Bagaimana Jika Anak Tidak Cocok dengan Guru di Sekolahnya? Ini Cara Orang Tua Mengatasinya

Bagaimana Jika Anak Tidak Cocok dengan Guru di Sekolahnya? Ini Cara Orang Tua Mengatasinya

Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya sekolah di tempat terbaik agar anak juga bisa belajar dengan baik. Di sekolah tersebut, diharapkan anak mendapatkan guru yang terbaik pula untuk menjadi pengajarnya. Namun, bagaimana jika itu tidak terjadi?

Meskipun tidak semua, tetapi tipe guru yang “buruk” pasti ada di tiap sekolah. Ketika anak mengeluh tentang guru tersebut, wajar jika orang tua merasa khawatir. Apalagi jika anak mulai menunjukkan tanda-tanda malas sekolah.

Tipe Guru yang “Buruk” di Sekolah

Berikut ini adalah beberapa jenis guru yang biasanya mendapatkan reputasi "buruk" di kalangan anak-anak.

1. Guru yang Membosankan

Guru ini biasanya lebih sering memberikan tugas daripada menjelaskan. Walaupun mengajar, penjelasannya juga akan membosankan.

Padahal, guru yang lebih terlibat dengan muridnya, yang memberikan penjelasan dan juga tugas, proyek, atau diskusi kelompok, lebih menginspirasi murid-muridnya.

2. Guru Tanpa Kontrol

Kelas guru ini terasa lebih seperti tempat bermain daripada lingkungan belajar yang terorganisir. Guru seperti ini biasanya membiarkan murid mengobrol selama pelajaran dan bahkan mungkin melempar barang selama kelas.

Mungkin ada murid yang menyukai guru seperti ini, tetapi tidak sedikit murid yang akan mengeluh karena kelas menjadi berisik dan kacau sehingga malah membuat stres.

3. Guru “Tidak Serius”

Tipe guru ini tidak pernah mengajarkan materi secara mendalam. Ini bisa membuat anak mengeluh bosan di pelajaran tersebut atau malah menganggap pelajarannya terlalu mudah.

Guru seperti ini juga biasanya memberikan tugas sekolah anak yang jauh lebih mudah daripada guru lainnya.

4. Guru yang Kejam

Guru ini menganggap semua murid yang diajarinya sebagai anak nakal yang harus diajar dengan keras. Dia bahkan tidak mau membuat pengecualian bagi murid yang benar-benar mau belajar di kelasnya.

Guru ini biasanya sering memberikan hukuman, mengadu ke wali kelas atau guru BP mengenai sikap murid yang dianggap nakal, suka berteriak, dan bukan tidak mungkin bersikap merendahkan.

Tanda Anak Bermasalah dengan Tipe Guru yang “Buruk”

Berikut adalah beberapa tanda yang bisa dilihat oleh orang tua jika anaknya memiliki masalah dengan salah satu tipe guru yang “buruk” di sekolahnya.

1. Nilai Tugas, Ujian, dan Rapornya Jelek

Nilai tugas atau ujian yang jelek tidak selalu berarti anak mengalami kesulitan di sekolah. Bisa saja dia memang sedang tidak maksimal mengerjakannya. Namun, jika ini selalu terjadi bahkan hingga nilai rapornya juga jelek, ini harus diperhatikan.

2. Anak Tidak Belajar Hal yang Seharusnya Dipelajari

Tanyakan pada anak apa yang sudah dipelajarinya di sekolah. Jika dia mengeluh gurunya tidak memberikan materinya seperti yang seharusnya, ini bisa menjadi tanda bahaya. Apalagi jika hal ini mempengaruhi nilainya di sekolah.

3. Merasa Tersiksa di Sekolah

Ada banyak alasan anak bisa merasa tidak bahagia di sekolah. Misalnya saja bertengkar dengan teman, tekanan teman sebaya, atau intimidasi saat bermain. Namun, jika dia terlihat tidak bahagia dan sering meminta tidak masuk sekolah, inilah saatnya untuk mencari tahu penyebabnya.

4. Anak Mendapat Masalah

Sama seperti tanda di atas, ada banyak faktor yang dapat menyebabkan anak mengalami hal ini. Dia mungkin menghadapi situasi sosial yang tidak menyenangkan di sekolah atau bisa juga karena memiliki guru yang “buruk”. Jadi, memahami alasan anak mendapatkan masalah adalah langkah pertama untuk mengatasinya.

Lalu, Apa yang Harus Dilakukan Orang Tua?

Jika anak terlihat memiliki masalah dengan gurunya di sekolah, berikut adalah langkah yang bisa dilakukan orang tua untuk mengatasinya.

