Belajar di Sekolah Internasional, Apa Tantangan dan Kelebihannya?

Belajar di Sekolah Internasional, Apa Tantangan dan Kelebihannya?

Suasana belajar di salah satu sekolah internasional di Jakarta
Salah satu sekolah internasional di Jakarta. | Foto dokumentasi Jakarta Intercultural School diambil dari kompas.com.

Sekolah internasional semakin banyak di Indonesia. Tren orang tua menyekolahkan anak di sekolah internasional juga terus meningkat, terutama di sekolah-sekolah yang menggunakan kurikulum International Baccalaureate (IB) dan Cambridge.

Menariknya, orang tua yang mendaftarkan buah hati menempuh pendidikan di sekolah internasional, kini tidak hanya didominasi oleh para ekspatriat dan orang tua dari kalangan atas, tetapi mulai merambah ke orang tua-orang tua lokal dari kalangan kelas menengah.

Mungkin kita jadi bertanya-tanya, apa kelebihan sekolah internasional hingga orang tua berlomba menyekolahkan anak-anak mereka di sana?

 

Pendidikan Terbaik Berstandar Internasional

Orang tua umumnya ingin selalu memberikan yang terbaik bagi si buah hati, termasuk dalam hal pendidikan.

 

Kegiatan belajar mengajar di sekolah internasional
Suasana belajar-mengajar di sekolah internasional. | Shutterstock.

Nah, sebagian orang tua beranggapan sekolah internasional memiliki kualitas yang lebih unggul dibanding sekolah nasional. Hal tersebut dikarenakan sekolah internasional memiliki standar pendidikan yang diakui secara global.

Dengan mengenyam pendidikan di sekolah internasional yang mendapat sertifikasi resmi dari Cambridge, IB, atau lembaga pendidikan internasional lainnya, anak-anak diharapkan akan lebih mudah menghadapi tantangan global.

Terlebih, berkat kecanggihan teknologi, dunia kini seolah tanpa sekat. Persaingan kerja dan usaha semakin ketat. Anak-anak kelak tidak hanya akan bersaing dengan saudara sebangsa, tetapi juga dengan anak-anak dari negara lain.

 

Seperti Apa Kurikulum Internasional?

Sama seperti halnya sekolah-sekolah nasional yang ada di Indonesia, sekolah dengan kurikulum internasional juga memiliki jenjang pendidikan berdasarkan usia. Kurikulum Cambridge maupun IB dibagi dalam beberapa jenjang pendidikan.

 

Les internasional membantu anak memahami materi
Siswa sekolah internasional. | Foto dokumentasi Mentari Intercultural School diambil dari kalderanews.com

Jenjang awal dalam kurikulum Cambridge adalah Cambridge Primary. Jenjang pendidikan ini umumnya untuk anak-anak yang berusia lima hingga 11 tahun. Kalau di kurikulum nasional setara dengan kelas 1 hingga 6 SD.

Mata pelajaran yang dipelajari di Cambridge Primary sedikit berbeda dengan pelajaran di sekolah-sekolah nasional. Kalau di sekolah nasional, siswa SD umumnya wajib belajar Bahasa Indonesia, PPKN, Matematika, IPA, IPS, PJOK, Seni Budaya, dan Keterampilan yang tergabung dalam satu kesatuan dengan satu buku paket, buku Tematik.

Nah, kalau di Cambridge Primary, pelajaran dibagi menjadi dua bagian. Pertama, pelajaran inti yang terdiri dari English as a first or second language, Mathematics (Number, Measure, Geometry, Data Handling, Problem-Solving), dan Sciences (Biology, Physics, Chemistry, Scientific Enquiry). Kedua, mata pelajaran tambahan yang terdiri dari Art & Design, Digital Literacy, Music, dan Physical Education (PE).

Kalau di SD berkurikulum nasional, mata pelajaran Bahasa Inggris umumnya hanya satu minggu sekali. Itu pun paling lama hanya dua jam pelajaran. Nah, kalau di sekolah internasional, belajar bahasa Inggris nyaris setiap hari. Setiap waktu.

Selain bahasa pengantarnya memang menggunakan bahasa Inggris, bahasa Inggris yang dipelajari juga lebih mendalam. Ada kelas Reading, Writing, Speaking, dan Listening. Jadi tidak sekadar mempelajari tata bahasa dan kosa kata baru. Namun, belajar secara lebih menyeluruh.

