Ini yang Dikorbankan Anak dan Dampak Negatif Jika Terlalu Banyak Kegiatan Ekstrakurikuler

Ini yang Dikorbankan Anak dan Dampak Negatif Jika Terlalu Banyak Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler memang baik untuk anak. Daripada waktu luangnya dihabiskan dengan menonton Netflix atau bermain game, tentu saja lebih baik dipakai untuk melakukan kegiatan bermanfaat.

Namun, sesuatu yang berlebihan dampaknya tidak baik. Termasuk dengan kegiatan ekstrakurikuler yang dilakukan anak. Jika terlalu banyak, bukan tidak mungkin ini justru bisa memberikan dampak negatif baginya.

Apa yang Dikorbankan Anak Jika Kegiatannya Terlalu Banyak?

Berikut adalah tiga aspek kehidupan anak yang dikorbankan ketika jika terlalu sibuk dengan kegiatan ekstrakurikulernya.

1. Kesehatan

Penyakit mental seperti stres dan kecemasan sekarang sudah memasuki kehidupan anak-anak.

Sebagian besar penyebabnya adalah karena tidak mendapatkan waktu istirahat yang cukup. Anak yang selalu disibukkan dengan berbagai aktivitas, tidak bisa menenangkan pikiran dan bebas bermain.

Menurut Peter Gray dalam bukunya "Free to Learn," kurangnya waktu bermain bebas ini dikaitkan dengan meningkatnya jumlah anak yang menderita kecemasan, depresi, dan gangguan kesehatan mental lainnya.

2. Kreativitas

Agar anak kreatif, dia harus memiliki waktu untuk bereksplorasi dan berkembang. Jadi, bagaimana mungkin anak memiliki kesempatan untuk menjadi kreatif jika selalu merasa terburu-buru di antara banyak kegiatan ekstrakurikulernya?

Menurut Diane Ehrensaft, Ph.D., seorang psikolog perkembangan dan klinis, anak yang tidak punya waktu untuk menggunakan potensi dirinya dengan maksimal, dapat memadamkan kreativitasnya.

3. Kesadaran diri

Anak-anak membutuhkan waktu untuk menjadi dirinya sendiri. Dengan begitu, mereka lebih mungkin untuk berhubungan dengan emosi dirinya dan pada akhirnya mencari tahu siapa dirinya dan apa yang diinginkannya.

Untuk mencapai hal tersebut, anak-anak butuh saat-saat yang tenang dan hening untuk memusatkan perhatian dan introspeksi. Jika terlibat dalam terlalu banyak kegiatan, mereka kehilangan kesempatan untuk menemukan jati diri yang otentik.

Dampak Negatif Terlalu Banyak Kegiatan Ekstrakurikuler

Jika anak dibiarkan (atau bahkan dipaksakan) untuk mengikuti terlalu banyak kegiatan ekstrakurikuler, berikut adalah dampak negatifnya yang akan dirasakannya.

1. Berisiko Depresi

Seperti yang disebutkan di atas, anak-anak juga berpotensi besar mengalami stres. Nah, jika stres dibiarkan dan tidak “diobati”, maka mereka bisa menderita depresi.

Apa penyebabnya? Terlalu sering belajar atau terlalu banyak kegiatan di luar belajar. Karena hal tersebut bisa membuat mereka merasa terkekang sehingga psikisnya terganggu dan akhirnya mengakibatkan gangguan dalam kesehatan mental.

2. Mudah Burnout

Siapa bilang kondisi burnout hanya bisa dialami oleh orang dewasa yang sudah bekerja? Anak yang merasa sangat lelah akibat terlalu banyak memiliki kegiatan juga bisa burnout. Efeknya juga mirip dengan yang dialami orang dewasa.

Jika burnout ini tidak diatasi dengan bantuan orang tua dan anak malah terus dipaksa untuk berkegiatan, hasil akhirnya adalah stres yang menjadi depresi. Kalau sudah begini, semua kegiatan yang dilakukan anak tidak akan ada hasilnya.

3. Sering Sakit-Sakitan

Kalau kesehatan mental saja bisa terganggu, apalagi kesehatan fisik. Tidak heran jika anak yang terlalu banyak kegiatan ekstrakurikuler menjadi sering sakit-sakitan.

Penyebabnya selain karena tubuhnya terlalu lelah, stres yang dirasakannya juga mulai berdampak terhadap kondisi fisiknya. Apalagi jika anak hanya diberikan waktu istirahat yang sedikit dan terbatas.

4. Tidak Ada Ilmu yang Diserap

Tujuan orang tua membolehkan (atau bahkan “memaksa”) anak untuk mengikuti berbagai macam kegiatan adalah agar dia memiliki banyak ilmu atau life skill yang akan berguna untuk masa depannya.

Namun, jika anak melakukan banyak kegiatan secara bersamaan, bukannya mendapatkan ilmu justru dia bisa kelelahan. Akibatnya, tidak ada ilmu yang bisa diserap dari semua kegiatan ekstrakurikuler yang diikutinya.

5. Kemampuan Sosialnya Menurun

Manusia pada dasarnya adalah manusia sosial. Apalagi anak-anak yang masih dalam proses perkembangan, tentu saja membutuhkan sosialisasi dengan lingkungannya. Namun, hal tersebut tidak akan didapatkan jika mereka memiliki terlalu banyak kegiatan.

Memang, mengikuti macam-macam ekstrakurikuler membuat anak bertemu dengan banyak teman. Namun, karena banyaknya kegiatan yang harus diikuti, mereka justru jadi tidak memiliki waktu untuk bermain-main dengan teman-temannya itu.

6. Merasa Tidak Tertarik Lagi dengan Kegiatan Tersebut

Saat kamu makan makanan yang itu-itu saja atau mendengarkan lagu yang sama secara berulang-ulang dalam waktu lama, tentu saja akan bosan dan akhirnya tidak tertarik lagi, bukan?

Hal yang sama juga akan terjadi pada anak yang terlalu banyak memiliki kegiatan ekstrakurikuler. Apalagi jika dia sebenarnya sudah merasa kelelahan dan stres dengan semua kegiatannya, bukan tidak mungkin dia jadi muak dengan kegiatan tersebut.

Akhirnya mereka sudah tidak merasa tertarik lagi untuk menjalaninya dan memilih untuk tidak melakukan apa-apa, bahkan menutup dirinya dari orang lain. Ini merupakan salah satu dampak dari depresi yang dirasakannya.

Jadi, meski mengikuti kegiatan ekstrakurikuler memiliki manfaat baik untuk anak, tetapi sebaiknya jangan terlalu banyak. Karena ini justru bisa memberikan dampak buruk baginya.


 

Referensi:

https://bpkpenabur.or.id/news/blog/tak-selamanya-baik-ini-dampak-negatif-anak-terlalu-banyak-belajar?page=360

https://washingtonparent.com/why-too-many-extracurricular-activities-are-bad-for-our-kids/

https://choc.org/news/after-school-activities-the-pros-and-cons-of-filling-your-kids-schedule/

https://5210.psu.edu/your-childs-extracurricular-activities-too-much-or-just-right/

~Febria