1. Cari Tahu Akar Masalahnya

Hal pertama yang harus dilakukan adalah bicara dengan anak tentang apa yang sedang terjadi. Mengapa dia tidak menyukai gurunya? Apakah karena perbedaan kepribadian?

Namun, kadang ada alasan yang lebih serius. Misalnya, guru bersikap tidak baik dan tidak adil atau tidak terlalu menguasai materi pelajaran yang diajarinya. Dengan memahami akar masalahnya, ini akan membantu orang tua untuk menentukan cara mengatasinya.

2. Beri Saran pada Anak

Setelah tahu apa masalah sebenarnya, beri saran terbaik untuk anak. Jika masalahnya adalah hal yang tidak serius, ini adalah saat yang tepat untuk berbicara dengannya tentang toleransi.

Jelaskan bahwa selama hidupnya, dia akan bertemu dengan berbagai orang yang mungkin memiliki kebiasaan, kepribadian, atau pendapat yang berbeda dan menyebalkan. Itu tidak apa-apa.

Namun, jika alasannya lebih serius, maka orang tua harus mengambil tindakan. Cari tahu apakah murid lain juga mengalami masalah yang sama dengan guru tersebut. Pertimbangkan untuk mendiskusikan masalah ini dengan sesama orang tua.

3. Bicara pada Guru, Jika Diperlukan

Jika perlu berbicara dengan guru, atur waktu untuk melakukannya. Jangan saat mengantar atau menjemput anak. Tempatkan diri sebagai seseorang yang mencari bantuan untuk memecahkan masalah anaknya, bukan ingin menyerang.

Buka pembicaraan dengan bilang, "Anak saya sepertinya punya masalah dengan pelajaran yang Bapak/Ibu ajar, tapi saya juga kurang mengerti masalahnya apa. Saya harap Bapak/Ibu bisa bantu saya.”

Jangan langsung berasumsi anak tidak pernah melakukan kesalahan. Meskipun orang tua harus mempercayai anaknya, tetapi kemungkinan ada cerita yang belum didengar di sekolah.

Selalu bersikap hormat ketika berbicara dengan guru. Jangan menuduh dan menyalahkan, yang bisa membuat guru menutup diri dan tidak merespons secara produktif pembicaraan orang tua.

4. Identifikasi Keinginan dan Kebutuhan Anak, Serta kekhawatiran Orang Tua

Meskipun orang tua tidak bersikap menuduh, guru mungkin akan tetap merasa dikritik. Lakukan yang terbaik untuk meyakinkan guru bahwa Anda tidak menyalahkan mereka.

Jika guru menjelaskan mengapa anak merasa bermasalah dengannya, beritahu juga hal-hal informatif yang akan membantunya agar efektif saat mengajar anak. Misalnya, anak tidak merasa dianggap di kelas karena "tidak pernah" diminta untuk menjawab pertanyaan.

Orang tua bisa bilang, 'Saya mengerti ini adalah kelas besar, tetapi saya khawatir anak saya tertinggal karena dia jadi tidak merasa terlibat dengan pelajaran ini.”

5. Temukan Solusinya dan Lihat Hasilnya

Berusahalah dengan guru untuk menemukan sebanyak mungkin solusi untuk masalah yang dialaminya dengan anak. Guru mungkin memiliki banyak pengalaman menangani masalah. seperti itu dan berhasil di masa lalu.

Setelah orang tua dan guru membuat daftar ide sebanyak mungkin, pikirkan keuntungan, kerugian, dan konsekuensi dari setiap solusi. Lakukan ini sampai mencapai solusi terbaik.

Namun, orang tua harus bersikap realistis. Misalnya, jangan memaksa guru untuk lebih meluangkan waktu untuk mengajari anak saat ada materi yang sulit. Lebih masuk akal jika meminta guru untuk lebih sering mengecek seberapa besar yang sudah dipahami anak.

Pada Akhirnya…

Perlu diingat bahwa meski memiliki guru yang “buruk”, bukan berarti itu akhir dari pendidikan anak. Guru mata pelajaran lain mungkin bisa membuat anak lebih berkembang.

Bantu dia untuk melihat masalah dengan gurunya sebagai pelajaran untuk menangani situasi sulit dan orang-orang sulit di masa depan. Ini merupakan keterampilan yang akan sangat membantu sepanjang hidupnya.

Jika masalah semakin buruk, orang tua mungkin perlu melibatkan orang lain untuk membantu menghasilkan solusi terbaik. Misalnya, bicara dengan wali kelas atau kepala sekolah. Namun pastikan orang tua sudah memberitahu guru yang bersangkutan sebelumnya.