Jenjang yang lebih tinggi adalah Cambridge Lower Secondary. Ini umumnya untuk anak-anak berusia 11 hingga 14 tahun. Kalau di sekolah nasional setara dengan jenjang SMP. Mata pelajaran yang dipelajari di Cambridge Lower Secondary sama dengan Cambridge Primary. Hanya saja ditambah dengan pelajaran-pelajaran untuk ujian O Level.

Selanjutnya adalah jenjang Cambridge Upper Secondary. Jenjang ini umumnya untuk siswa berusia 14 hingga 16 tahun. Setara dengan jenjang SMA. Mata pelajaran inti yang harus dipelajari tetap tiga, yaitu English, Mathematics, dan Sciences. Namun, ditambah dengan beberapa pelajaran-pelajaran untuk ujian O Level dan IGCSE.

 

Bagaimana dengan Kurikulum IB?

Untuk kurikulum IB, anak-anak berusia di bawah 12 tahun menimba ilmu di jenjang Primary Years Programme. Jenjang ini kalau di kurikulum nasional setara dengan kelas 1 hingga 5 SD.

 

Siswa kurikulum internasional kelompok SD
Suasana belajar di salah satu sekolah internasional. | Shutterstock.

Jenjang selanjutnya adalah Middle Years Programme. Kalau di kurikulum nasional, jenjang ini setara dengan kelas 6 SD hingga kelas 10 SMA.

Mata pelajaran yang dipelajari untuk jenjang Primary Years Programme umumnya ada enam, yaitu Language and Literature, Individuals and Societies, Sciences, Mathematics, Arts, dan Physical and Health Education.

Begitu juga untuk Middle Years Programme. Mata pelajaran utama yang dipelajari ada enam. Hanya saja, pelajaran yang dipelajari lebih luas dan dalam. Selain itu ada beberapa mata pelajaran tambahan.

Language and Literature mempelajari bahasa dan sastra. Siswa mempelajari penggunaan bahasa dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan.

Individuals and Societies mempelajari pribadi dan masyarakat. Siswa mempelajari ilmu-ilmu sosial seperti Sejarah, Geografi, Ekonomi, Politik, Bisnis, Filsafat, Hukum Internasional, hingga Sosiologi.

Sciences mempelajari sains, seperti Biologi, Kimia, dan Fisika. Beberapa sekolah ada juga yang menambahkan Ilmu Lingkungan Hidup, Ilmu Kesehatan, dan Geologi.

Mathematics mempelajari Standard Mathematics (Matematika Standar) atau Extended Mathematics (Matematika Lanjutan).

Arts mempelajari seni visual dan seni pertunjukan, seperti media, drama, musik, serta tari.

Physical and Health Education mempelajari ilmu kesehatan dan olahraga seperti gaya hidup sehat, nutrisi, P3K, olahraga estetika, olahraga tim, olahraga perorangan, dan olahraga internasional.

Setelah itu, jenjang yang lebih tinggi adalah Diploma Programme. Kalau di kurikulum nasional, jenjang ini setara dengan kelas 11 dan 12 SMA. Pelajaran yang dipelajari lebih beragam dan lebih mendalam.

 

Beban Pelajaran dan Ujian Lebih Berat

Mata pelajaran di sekolah internasional cenderung lebih berat. Siswa yang menimba ilmu di sekolah internasional biasanya tidak hanya mempelajari teori, tetapi juga studi kasus. Pelajaran yang dipelajari juga sudah mulai detail dan kompleks. Apalagi bahasa pengantarnya juga menggunakan bahasa Inggris.

Panduan tentang kurikulum Cambridge
Kurikulum Cambridge. | Foto dokumentasi Cambridge International.

Begitu juga dengan ujian setiap level. Untuk Cambridge Primary dan Cambridge Lower Secondary, mata pelajaran yang diujikan adalah mata pelajaran-mata pelajaran inti. Ujian kelulusan untuk Cambridge Primary dilakukan pada grade 6, setara dengan kelas 6 SD, berupa ujian checkpoint.

Sementara, ujian checkpoint untuk kelulusan Cambridge Lower Secondary dilakukan saat grade 2, kalau di kurikulum nasional setara dengan kelas 8.

