Cara Menangani Anak SMP yang Sikapnya Berubah Jadi Tertutup
Saat mulai masuk SMP dan menjadi remaja, anak akan mengalami perubahan hormon yang cukup kuat. Salah satu dampaknya ada perubahan sikap dan tak sedikit yang justru menjadi anak tertutup. Meskipun mungkin saat masih kecil, dia tidak seperti itu.
Dijauhi oleh remaja bisa menjadi pengalaman yang “menyakitkan” bagi orang tua. Tak sedikit orang tua yang sudah mencoba untuk mendekatkan diri dan berbicara dengan anak remajanya, tetapi yang didapatkan hanyalah perlakuan diam.
Sebenarnya, ada alasan anak SMP menjadi tertutup. Dengan mengetahui alasannya, orang tua jadi bisa tahu cara menghadapinya.
Alasan Anak SMP Bersikap Tertutup
1. Merasa Tertekan
Menjadi anak SMP bisa membuat anak berada di bawah tekanan yang lebih besar daripada yang pernah dialaminya saat masih kecil. Ia merasa dibebankan harapan untuk berprestasi sangat tinggi.
Anak mungkin saja merasa terbeban dengan jadwal olahraga yang padat, belajar atau mengerjakan PR berjam-jam di malam hari, dan kegiatan ekstrakurikuler yang dijalaninya.
Belum lagi dengan tekanan sosial dan perubahan yang canggung pada masa remaja, yang membuat anak mendapatkan tekanan dari setiap bidang kehidupan.
Jika anak remaja melihat orang tua sebagai tekanan atau beban, bukan sebagai sekutu, maka dia akan menutup pintu dan mencari perlindungan lain.
2. Merasa Disalahpahami
Dengan berbagai alasan, anak remaja sering merasa terpinggirkan. Apalagi orang tua dan orang-orang dewasa lainnya lebih suka memberitahu apa yang harus dilakukannya, tanpa menanyakan kemauannya.
Banyak anak remaja yang mengeluh orang dewasa tidak mendengarkannya. Mereka merasa tidak ada yang memahami mereka atau meluangkan waktu untuk mengenal diri mereka.
Sayangnya, banyak orang tua yang berasumsi memahami anak remajanya karena pernah menjadi remaja. Namun, itu adalah asumsi yang berbahaya karena setiap masa remaja unik dan kondisi dunia yang telah berubah.
3. Lelah Diatur
Sebagai orang tua, wajar jika ingin menyelamatkan anak dari semua kesalahan yang pernah dilakukan di masa lalu. Jadi, ketika anak melakukan sesuatu yang salah, orang tua biasanya dengan cepat mengoreksinya.
Ini sebenarnya bisa dilihat anak sebagai kritik yang terus-menerus dan membuatnya merasa tercekik. Kadang, cara ini membuat anak merasa tidak akan pernah bisa melakukan sesuatu yang benar di mata orang tuanya.
4. Merasa Orang Tua Tidak Bisa Dipercaya dan Diandalkan
Ketika orang tua membuat janji dan tidak menepatinya, ini adalah kekecewaan yang sangat besar pada anak. Ketika ini menjadi sebuah pola, anak merasa orang tuanya tidak dapat dipercaya dan tidak dapat diandalkan.
Anak yang merasa tersakiti itu akan mulai membangun tembok untuk melindungi dirinya sendiri.
5. Tidak Merasa Aman dengan Orang Tuanya
Masa remaja yang memiliki begitu banyak perubahan, bisa menimbulkan meresahkan yang bisa dirasakan mulai dari tubuh hingga perasaan dan pertemanannya. Ini membuat remaja seharusnya memiliki tempat yang aman.
Namun, jika orang tua yang seharusnya menjadi tempat aman baginya, malah memberikan beban dan stres tambahan, mereka akan ingin berada di tempat lain. Apalagi jika orang tua tidak akur atau bahkan hubungan dengan saudara kandungnya tidak baik.
Apa yang Bisa Dilakukan Orang Tua?
Orang tua tentu tidak bisa diam saja menghadapi perubahan sikap anak SMP-nya yang menjadi tertutup. Berikut adalah beberapa cara yang bisa dilakukan.
1. Tunjukkan Empati
Lakukan yang terbaik untuk memahami anak dan tunjukkan empati kepadanya mengenai tekanan yang dialaminya saat ini.
Jika anak mengalami kegagalan di sekolah, ajukan beberapa pertanyaan seperti, “Apa yang bisa Ayah/Ibu bantu?” atau “Apa yang bisa kita lakukan untuk mengatasi hal ini?”. Pertanyaan seperti itu menjadi cara bahwa orang tua siap memberikan dukungan.
Jika perlu, kurangi jumlah kegiatan anak dan berikan pilihan kegiatan apa yang ingin dikuranginya. Lalu, bantu menetapkan batasan untuk meningkatkan kesejahteraan anak.
2. Anggaplah Tidak Tahu Apa-Apa
Orang tua harus mendapatkan informasi sebanyak mungkin mengenai kehidupan anak remaja sekarang. Jangan berasumsi dan anggap tidak tahu apa pun mengenai dunia remaja.
Ajukan banyak pertanyaan dan tahan godaan untuk memberi tahu anak apa yang harus dilakukannya. Bicaralah dengan teman-teman anak saat datang.
Jika anak remaja mulai memberikan jawaban yang dingin dan hanya satu kata, lebih baik mundur. Ini mungkin karena anak merasa diinterogasi dan orang tua tak boleh memaksakan diri.
3. Biarkan Anak Melakukan Kesalahan
Jangan terbiasa untuk mengkritik anak. Biarkan dia melakukan beberapa kesalahan. Beri ruang untuk bernapas. Kalau pun harus memberikan kritik, sampaikan juga beberapa hal yang membuat orang tua merasa bangga kepadanya.
4. Jangan Malu Minta Maaf
Orang tua tak lepas dari kesalahan dan pasti pernah membuat anak kecewa. Jangan malu untuk meminta maaf atas kekecewaan yang terjadi di masa lalu pada anak. Kemudian, berjanjilah untuk menepati janji-janji kepada anak ke depannya.
5. Berikan Tempat yang Aman
Lakukan yang terbaik agar orang tua dan rumah menjadi tempat yang aman bagi anak remaja. Temukan solusi dari setiap masalah yang dihadapi di rumah.
Jika orang tua sering bertengkar, carilah bantuan profesional atau melakukan konseling untuk membantu mengatasinya. Begitu juga jika konflik pada anak-anak tak bisa diatasi, jangan ragu mengajak mereka untuk berbicara dengan profesional.
Anak SMP Masih Ingin Dicintai (Meskipun Tidak Menunjukkannya)
Anak remaja mungkin memberikan sinyal nonverbal untuk mengusir orang tuanya. Namun, jangan jatuh ke dalam perangkap tersebut.
Anak remaja masih membutuhkan kasih sayang, bahkan lebih dari sebelumnya. Katakan padanya kalau orang tua tetap mencintainya, dengan kata-kata dan tindakan. Orang tua harus belajar lagi untuk menunjukkan cinta dengan berbagai cara.
Tak peduli seberapa keras anak berusaha menjauh, orang tua tak boleh menarik kasih sayangnya ketika anak mendapat masalah atau mengasingkan diri. Biarkan dia tahu bahwa apa pun yang dilakukannya, orang tua akan tetap mencintainya.
Sumber:
https://www.allprodad.com/5-reasons-shut-out-teenager/
~Febria