Ajarkan Anak Cara Mengatasi Peer Pressure, Penting untuk Kehidupannya!
Mempelajari cara menangani peer pressure bisa membuat anak anak membuat keputusan secara mandiri, membangun ketahanan, dan mengembangkan harga diri yang sehat.
Keterampilan ini sangat penting karena membantu anak tetap setia pada dirinya apa adanya dan membuat pilihan yang selaras dengan keyakinan dan aspirasinya.
Apa itu Peer Pressure?
Orang-orang yang seusia dengan anak, seperti teman sekelasnya, disebut dengan peer atau teman sebaya.
Di saat anak mencoba bertindak atau melakukan sesuatu dengan cara tertentu, dia mungkin akan mendapatkan tekanan, yang disebut dengan peer pressure atau tekanan teman sebaya.
Anak yang belum menemukan jati dirinya, sangat mungkin ingin menjadi seperti teman sebayanya. Bahkan jika dia sebenarnya tidak mendapatkan tekanan dari teman-temannya. Ini dilakukannya karena ingin menyesuaikan diri.
Sebenarnya, tidak masalah jika anak menyukai apa yang disukai temannya atau melakukan apa yang dilakukan temannya, selama itu tepat untuk anak.
Namun, sebenarnya hal terbaik yang bisa dilakukan anak adalah menjadi diri sendiri. Bahkan, jika itu berbeda dari teman-temannya.
Mengajari Anak Cara Menghadapi Peer Pressure
1. Dorong Komunikasi Terbuka pada Anak
Komunikasi terbuka sangat penting untuk membantu anak mengatasi peer pressure. Ini adalah alat membangun kepercayaan dan pemecahan masalah yang membekali diri anak untuk membuat pilihan lebih baik.
Dorong anak untuk berbagi pengalamannya, baik atau buruk, dan ajukan pertanyaan terbuka untuk menggali lebih dalam dunianya.
Ini tidak hanya membantu orang tua memahami perspektif anak, tetapi juga membuatnya merasa dihargai dan didengar, serta memperkuat ikatan kepercayaan antara orang tua dan anak.
Dengan komunikasi terbuka, orang tua menjadi lebih mudah untuk membimbing anak melalui tekanan teman sebaya dengan pengertian dan perhatian.
2. Ajarkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Pengambilan Keputusan
Mengajarkan anak untuk berpikir kritis membantunya mengembangkan kompas internal untuk memandunya mengambil keputusan berdasarkan alasan, logika, dan pemahaman tentang konsekuensi.
Dorong anak untuk mempertanyakan dan menganalisis informasi sebelum mengambil keputusan apa pun.
Salah satu cara untuk menanamkan pemikiran kritis adalah dengan mengajukan pertanyaan terbuka yang mendorong anak untuk mempertimbangkan sudut pandang yang berbeda dan hasil potensial.
Misalnya, sewaktu membahas saran teman sebaya, tanyakan kepada anak, "Menurut kamu apa yang mungkin terjadi jika kamu mengikuti saran ini? Apa sesuai dengan keyakinan kamu?"
Pertanyaan semacam ini mendorong anak untuk berpikir dan mempertimbangkan dampak jangka panjang dari pilihannya. Jadi, dorong anak untuk berpikir dan menganalisis situasi sebelum bereaksi.
3. Bantu Anak Mendefinisikan Nilai-Nilai Dirinya
Membantu anak mendefinisikan nilai-nilai dirinya, bisa membantu dirinya untuk memvisualisasikan apa yang menjadi tujuan hidupnya. Ini akan membuat anak lebih siap untuk membuat pilihan yang selaras dengan tujuan tersebut.
Mulailah dengan melakukan percakapan terbuka tentang apa itu nilai diri dan mengapa itu penting. Orang tua dapat mengajukan pertanyaan seperti, "Apa yang benar-benar penting bagi kamu?"
