Apa Itu “Brain Rot” yang Jadi Oxford Word of the Year of 2024? Ini Penjelasan Lengkapnya!

Di 2024 lalu, kamu mungkin sering mendengar istilah “brain rot”. Ternyata, saking banyaknya orang yang menggunakannya, Oxford mengumumkan bahwa Oxford Word of the Year of 2024 adalah “brain rot”.
Setelah pemungutan suara publik selama dua minggu yang diikuti oleh lebih dari 37.000 orang, para ahli dari Oxford berkumpul untuk mempertimbangkan masukan dari publik.
Lalu, hasil dari pemungutan suara dan data bahasa di sana akhirnya mendeklarasikan “brain rot” sebagai Kata Tahun Ini di 2024.
Para ahli di Oxford melihat bahwa kata tersebut menjadi terkenal tahun ini sebagai istilah yang digunakan untuk menggambarkan kekhawatiran tentang dampak mengonsumsi konten online berkualitas rendah secara berlebihan, terutama di media sosial.
Istilah ini meningkat dalam frekuensi penggunaan sebesar 230% antara 2023 dan 2024.
Apa itu “Brain Rot”?
Ini adalah kondisi mental yang kabur dan penurunan kognitif yang diakibatkan oleh screen time yang berlebihan. Meski bukan kondisi yang diakui secara medis, tetapi ini adalah fenomena yang nyata.
Ketika kamu menghabiskan waktu berjam-jam di dunia maya dengan mengonsumsi sejumlah besar data yang tidak berarti, berita negatif, serta foto-foto teman dan selebritas yang di-retouch dengan sempurna, itu akan membuat kamu merasa tidak mampu.
Selain itu, mencoba menyerap konten dalam jumlah yang sangat besar bisa menciptakan kelelahan mental. Hal tersebut dapat menyebabkan penurunan motivasi, fokus, produktivitas, dan energi dari waktu ke waktu, terutama pada anak muda.
Apa Penyebabnya?
Fenomena ini disebabkan oleh penggunaan teknologi yang berlebihan, bisa dengan menonton video di YouTube, menggulir media sosial, atau bolak-balik di antara berbagai tab di laptop.
Selain itu, kamu mungkin secara bersamaan menjelajahi Internet, mengirim pesan, dan memeriksa email. Hasil akhirnya, kamu terlalu banyak menstimulasi otak dan berisiko mengalami “brain rot”.
Tahukah kamu kalau menggulir platform media sosial akan meningkatkan dopamin neurokimia, yang menghasilkan perasaan puas dan senang? Semakin sering melakukannya, semakin kamu ingin melakukannya.
Otak yang mengasosiasikan scrolling dengan perasaan puas, bahkan ketika tidak sadar akan konsekuensi negatifnya, dapat menyebabkan kecanduan.
Contoh Perilaku “Brain Rot”
Perilaku “brain rot” bisa muncul dalam berbagai bentuk, termasuk:
1. Bermain Video Game
Meskipun bermain game dapat dilakukan tanpa kecanduan, tetapi beberapa gamer bermain secara kompulsif dan mengalami gangguan permainan.
Terpesona oleh dunia alternatif video game, karakter yang fantastis, dan plot yang rumit, bisa membuat kamu mengalami kesulitan untuk berfungsi di bidang kehidupan lainnya.
2. Zombie Scrolling
Perilaku ini mengacu pada kebiasaan menggulir tanpa berpikir, tanpa tujuan, atau tanpa manfaat yang didapat. Saat melakukan zombie scrolling, kamu menatap ponsel pintar dengan kosong saat berpindah dari satu feed ke feed lainnya.
3. Doomscrolling
Perilaku ini melibatkan pencarian informasi yang menyedihkan dan berita negatif karena merasakan keinginan yang luar biasa untuk mengetahui informasi terbaru, bahkan ketika informasi tersebut mengganggu.
4. Kecanduan Media Sosial
Perilaku ini ditandai dengan keinginan yang terus-menerus untuk memeriksa media sosial dan perasaan gelisah ketika mencoba menghentikan kebiasaan tersebut. Ini membuat kamu tidak bisa berhenti memeriksa platform seperti YouTube, Instagram, dan TikTok.
Pemberitahuan yang konstan, warna-warna cerah, dan suara yang merangsang dapat membuat terpesona yang menyebabkan kamu berhenti berpikir jernih.