Ujian yang lebih kompleks terasa saat di Cambridge Upper Secondary. Saat grade 2, atau kelas 10 SMA di sekolah nasional, ada ujian IGCSE dan O Level sebagai ujian kelulusan. Ujian yang diujikan adalah pelajaran-pelajaran inti, ditambah dengan pelajaran tambahan berjumlah dua hingga 11 pelajaran.

Untuk kurikulum Cambridge, setelah Cambridge Upper Secondary, bila ingin menempuh pendidikan yang lebih tinggi ke jenjang kuliah, siswa harus melanjutkan ke Cambridge Advanced. Ada tiga pilihan yang bisa diambil siswa pada jenjang ini, yaitu Cambridge International A Levels, Cambridge International AS Levels, dan Cambridge Pre-U.

Untuk Cambridge International A Levels, pendidikan ditempuh dalam waktu dua tahun. Ujian kelulusan dilakukan saat grade 2, kalau di sekolah nasional setara dengan kelas 12. Setelah lulus A Level, siswa dapat langsung melanjutkan kuliah di universitas-universitas ternama.

Sementara, bila mengambil Cambridge International AS Levels, siswa hanya menempuh pendidikan selama satu tahun. Namun, setelah lulus level ini, harus mengikuti satu tahun pendidikan di pra-universitas (college) sebelum dapat melanjutkan ke universitas.

Bila tidak memungkinkan menempuh ujian IGCSE dan O Level tetapi ingin melanjutkan ke jenjang universitas, Cambridge Pre-U bisa menjadi pilihan. Siswa harus menempuh pendidikan dua tahun di pra-universitas (college) sebelum menimba ilmu di universitas.

Lalu bagaimana dengan ujian untuk kurikulum IB? Untuk Primary Years Programme, saat grade 5, setara kelas 5 SD, ada final examination untuk ujian kelulusan. Mata pelajaran yang diujikan adalah Language and Literature, Individuals and Societies, Sciences, dan Mathematics.

Selain pelajaran-pelajaran tersebut, ada juga ujian kelulusan yang dinilai berdasarkan tugas dan portofolio siswa. Ada dua mata pelajaran yang dinilai seperti itu, yaitu Arts dan Physical and Health Educations.

Untuk Middle Years Programme, ujian kelulusan berupa final examination juga dilakukan pada grade 5, setara dengan kelas 10 SMA. Mata pelajaran yang diujikan adalah Language and Literature, Individuals and Societies, Sciences, Mathematics, dan Interdisciplinary Learning.

Sementara untuk ujian yang dinilai berdasarkan tugas dan portofolio siswa, ada tiga mata pelajaran, yaitu Language Acquisition, Physical and Health Education, dan Arts or Design.

Sedangkan untuk Diploma Programme, ujian kelulusan dilakukan pada saat grade 2, setara dengan kelas 12 SMA. Ada ujian kelulusan IB Diploma Programme Test. Ujian tersebut berupa Theory of Knowledge, Extended Essay, dan Creativity, Activity, Service (CAS).

Siswa dapat memilih pelajaran yang akan diujikan dari beberapa kelompok mata pelajaran yang selama ini dipelajari, seperti Language Acquisition, Individuals and Societies, Sciences, Mathematics, dan Arts (mata pelajaran pilihan).

 

Dibantu Bimbingan Belajar

Berdasarkan beberapa pengalaman siswa, tantangan belajar di sekolah internasional terasa lebih berat apabila siswa tersebut sudah berada di grade yang lebih tinggi dan sebelumnya belajar di sekolah dengan kurikulum nasional, bukan kurikulum internasional.

 

Bimbel sebagai salah satu solusi jika mengalami kesulitan di sekolah
Bila kesulitan mengikuti belajar di sekolah internasional, mengambil les internasional bisa menjadi salah satu solusi. | Foto dokumentasi Sinotif.

Hal tersebut seperti yang dialami Anton. SD hingga SMP ia bersekolah di sekolah nasional. Saat memasuki kelas 10 ia pindah ke sekolah internasional dengan kurikulum Cambridge, Binus School Serpong. Alhasil, ia butuh usaha ekstra untuk menyesuaikan diri.

