Bagaimana Jika Anak Kecemasan, Seperti Emosi Terbaru di Film “Inside Out 2”? Ini yang Harus Diketahui Para Orang Tua!
Bagaimana Jika Anak Kecemasan, Seperti Emosi Terbaru di Film “Inside Out 2”? Ini yang Harus Diketahui Para Orang Tua!
Jika anak menyukai film “Inside Out” yang pertama, siap-siap untuk mengajaknya menonton kelanjutan film tersebut, yaitu “Inside Out 2” yang akan tayang pada Juni 2024 mendatang. Dalam film tersebut, akan diperkenalkan beberapa emosi terbaru, salah satunya anxiety atau kecemasan.
Pengenalan emosi terbaru ini dalam film tersebut bisa semakin membuka mata para orang tua bahwa anak-anak sangat mungkin mengalami gangguan kecemasan. Bukan hanya orang dewasa yang bisa merasakannya, tetapi juga anak-anak. Bahkan, gangguan tersebut bisa mengganggu tumbuh kembangnya.
Ini yang perlu diketahui orang tua mengenai kecemasan atau gangguan kecemasan yang bisa dialami oleh anak.
Apa yang Bisa Membuat Anak Merasa Cemas?
Tidak seperti yang dipikirkan oleh orang dewasa bahwa tidak ada hal yang seharusnya dicemaskan anak-anak, mereka ternyata dapat merasa cemas tentang berbagai hal pada usia yang berbeda. Meskipun sebenarnya banyak dari kecemasan tersebut adalah bagian normal dari pertumbuhan.
Dari usia sekitar 6 bulan hingga 3 tahun, sangat umum bagi anak kecil untuk mengalami kecemasan berpisah dengan orang tua atau orang yang selama ini mengurusnya. Ini adalah tahap normal dalam perkembangan anak dan akan berhenti sekitar usia 2 – 3 tahun.
Bagi anak-anak usia prasekolah, menjadi hal yang umum jika mereka mengembangkan ketakutan atau fobia tertentu. Ketakutan yang umum terjadi pada anak usia tersebut meliputi binatang, serangga, badai, ketinggian, air, darah, dan kegelapan. Semua ketakutan ini biasanya akan hilang dengan sendirinya secara bertahap.
Saat anak-anak sudah mulai besar, mereka bisa merasa cemas ketika akan masuk ke sekolah baru atau sebelum tes dan ujian. Bahkan, beberapa mungkin akan mulai merasa malu dalam situasi sosial sehingga membutuhkan dukungan dari orang tua.
Kapan Kecemasan Menjadi Masalah bagi Anak-Anak?
Orang tua baru boleh mulai khawatir dengan kecemasan yang dialami anak-anak ketika perasaan tersebut mulai mengganggu kehidupan sehari-hari mereka. Wajar jika anak merasa cemas pada waktu ujian, tetapi jika itu sampai membuatnya tidak mau sekolah atau memberikan alasan untuk membolos, maka itu mulai menjadi masalah.
Kecemasan yang parah seperti ini dapat membahayakan kesehatan mental dan emosional anak-anak sehingga mempengaruhi harga diri dan kepercayaan diri mereka. Dampaknya, mereka mungkin menjadi pendiam dan berusaha keras untuk menghindari hal-hal atau situasi yang membuatnya merasa cemas.
Tanda dan Gejala Kecemasan Pada Anak
Ada anak yang mampu menggunakan kata-katanya memberitahu orang tua tentang kecemasan yang dirasakannya. Misalnya, "Aku takut ke sekolah karena nanti nggak bisa ketemu Ayah/Ibu lagi” atau “Aku nggak mau ke sekolah, soalnya ada pelajaran matematikan dan aku nggak bisa”.
Namun, ada juga anak yang tidak tahu bagaimana menjelaskan perasaannya. tetapi menunjukkan tanda-tanda kecemasan seperti di bawah ini:
-
Khawatir dan/atau menangis lebih sering daripada anak-anak lain seusianya.
-
Mengatakan merasa tidak enak badan atau sering mengeluh sakit perut, sakit otot, atau sakit kepala.
-
Mengalami kesulitan tidur, terbangun dari mimpi buruk, atau tidak dapat tidur sendirian.
-
Merasa sulit untuk rileks atau duduk diam.
-
Mudah marah.
-
Kesulitan untuk fokus.
-
Mengatakan tidak lapar atau malah selalu merasa lapar.
