Anak Selalu Membantah Orang Tua, Harus Bersikap Tegas atau Dibiarkan Saja?
Orang tua bisa merasa kewalahan dan frustrasi jika anak terus-menerus membantah perkataannya hingga menimbulkan perdebatan yang tak ada hentinya.
Lucunya, anak bisa mempelajari perilaku argumentatif ini karena meniru dari orang tuanya. Meskipun, dia juga bisa belajar dari saudara, teman, atau orang-orang di sekitarnya yang suka berdebat.
Jika setelah mendengar bantahan anak, orang tua menyadari bahwa apa yang dikatakannya benar, jangan ragu untuk mempertimbangkan kembali keputusannya. Jangan khawatir, ini tidak akan menghilangkan otoritas orang tua.
Sebaliknya, anak akan senang mengetahui bahwa orang tua mendengarkannya dan ini akan membantu membangun rasa percaya dirinya.
Namun, bagaimana jika anak selalu membantah, baik benar atau salah? Harus orang tua diam saja saja atau mulai bertindak tegas?
Mengapa Anak Suka Membantah?
Ada beberapa alasan mengapa anak suka membantah perkataan orang tuanya, yaitu sebagai berikut:
-
Anak lebih pintar mengekspresikan apa yang diinginkan dan tidak diinginkannya. Ini mungkin membuatnya terinspirasi untuk membantah dan bernegosiasi dengan orang tuanya.
-
Merasa frustrasi karena harus mengikuti banyak aturan. Anak merasa hanya memiliki sedikit kendali atas kehidupannya sehingga agar merasa memiliki kekuatan, dia mungkin mulai menentang aturan.
-
Lebih peka terhadap “ketidakadilan”. Anak mungkin mulai bertanya-tanya mengapa dia harus tidur cepat, sedangkan orang tuanya boleh begadang. Ini akan membuatnya mulai berargumen bahwa dirinya juga seharusnya diizinkan melakukannya.
-
Sifat alami anak. Jika anak banyak bicara dan impulsif atau ekstrovert, dia mungkin memiliki kecenderungan untuk lebih banyak berdebat daripada anak yang pemalu atau lebih terukur. Anak yang lebih jauh dalam perkembangan bahasanya, mungkin juga akan lebih banyak membantah.
-
Aturan yang diberikan orang tua tidak sesuai lagi dengan usia anak. Terkadang, anak mungkin merasa berhak untuk membantah karena merasa aturan orang tua sudah tidak masuk akal untuknya.
-
Menghindari melakukan hal tertentu. Ini bisa terjadi jika orang tua lebih sering “menyerah” berdebat dengan anak karena tidak ingin bertengkar. Ini membuat anak merasa berdebat merupakan cara untuk menghindari melakukan sesuatu yang diminta orang tua.
Lakukan Ini Jika Anak Mulai Sering Membantah
Berikut adalah beberapa cara yang bisa dilakukan orang tua saat anaknya mulai sering membantah dan melakukan perdebatan.
1. Coba Pahami Alasan Anak Membantah
Dorong anak untuk berbicara tentang apa yang dia inginkan dan untuk menuangkan emosinya ke dalam kata-kata. Ini akan membantu orang tua untuk memahami reaksi anak.
Mendengarkan dengan baik apa yang dialami anak dan memintanya untuk membicarakannya, ini juga akan memberinya kesempatan untuk mengekspresikan diri tanpa perlu membantah atau berdebat.
2. Akui Apa yang Diinginkan Anak
Misalnya, jika anak ingin terus bermain ketika waktunya belajar, katakan: “Mama tahu kamu ingin terus bermain, tapi ini sudah waktunya belajar karena PR kamu ‘kan harus dikerjakan.”
Meskipun tak pasti manjur, tetapi jika anak merasa dimengerti, dia lebih mungkin akan kooperatif. Jelaskan juga alasan di balik permintaan orang tua untuk memastikan anak memahaminya.
3. Beri Pilihan
Dengan membiarkan anak memilih, dia akan merasa memiliki kontrol lebih besar. Ini mungkin tidak selalu berhasil, tetapi rasa tersebut dapat membuat beberapa anak lebih banyak bekerja sama dan lebih jarang membantah.