Anton mengungkapkan, kendala yang sangat terasa adalah memahami istilah-istilah dalam bahasa Inggris, baik dalam pelajaran Mathematics maupun Sciences. Meski ia cukup lancar berbahasa Inggris, saat mengikuti pelajaran-pelajaran tersebut di sekolah internasional, tetap saja kelabakan.

Apalagi poin-poin penilaian di sekolah nasional dengan sekolah internasional sangat berbeda, terutama untuk tugas paper yang hampir selalu ada di setiap mata pelajaran yang dipelajari, baik mata pelajaran wajib maupun tambahan.

 

Siswa umumnya akan semakin merasa kesulitan apabila orang tua yang seharusnya dapat mendampingi dan membantu memberikan solusi tentang pendidikan di sekolah, ternyata juga tidak begitu familiar dengan sistem belajar-mengajar, khususnya di sekolah internasional.

 

Lalu bagaimana solusinya? Siswa dan orang tua sebaiknya aktif berkonsultasi kepada pihak sekolah. Apalagi guru dan staf di sekolah internasional umumnya lebih komunikatif, lebih terbuka untuk membantu siswa yang kesulitan mengikuti pelajaran.

Namun, ada kalanya ada beberapa orang tua yang tidak memiliki cukup banyak waktu untuk berkonsultasi dengan pihak sekolah karena urusan pekerjaan atau hal lain. Ada juga yang merasa tidak enak hati karena hambatan-hambatan yang dialami si buah hati terlalu banyak.

Bila kasusnya seperti itu, ada baiknya orang tua memfasilitasi anak dengan mencarikannya les internasional di bimbel yang tepat. Apalagi saat ini cukup banyak les internasional, baik yang privat maupun yang non-privat. Bimbel Sinotif salah satunya.

Manfaat dari bimbingan belajar sangat dirasakan oleh Anton. Pria yang saat ini sudah berstatus sebagai mahasiswa di salah satu universitas ternama itu mengatakan, guru-guru bimbel Sinotif membantu mengurai semua kendala yang ia alami saat awal-awal bersekolah di sekolah internasional.

Saat ia kesulitan menghafal dan memahami istilah-istilah bahasa Inggris dalam beberapa mata pelajaran eksakta, guru-guru Sinotif membantunya dengan membuat “jembatan keledai”. Ada singkatan-singkatan khusus yang dibuat sehingga istilah-istilah itu mudah dihafal dan dipahami.

Anton juga dibimbing secara khusus agar dapat membuat paper dengan baik, sesuai standar yang ditetapkan sekolah internasional. Anton diberitahu tahapan-tahapan yang harus dilakukan secara sistematis dan rinci.

Alhasil, setelah mengikuti bimbel di Sinotif, Anton dapat mengikuti pembelajaran di sekolah dengan sangat baik. Saat melanjutkan ke jenjang universitas, ia bahkan mendapatkan beasiswa.

Hal senada disampaikan oleh Kaithlyn, siswa sekolah internasional Raffles Christian School. Waktu itu ia merasa ragu apakah les internasional adalah solusi akan kesulitannya. Sampai ia merasakan belajar di Sinotif, ia akhirnya lebih mudah memahami pelajaran. Ia merasa lebih bersemangat belajar pelajaran-pelajaran eksakta.

Sebab, pelajaran yang kerap menjadi momok para siswa tersebut dijelaskan dengan cara yang sangat menarik oleh guru les privat Sinotif yang sangat komunikatif. Tahapan-tahapan pembelajarannya juga lebih mudah dimengerti.

Padahal sebelumnya, meski sudah ikut les di suatu bimbel, ada beberapa pelajaran eksakta yang sulit ia pahami. Apalagi ia termasuk siswa yang pendiam. Tidak terlalu aktif bertanya kepada guru saat les privat.

Kaithlyn mengaku, Sinotif sangat membantu saat ia melakukan persiapan Olimpiade Matematika beberapa waktu lalu. Berkat ikut bimbel di Sinotif ia lebih percaya diri ikut olimpiade tersebut. Alhasil, ia berhasil meraih Honorable Mention Award di Math Olimpiade.

Untuk mendapatkan hasil terbaik, memang harus belajar di bimbel terbaik. Apalagi selain menyelenggarakan bimbel secara tatap muka langsung di ruang kelas, Sinotif juga menawarkan bimbingan belajar online. ~ Cucum