-
Sering terlihat gemetar atau tremor.
-
Menolak untuk pergi ke sekolah.
-
Sering ke kamar mandi.
Ini yang Harus Dilakukan (dan Tidak Dilakukan) Orang Tua saat Anak Cemas
Ketika anak-anak mengalami kecemasan, sikap orang tua yang sebenarnya tidak ingin anaknya menderita, justru dapat membuat kecemasan semakin parah. Berikut ini adalah petunjuk bagi orang tua untuk membantu anak-anak keluar dari siklus kecemasan.
1. Jangan Berusaha Menghilangkan Kecemasan, tetapi Bantu Anak Mengelolanya
Cara terbaik untuk membantu anak-anak mengatasi kecemasan bukanlah dengan mencoba menghilangkan pemicu stres yang memicunya. Orang tua justru harus membantu mereka belajar menoleransi kecemasan sebaik mungkin, bahkan ketika cemas. Hasilnya, kecemasan akan berkurang seiring berjalannya waktu.
2. Jangan Menghindari Sesuatu Hanya Karena Membuat Anak Cemas
Membantu anak menghindari hal-hal yang ditakuti memang akan membuat mereka merasa lebih baik, tetapi hanya dalam jangka pendek. Hal ini justru akan memperkuat kecemasan mereka dalam jangka panjang.
Jadi, saat anak berada dalam situasi yang tidak nyaman baginya, jangan membawanya keluar atau menyingkirkannya. Itu hanya akan membuat anak belajar untuk menghindari kecemasannya, bukan mengatasinya.
3. Berikan Ekspektasi Positif dan Tetap Realistis
Jangan bilang pada anak bahwa ketakutannya tidak realistis, seperti dia tidak akan gagal dalam ujian, dia akan bersenang-senang saat belajar naik sepeda, atau teman-temannya tidak akan menertawakan dirinya saat salah berbicara di depan kelas.
Lebih baik berikan keyakinan kepadanya bahwa dia akan baik-baik saja dan akan mampu mengatasinya. Beritahu padanya bahwa ketika dia bisa menghadapi ketakutan tersebut, tingkat kecemasannya akan menurun secara perlahan. Ini akan memberinya keyakinan bahwa apa yang diberitahu orang tuanya realistis dan bisa dilakukannya.
4. Hargai Perasaan Anak
Mengakui perasaan anak tidak selalu berarti orang setuju dengan apa yang dirasakannya. Jadi, jika anak takut pergi ke dokter karena akan disuntik, jangan meremehkan ketakutan itu, tetapi juga jangan memperkuatnya. Dengarkan dan berempatilah dengan ketakutan anak, bantu dia memahami apa yang dikhawatirkannya dan dorong agar dia bisa menghadapi ketakutannya.
Pesan yang seharusnya orang tua sampaikan pada anak adalah: "Ayah/Ibu tahu kamu takut, nggak apa-apa, kami di sini dan akan membantu kamu melewati ini."
5. Dorong Anak untuk Menoleransi Kecemasannya
Biarkan anak tahu bahwa orang tuanya menghargai usahanya untuk menoleransi kecemasan yang dirasakannya agar dapat melakukan apa yang diinginkan atau dibutuhkannya. Dorong mereka untuk “membiasakan” kecemasannya saat menjalani hidup.
Ini disebut dengan "kurva pembiasaan" yang berarti bahwa kecemasan akan menurun seiring berjalannya waktu saat terus melakukan kontak dengan stresor. Mungkin tidak akan turun sampai nol dan tidak akan turun secepat yang diinginkan, tetapi itulah cara anak mengatasi ketakutannya.
Kapan Orang Tua Harus Mendapatkan Bantuan?
Jika kecemasan anak semakin parah, terus berlanjut, dan bahkan mengganggu kehidupan sehari-harinya, keputusan yang baik untuk mendapatkan bantuan. Mengunjungi dokter anak adalah tempat yang baik untuk memulai.
Jika kecemasan anak memengaruhi kehidupan sekolahnya, ada baiknya berbicara dengan pihak sekolah juga. Lalu, carilah cara agar anak bisa mendapatkan dukungan kesehatan mental, khusus untuk anak-anak dan remaja.
Terakhir, bersabarlah. Butuh waktu agar anak-anak merasa lebih baik dan bisa mengatasi kecemasannya. Baik itu dilakukan sendiri atau dengan bantuan profesional.