Jika Anak Mulai Terobsesi dengan Media Sosial, Ini 5 Cara untuk Tetapkan Batasan yang Sehat
Pada saat anak mulai memiliki akses ke media sosial di ponsel dan tablet, dia bisa berisiko menjadi kecanduan dunia sosial digital. Ini karena anak menggunakan media sosial untuk terhubung dengan teman dan keluarga, menonton video, atau menghabiskan waktunya.
Menurut penelitian oleh Pew Research, 81% remaja berusia 13 – 17 tahun mengatakan telah menggunakan media sosial untuk tetap terhubung dengan teman-teman dan mengikuti perkembangan kehidupan mereka.
Media sosial juga menyediakan platform bagi remaja untuk mengekspresikan diri dan berkreasi. Apalagi remaja sedang berada dalam tahap perkembangan untuk mencari tahu siapa dirinya.
Ini membuat media sosial menjadi tempat yang tepat bagi remaja untuk mengeksplorasi identitasnya.
Alasan Anak Bisa Kecanduan Media Sosial
1. Cara yang Digunakan untuk Merasa Terhubung
Karena media sosial digunakan oleh anak, khususnya remaja, untuk tetap terhubung dengan teman-temannya, ini menjadi cara baginya untuk merasa diikutsertakan dan mengikuti tren terbaru.
Jika tidak menggunakan media sosial, anak memiliki rasa takut ketinggalan—disebut FOMO—dan merasa tersisih atau terputus dari teman sebayanya.
2. Like di Media Sosial Sangat Berharga
Semua orang suka disukai oleh orang lain, khususnya bagi remaja. Jadi, ketika dia mem-posting selfie atau pemikirannya dan mendapat banyak like dari teman sebayanya, itu akan mengaktifkan wilayah otak yang disebut nucleus accumbens.
Wilayah ini menyala ketika seseorang mengalami hal-hal yang menyenangkan dan kemudian melepaskan hormon yang disebut dopamin. Hormon inilah yang membuat anak bahagia sehingga dia akan terus mem-posting karena selalu ingin merasa senang.
Lalu, like bagi kebanyakan remaja juga merupakan tanda popularitas dan bagaimana teman-teman memandang dirinya. Tidak jarang remaja menghapus unggahan yang mendapat sedikit like.
3. Cara Untuk Melarikan Diri dari Dunia Nyata
Jika anak mengalami masa-masa sulit atau stres karena sekolah, media sosial adalah pengalihan perhatian dari kenyataan yang menawarkan rasa anonimitas sehingga dia merasa bisa membicarakan masalahnya secara online.
4. Media Sosial Menghibur
Perusahaan seperti TikTok telah menyempurnakan algoritma mereka untuk mengetahui apa yang diminati oleh para penggunanya. Jika anak menyukai K-Pop, maka dia akan melihat konten tentang K-Pop terus-menerus.
Inilah yang membuat keterlibatan anak pada media sosial sangat tinggi dan membuatnya tergoda untuk terus kembali lagi, terutama ketika dia bosan.
Tanda Anak Kecanduan Media Sosial
Meskipun banyak orang yang menggunakan media sosial, ada tanda yang menunjukkan bahwa orang tersebut mulai kecanduan. Berikut adalah beberapa tandanya.
-
Menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan penggunaan media sosial
-
Merasakan dorongan untuk menggunakan media sosial setiap hari
-
Menggunakan media sosial sebagai cara untuk mengabaikan masalah
-
Tidak berusaha atau berhasil mengurangi penggunaan media sosial
-
Marah dan cemas ketika tidak dapat mengakses media sosial
-
Penggunaan media sosial mempengaruhi nilai akademis anak
Cara Tetapkan Batasan Sehat untuk Anak
Agar bisa mengatasi kecanduan anak akan media sosial, berikut adalah beberapa batasan sehat yang bisa diterapkan kepadanya.
1. Pastikan Anak Memiliki Jadwal Harian
Tidak semua anak memiliki jadwal kegiatan sehari-hari. Tak sedikit anak yang jadwalnya dimulai sejak pagi hari dari layar ponsel hingga menjelang tidur dengan tetap menggunakan media sosial.
Jika orang tua melakukan hal yang sama, maka secara otomatis anak juga akan mengikutinya.
Jadi, pastikan orang tua selalu menjadi panutan pertama bagi anak. Buatlah jadwal harian bagi diri sendiri dan keluarga mulai sekarang.
2. Ambil Ponsel Anak di Malam Hari
Pola asuh sederhana, tetapi tetap efektif adalah dengan tidak mengizinkan anak menggunakan ponsel di malam hari. Jadi, simpan ponsel anak saat dia tidur atau saat sedang mengisi daya.
Ini karena banyak anak yang sambil mengisi daya ponsel, justru tetap menggunakannya untuk membuka media sosial, bahkan hingga larut malam.
3. Tetapkan Batas Waktu Penggunaan Perangkat Digital
Orang tua harus membatasi penggunaan perangkat digital anak, seperti ponsel, tablet, dan perangkat komputer yang terhubung ke internet. Tidak peduli anak merasa keberatan atau bahkan marah.
Buat anak mereka mengerti bahwa penggunaan dunia sosial digital yang berlebihan akan membahayakan kesehatan mentalnya dan menimbulkan banyak masalah perilaku.
Jadi, orang tua harus menghadapi kemarahan anak dengan tenang dan memahami rasa frustasinya.
4. Minta Password Anak atau Gunakan Fitur Parental Control
Orang tua harus mengetahui password ponsel, tablet, atau laptop anak. Jangan kalah meski anak keberatan atau bahkan marah saat diminta hal tersebut.
Jika kesulitan untuk mendapatkannya, maka gunakan aplikasi atau fitur parental control pada semua perangkat digital anak. Ini memungkinkan orang tua untuk mengetahui aktivitas apa saja yang dilakukan anak di ponsel atau tablet atau laptopnya.
5. Lakukan Percakapan Terbuka tentang Media Sosial
Anak mungkin tidak menyadari betapa berbahayanya kecanduan media sosial. Jadi, pastikan orang tua memiliki komunikasi yang terbuka tentang media sosial dan masalah lain yang mungkin dihadapi anak.
Jadikan rumah sebagai tempat yang aman untuk mendiskusikan keingintahuan, tantangan, frustrasi, dan stres.
Semakin anak merasa nyaman untuk berbagi kehidupannya dengan orang tua, semakin kecil kemungkinan dia melampiaskan perasaannya di media sosial yang membuatnya kecanduan.
Sumber:
https://www.almondsolutions.com/blog/parenting-tips-if-your-teenager-is-social-media-addict
https://www.tryohana.com/en/blog/why-is-your-kid-so-obsessed-with-social-media
https://www.cnld.org/help-your-child-overcome-social-media-addiction/
~Febria