Bimbel Sinotif Menjawab Keraguan Orangtua Terhadap Belajar Online

Bimbel Sinotif Menjawab Keraguan Orangtua Terhadap Belajar Online

Salah satu naluri orangtua ialah memberikan pendidikan terbaik kepada anak-anaknya. Selain karena kasih sayang dan tanggung jawab, naluri tersebut berangkat dari kesadaran bahwa pendidikan merupakan salah satu bekal terpenting dalam hidup. Itu sebabnya upaya orangtua untuk menyiapkan masa depan anak-anak sering dimulai dengan merencanakan pendidikannya.

Naluri itu pula yang mendorong para orangtua senantiasa berusaha mencari solusi ketika anak-anaknya menghadapi kesulitan pada mata pelajaran tertentu yang diajarkan di sekolah. Bahkan, ketika tidak mengalami kesulitan pun, para orangtua tetap berupaya agar kemampuan sang anak semakin baik.

 

Kebanyakan orang tua telah menyadari salah satu cara untuk mengakomodasi kebutuhan serta mengatasi kesulitan tersebut ialah dengan memberikan pelajaran tambahan di luar sekolah. Mendaftarkan anak ke lembaga-lembaga bimbingan belajar menjadi kewajaran sejak dulu. Mendatangkan guru les privat ke rumah juga telah lama jadi pilihan.

 

Seiring zaman dan berkembangnya teknologi, cara baru pun tersedia. Belajar jarak jauh menghadirkan alternatif untuk mendapatkan pelajaran tambahan.

Bimbingan belajar tetap eksis, tapi media dan caranya telah berevolusi. Seperti para orangtua menemukan keasyikan dan kemudahan berbelanja online dibanding antre di kasir supermarket, anak-anak masa kini juga telah mendapatkan pilihan cara belajar yang lebih baik.

Persoalannya, persepsi dan sambutan orangtua terhadap belajar online masih dipenuhi keraguan. Mereka masih enggan untuk memberikan layanan bimbel online untuk anak-anaknya.

Jika terhadap belanja online para orangtua mudah dan cepat untuk menerimanya sebagai pilihan terbaik, tidak demikian pada belajar online. Banyak orangtua masih menganggap belajar online kurang efektif mengatasi kesulitan anak-anak mereka.

Keraguan tersebut sebenarnya bisa dimaknai sebagai bentuk kehati-hatian orangtua dalam memilih pendidikan untuk sang anak. Orangtua tak ingin anaknya salah memilih  tempat atau cara belajar.

Anggapan bahwa belajar online kurang efektif tampaknya dilatarbelakangi oleh dua faktor utama. Pertama, bisa dikatakan hingga saat ini mayoritas orangtua merupakan generasi pengenyam sistem pendidikan konvensional yang menjadikan metode tatap muka di kelas sebagai cara utama belajar. Pengalaman panjang dengan cara belajar tersebut membentuk sudut pandang di benak para orangtua bahwa tatap muka secara fisik di kelas sebagai satu-satunya cara belajar yang tepat.

Kedua, fenomena belajar online di Indonesia belum berlangsung lama dan dipicu bukan oleh “kesadaran”, melainkan karena “keterpaksaan” yang serba tiba-tiba akibat pandemi Covid-19

Selama pandemi, metode dan praktik belajar online masih banyak kekurangan. Apalagi belajar online cenderung dipahami sebagai pemanfaatan teknologi untuk mengirimkan materi pelajaran. Masih sebatas menjadikan internet sebagai perantara untuk menonton video tutorial atau rekaman teori dan uraian. Lalu tanpa ada tanya jawab dan diskusi, murid diminta mengerjakan soal dan mengirimkan tugas dalam jumlah banyak sekaligus.

Praktik belajar online yang berlangsung selama pandemi Covid-19 seperti itu tidak seperti yang diharapkan oleh orangtua dan murid. Sebab justru menambah beban dan kesulitan baru. Anak bukannya termotivasi, malah semakin jenuh, lelah, dan tertekan.

Oleh karenanya, anggapan bahwa belajar online kurang efektif untuk menunjang kebutuhan anak sebenarnya timbul karena kurangnya referensi orangtua tentang bentuk pemanfaatan teknologi dalam pendidikan.