“Brain Rot” Mempengaruhi Kesehatan Mental dan Emosional
Jika dilihat sepintas, menghabiskan banyak waktu dengan ponsel pintar atau di depan komputer mungkin tampak tidak berbahaya. Namun, dalam jangka panjang, perilaku tersebut dapat merusak kesehatan mental dan emosional.
Aktivitas seperti doomscrolling dapat memengaruhi sistem penghargaan otak karena manusia cenderung memprioritaskan dan mengingat informasi negatif daripada informasi positif.
Jadi, membuka berita yang menyedihkan akan mendorong kita untuk mencari informasi yang lebih menyedihkan lagi.
Doomscrolling juga dapat membuat kamu tidak peka terhadap rangsangan negatif sehingga lebih sulit untuk mengalami perasaan positif atau mendapatkan kesenangan dengan cara lain.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa doomscrolling dapat menyebabkan tingkat tekanan psikologis yang lebih tinggi dan tingkat kesejahteraan mental yang lebih rendah.
Penelitian lain menemukan bahwa orang yang memiliki tingkat konsumsi berita negatif yang tinggi juga memiliki kesehatan mental dan bahkan fisik yang lebih buruk.
Bagaimana Cara Mencegahnya?
Mencegah “brain rot” membutuhkan kesadaran mengenai penggunaan media sosial. Beberapa strategi terbaiknya sebagai berikut:
1. Tetapkan Screen Time
Mulailah dengan melacak berapa banyak waktu yang kamu habiskan untuk menjelajah, menelusuri media sosial, menonton video, dan bermain game.
Selanjutnya, tetapkan batasan screen time yang dihabiskan setiap hari. Hapus aplikasi yang mengganggu dari ponsel. Matikan notifikasi untuk berita dan media sosial. Lalu, jangan mengonsumsi konten sebelum tidur.
2. Atur Feed Media Sosial
Lindungi ruang kepala dengan memperhatikan apa yang kamu konsumsi. Jangan hanya berfokus berita yang sensasional dan negatif. Diversifikasikan sumber media sehingga kamu dapat mempertahankan perspektif dunia yang lebih seimbang.
Selain itu, berhenti mengikuti akun yang secara teratur menimbulkan perasaan marah atau cemas. Isi feed dengan konten positif yang membangkitkan semangat dan menginspirasi.
3. Cari Hobi di Dunia Nyata
Ada dunia yang sangat luas di luar dunia maya. Kenali diri kamu dengan menggali hobi dan aktivitas yang disukai. Misalnya, pergi berkemah, mendengarkan musik, memainkan alat musik atau mulai mempelajarinya, menulis dalam jurnal, berolahraga, dan banyak lagi.
4. Berhubungan dengan Orang-Orang di Dunia Nyata
Berusahalah untuk bersosialisasi dengan orang-orang di dunia nyata. Ini karena mengembangkan dan memelihara hubungan dengan teman, keluarga, dan kolega dapat mengurangi stres dan memberikan rasa memiliki yang lebih dalam.
Sebuah survei terhadap orang berusia 18 – 25 tahun menemukan bahwa orang dewasa muda memiliki tingkat gejala depresi paling rendah ketika menikmati lebih banyak dukungan emosional secara offline.
5. Lakukan Detoksifikasi Digital
Membatasi screen time memang baik, tetapi menghilangkan sepenuhnya hubungan dengan dunia maya akan mengistirahatkan pikiran. Ini akan memungkinkan kamu untuk menjadi lebih sadar akan pikiran, persepsi, dan kebiasaan.
Detoksifikasi digital dapat dilakukan dalam berbagai bentuk. Mulailah dengan beristirahat sejenak dari teknologi selama 15 menit setiap kali. Perpanjang waktu tersebut secara bertahap atau lebih sering beristirahat.
Untuk mengisi waktu kosong, pergilah bersama teman-teman tanpa ponsel sepanjang waktu. Berusahalah untuk melakukan kegiatan sehari-hari jauh dari ponsel sepanjang waktu.
Itulah penjelasan mengenai “brain rot” yang menjadi Oxford Word of the Year of 2024. Jangan sampai fenomena tersebut sampai terjadi pada kamu, ya.
Sumber:
https://www.newportinstitute.com/resources/co-occurring-disorders/brain-rot/
https://corp.oup.com/news/brain-rot-named-oxford-word-of-the-year-2024/
~Febria