4. Bersikap Tegas Mengenai Peraturan yang Dibuat
Meskipun ada beberapa hal yang bisa dinegosiasikan, tetapi ada beberapa aturan yang memang harus dipatuhi anak. Jadi, bersikaplah tegas mengenai peraturan tersebut.
Jika orang tua tidak konsisten, maka anak akan terus mencoba bernegosiasi untuk menyiasatinya. Jadi, sebaiknya sesuaikan aturan dengan usia dan perkembangan anak agar anak juga merasa tak perlu membantahnya.
5. Jangan Bicara Berulang Kali dan Sambil Berteriak
Pastikan anak memahami apa yang orang tua inginkan, tetapi jangan mengulanginya lebih dari dua atau tiga kali. Selain itu, ingatlah bahwa lebih baik mengatakannya dengan tenang dan jelas daripada berteriak.
Orang tua mengatakan, “Mama nggak akan ngomong lagi. Kamu tahu apa yang Mama minta. Kamu bisa terus membantah, tapi omongan Mama nggak akan berubah.”
Lalu, akhiri dengan menolak untuk menanggapi argumen anak untuk mengakhiri negosiasi.
Cara Mengurangi Frekuensi Bantahan Anak
Untuk mengurangi kebiasaan anak membantah dan berdebat, cobalah melakukan cara berikut.
1. Bermain Peran dengan Anak
Ajak anak bermain peran di mana dia menjadi orang tua dan orang tua menjadi anak.
Saat anak mencoba memerintah, jangan ragu untuk merespons seperti yang biasa dilakukannya, yaitu “Nanti saja. Aku tidak mau. Kenapa aku harus mandi dan Mama tidak?”
Cara ini akan membantu anak lebih mentolerir situasi kehidupan nyata, yang membuatnya harus mengikuti aturan atau melakukan apa yang diminta orang tua.
2. Habiskan Waktu Berkualitas dengan Anak Setiap Hari
Bisa dengan bermain game, memasak bersama, mengerjakan teka-teki, atau membaca cerita dengan anak. Ini adalah cara untuk menunjukkan kepadanya bahwa dia orang yang penting bagi orang tua.
Jika kebutuhan emosional anak terpenuhi, dia akan lebih cenderung bekerja sama.
3. Perjelas Permintaan pada Anak
Semakin pendek dan spesifik permintaan orang tua, semakin sedikit ruang bagi anak untuk berdebat. Ini juga memudahkan anak untuk memahami apa yang orang tua inginkan dari dirinya.
Misalnya, “Letakkan sepatu di atas tempat sepatu” adalah instruksi yang jauh lebih jelas daripada “Ambil semua barang-barang kamu yang tergeletak di lorong.”
4. Bantu Anak Mengungkapkan Emosinya dengan Kata-Kata
Ini akan membuat orang tua dapat memahami reaksi anak. Misalnya, minta anak untuk menggambar bagaimana perasaannya saat marah. Ini adalah cara yang bagus untuk mengajari mengekspresikan perasaannya.
Komentari hasil karya anak dengan menekankan emosi yang dapat dilihat di dalamnya. Misalnya, “Monster itu sangat besar dan terlihat sangat marah. Itu menakutkan!”.
Seiring berjalannya waktu, anak mungkin akan mengatakan kepada orang tua bagaimana perasaannya saat dia merasa frustrasi, bukan dengan membantah.
5. Pujilah Anak saat Tidak Membantah
Ketika anak menanggapi permintaan orang tua tanpa berdebat, katakan “Wow! Kamu belajar tanpa membantah, meskipun kamu tidak mau. Terima kasih, ya. Mama sangat menghargai.”
Komentar seperti ini akan membuat anak ingin mengulangi perilaku positif tersebut. Jika dia menyadari bahwa kehidupan di rumah lebih positif dan santai ketika bisa bekerja sama, anak mungkin akan lebih jarang membantah.
Sumber:
https://www.parentingforbrain.com/my-child-argues-with-everything-i-say/
~Febria