Seperti halnya teknologi memudahkan cara orang membeli barang dan mengakses layanan kesehatan, teknologi pun bisa membuat proses belajar anak semakin variatif dan efektif. Jika di satu sisi belajar online membutuhkan biaya tambahan untuk menyediakan sarana seperti internet dan smartphone, pada saat yang sama ada banyak tenaga, waktu, dan ruang yang bisa dihemat. Ada pula kenyamanan, keamanan, dan keleluasaan yang diperoleh lewat belajar online.

Persepsi tentang belajar online yang kurang efektif perlu diluruskan. Sebab bukan belajar online-nya yang tidak memberikan manfaat. Melainkan metode atau caranya yang menentukan.

Penelitian Vasile Gherhes dkk. yang membandingkan antara belajar tatap muka dan belajar online pada murid di Rumania semenjak pandemi Covid-19 kembali menegaskan bahwa cara belajar konvensional-tradisional telah mengalami reformasi.

Menurut penelitian yang dipublikasikan pada Jurnal Sustainability edisi April 2021 tersebut belajar online bisa lebih berkualitas karena memungkinkan strategi belajar dirancang lebih cermat dengan mempertimbangkan kemampuan murid. Setiap murid mendapat kesempatan belajar sesuai pace masing-masing. Sedangkan ketika belajar tatap muka di kelas, kemampuan atau karakter murid cenderung digeneralisasi.

Senada dengan itu, hasil penelitian Artina Diniaty dkk. dari Universitas Islam Indonesia pada 2020 tentang strategi pembelajaran Kimia menyebut bahwa informasi tentang karakter dan gaya belajar peserta didik merupakan pondasi awal untuk menyiapkan strategi pembelajaran yang efektif.

Dari dua studi di atas bisa ditarik pemahaman bahwa selagi dilakukan dengan metode atau strategi yang tepat, belajar online bisa efektif mendukung pendidikan anak. 

Bimbel Sinotif menjadi salah satu contohnya. Belajar online di Sinotif bukan aktivitas menonton video tutorial atau mengerjakan soal secara maraton. Melainkan pendampingan belajar yang diselenggarakan secara jarak jauh, tapi tetap erat menjangkau murid.

Dengan metode Personalized, kegiatan belajar di Sinotif memperhatikan karakter dan kebutuhan setiap murid. Tersedianya berbagai pilihan program, termasuk semiprivat yang hanya berisi 3-5 murid per kelas, menjadi salah satu cara Sinotif untuk mengakomodasi kebutuhan belajar setiap murid.

Penyampaian materi, diskusi hingga evaluasi yang dibimbing oleh guru-guru Sinotif didasarkan pada pertimbangan bahwa setiap murid membutuhkan pendekatan yang berbeda. Baik mereka yang gaya belajarnya bersifat auditory, visual, maupun kinestetik.

Kerja sama antara guru, murid, dan orang tua juga memegang peranan dalam keberhasilan belajar online. Sebab kadang target orangtua belum tentu sejalan dengan keinginan murid. Oleh karena itu, Sinotif senantiasa menyampaikan laporan belajar setiap murid kepada orangtua. Forum diskusi dan konsultasi juga diselenggarakan secara teratur.

Dengan metode dan pendekatan tersebut Sinotif bisa memenuhi harapan orangtua dan murid yang menghendaki pencapaian belajar lebih baik. Itu bisa dilihat dari kemajuan belajar murid Sinotif yang memuaskan.

Tak sekadar ukuran nilai pelajaran, sikap anak dalam memandang suatu pelajaran juga bisa berubah menjadi lebih baik. Salah satunya diungkap oleh Audrey Viadella, orangtua dari siswa kelas 4 SD St. Yakobus Kelapa Gading. Sang anak, Mattew Adrien, tak lagi takut pada pelajaran Matematika setelah mengikut bimbel Sinotif. Motivasinya untuk belajar Matematika meningkat berkat metode belajar Sinotif.

Oleh karenanya para orangtua yang masih berpandangan bahwa belajar online tidak efektif, itu bukan berarti belajar online bisa dikesampingkan. Dengan metode dan strategi yang tepat, belajar online justru bisa mendukung serta meningkatkan kualitas pendidikan anak. Sinotif sudah membuktikannya. ~ Hendra Wardhana