 12 – 27 tahun sebagian besar sedang melalui tahap kritis perkembangan. Penelitian menunjukkan bahwa rentang usia 14 – 24 tahun menjadi tanda fase formatif kehidupan, dengan adanya perubahan kognitif, biologis dan psikososial yang mendalam.

Padahal, ini juga merupakan waktu yang rentan untuk kesehatan mental remaja karena sekitar 75% penyakit mental muncul antara usia 10 – 24 tahun.

Pada saat yang sama, anak-anak muda Gen Z juga harus menavigasi otonomi yang meningkat, membentuk identitas, mengembangkan hubungan dan keterampilan hidup, memperoleh pendidikan dan pelatihan karir, dan banyak lagi.

Masalah Kesehatan Mental pada Gen Z

Hampir dua pertiga atau sekitar 65% Gen Z melaporkan mengalami setidaknya satu masalah kesehatan mental dalam dua tahun terakhir, menurut sebuah studi selama bertahun-tahun yang dirilis pada 2023.

Statistik tersebut lebih rendah pada semua generasi yang lebih tua, termasuk milenial yang hanya 51%, Gen X 29% dan Boomers 14%.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa generasi muda tersebut memiliki tingkat tantangan kesehatan mental yang lebih tinggi dibandingkan dengan generasi sebelumnya pada usia yang sama.

Misalnya, data Survei Perilaku Risiko Remaja CDC terbaru menunjukkan bahwa 42% siswa sekolah menengah Gen Z melaporkan perasaan sedih atau putus asa yang terus-menerus pada tahun 2021.

Jumlah tersebut hampir 50% lebih tinggi daripada laporan siswa sekolah menengah milenial pada awal 2000-an.

Mengapa Gen Z Begitu Tertekan?

Tidak ada jawaban sederhana atau pasti, tetapi para ahli memiliki berbagai kemungkinan kontributor peningkatan masalah kesehatan mental di kalangan anak muda.

Berdasarkan survei terbaru, Gen Z mengatakan bahwa hal-hal yang berkontribusi pada tantangan kesehatan mental mereka adalah sebagai berikut.

1. Tekanan Finansial dan Prestasi

Sebanyak 56% orang dewasa muda Gen Z berusia 18 – 25 tahun mengatakan kekhawatiran finansial berdampak negatif pada kesehatan mental mereka dan sekitar 51% mengatakan tekanan prestasi memiliki dampak yang sama.

Hal tersebut terungkap dalam survei perwakilan nasional di 2022 oleh Universitas Harvard.

Sementara menurut survei Gallup di 2023, ditemukan bahwa lebih dari dua pertiga atau sekitar 69% Gen Z berusia 12 – 26 tahun mengatakan harapan terpenting mereka untuk masa depan adalah mendapatkan cukup uang untuk merasa nyaman.

Namun, sebanyak 64% Gen Z melihat sumber daya keuangan mereka sebagai penghalang untuk mencapai tujuan atau aspirasi tersebut. Inilah yang membuat mereka lebih merasa tertekan.

2. Kurangnya Arah dan Tujuan Hidup

Studi Harvard yang sama menemukan bahwa setengah dari orang dewasa muda Gen Z mengatakan bahwa kesehatan mental mereka terpengaruh secara negatif karena tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan hidup.

Hampir tiga dari lima atau sebanyak 58% Gen Z tidak memiliki makna atau tujuan dalam hidup.

Menurut survei Gallup di 2023, pendorong terbesar kebahagiaan anak muda berusia 12 – 26 tahun adalah tujuan mereka di sekolah atau tempat kerja. Namun, sebanyak 43% – 49% dari mereka tidak merasa apa yang dilakukannya menarik, penting, atau memotivasi.

3. Perubahan Iklim dan Masalah Global

Hampir sebanyak 45% dewasa muda berusia 18 – 25 tahun berpikir kesehatan mental berasal dari "perasaan bahwa segala sesuatunya berantakan" secara keseluruhan dalam hidup.

Bahkan, satu dari tiga atau sebanyak 34% mengatakan perubahan iklim memiliki efek negatif.

Sebuah studi internasional terhadap 10.000 anak muda berusia 16 – 25 tahun menemukan bahwa lebih dari 80% khawatir tentang krisis iklim, yang membuat perasaan sedih, cemas, marah dan tidak berdaya.

4. Kebutuhan Koneksi dengan Orang Lain

Karena dua dari lima atau sekitar 44% Gen Z merasa dirinya tidak penting bagi orang lain, sebanyak satu dari tiga atau sekitar 34% melaporkan kesepian, menurut survei Harvard.

Hal tersebut dikuatkan oleh temuan Gallup di 2023 bahwa sekitar satu dari tiga Gen Z berusia 12 – 26 tahun tidak sering merasa dicintai sebanyak (31%) atau didukung (35%) oleh orang lain.

Ini sangat merugikan karena anak-anak muda muda ini sedang melalui tahap perkembangan yang rentan sehingga hubungan yang stabil dan suportif sangat penting untuk kesehatan mental yang positif.

5. Teknologi Kemungkinan Juga Berperan

Di satu sisi, tumbuh di dunia yang sangat terhubung dapat memberikan akses ke koneksi sosial yang positif dan sumber daya yang mendukung.

Namun, di sisi lain hal ini dapat memicu serangan berita negatif yang stabil, mendorong perbandingan sosial yang tidak sehat, dan meningkatkan risiko pelecehan online.

Beberapa penelitian menghubungkan tingkat penggunaan media sosial yang tinggi di kalangan remaja memiliki dampak merugikan, termasuk depresi dan kurang tidur.

Hubungan Gen Z dengan Media Sosial

Faktanya, media sosial lebih mungkin memengaruhi kesehatan mental Gen Z daripada generasi lain.

Studi terhadap orang dewasa muda dan penggunaan media sosial mereka telah menunjukkan hubungan terbalik antara screen time dan kesejahteraan psikologis. Semakin tinggi penggunaan media sosial maka kesejahteraan diri menjadi lebih buruk.

Penelitian lain juga menunjukkan bahwa hubungan yang dimiliki seseorang dengan media sosial, dapat memiliki dampak yang lebih besar pada kesehatan mental daripada waktu yang dihabiskan.

Jadi, sebenarnya tidak mengherankan jika Gen Z yang menghabiskan lebih dari dua jam sehari di media sosial memiliki kesehatan mental yang lebih buruk.

Apa yang Bisa Dilakukan?

Pendekatan "pencegahan presisi" dengan cara berbicara kepada Gen Z tentang peran teknologi dalam kehidupan mereka dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih terinformasi, mendukung, dan sehat.

Dengan memberikan sosialisasi kepada orang tua, pendidik, dan profesional kesehatan, mereka dapat terlibat aktif dalam mempromosikan kesehatan Gen Z.

Jadi, dibutuhkan kerja sama antara semua pihak, termasuk Gen Z itu sendiri, untuk membantu meningkatkan kesehatan mental mereka.

 

Sumber:

https://www.aecf.org/blog/generation-z-and-mental-health

https://www.mckinsey.com/mhi/our-insights/gen-z-mental-health-the-impact-of-tech-and-social-media

~Febria