Setelah anak memiliki gambaran yang lebih jelas tentang nilai-nilai dirinya, bantu dia memahami bagaimana prinsip-prinsip ini dapat memandu keputusan yang diambilnya.
Dorong anak untuk berpikir tentang pentingnya tetap setia pada nilai-nilai diri, bahkan ketika sulit dilakukan. Ini membuat anak mampu melakukan pilihan yang lebih tepat dan meningkatkan kepercayaan dirinya.
4. Bangun Harga Diri Anak
Jika anak memiliki rasa harga diri yang sehat, dia tidak akan mencari validasi dari teman sebaya dan lebih cenderung membuat keputusan yang selaras dengan nilai dan keyakinan dirinya.
Selain itu, terpapar peer pressure dapat berdampak negatif pada harga diri anak. Jadi, penting untuk menemukan cara agar terus bisa membangun kepercayaan diri dan harga diri anak.
Caranya adalah dengan memberikan pujian atas upaya dan pencapaian anak, tidak peduli seberapa kecil. Ini dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri anak.
Orang tua juga bisa mendukung minat dan hobi anak. Ketika dia unggul di bidang yang disukainya, itu bisa meningkatkan kepercayaan diri anak.
5. Tetapkan Batas yang Jelas
Menetapkan batasan sangat penting bagi anak karena ini bisa memberikan pemahaman yang jelas tentang apa yang dapat diterima dan apa yang tidak. Ini akan membantunya membuat pilihan yang tepat.
Saat menetapkan batasan, penting untuk melibatkan anak untuk menciptakan rasa kepemilikan dan pengertian. Diskusikan mengapa aturan tertentu ada dan dengarkan perspektifnya.
Bersikaplah konsisten dengan sanksi yang diberikan, tetapi bersedia untuk menyesuaikan batasan saat anak tumbuh dan lebih matang.
6. Ajarkan Strategi Berkata "Tidak"
Mengajari cara mengatakan "tidak" adalah keterampilan penting untuk membuat pilihan yang selaras dengan prinsip anak.
Dorong dia untuk berlatih komunikasi asertif sehingga dapat mengungkapkan perasaan dan keputusan dengan percaya diri tanpa bersikap konfrontatif.
Tekankan pentingnya menghormati batasan dan nilai-nilai diri sendiri. Beri tahu anak bahwa tidak apa-apa untuk menolak undangan atau permintaan jika membuatnya tidak nyaman atau bertentangan dengan keyakinannya.
Selain itu, bantu anak menemukan cara alternatif untuk mengatakan "tidak" yang nyaman dilakukannya sehingga dia dapat bersikap tegas sambil tetap mempertahankan hubungan yang positif.
7. Pandu Anak dalam Memilih Pertemanan
Orang tua bisa bertukar pikiran dengan anak mengenai apa yang seseorang bisa disebut teman baik. Misalnya, orang yang bisa berbagi nilai-nilai yang sama seperti anak, memperlakukan anak dengan hormat, dan mendukung pertumbuhannya.
Tekankan pada anak mengenai pentingnya mengelilingi diri dengan teman-teman yang mengangkat dan menginspirasi, daripada orang-orang yang menuntun ke jalan negatif.
Dorong anak untuk terlibat dalam kegiatan dan kelompok yang selaras dengan minat dan nilai-nilai dirinya, yang secara alami dapat mengarah pada pembentukan persahabatan yang positif.
Bersikaplah terbuka untuk bertemu dan mengenal teman-teman anak. Lalu, jangan takut untuk mendiskusikan pengamatan atau kekhawatiran orang tua jika merasa seorang teman mungkin memiliki pengaruh negatif.
Dengan cara ini, orang tua membantu anak membangun jaringan dukungan yang kuat sehingga dia lebih mudah untuk menolak peer pressure.
Sumber:
https://kidshealth.org/en/kids/peer-pressure.html
https://cookcenter.org/9-ways-to-teach-children-how-to-handle-peer-pressure/
~Febria