6 Cara yang Bisa Dilakukan Orang Tua agar Anaknya Tidak Takut FOMO

6 Cara yang Bisa Dilakukan Orang Tua agar Anaknya Tidak Takut FOMO

Bagi para orang tua yang menggunakan media sosial, mungkin tahu rasanya saat melihat di sana ada banyak orang yang mengunjungi suatu tempat, makan makanan yang sedang viral, atau bahkan mengikuti tren tertentu.

Inilah yang disebut FOMO. Sekarang ini bukan hanya orang dewasa yang merasakannya, tetapi juga anak-anak.

Apa itu FOMO?

FOMO adalah singkatan dari fear of missing out atau dalam bahasa Indonesia berarti takut ketinggalan. Ini adalah bentuk kecemasan sosial yang didefinisikan oleh Merriam-Webster sebagai “rasa takut tidak diikutsertakan dalam sesuatu yang dialami orang lain”. 

Pada dasarnya, FOMO membuat orang percaya bahwa orang lain menikmati kehidupan yang lebih baik daripada dirinya sendiri, terlepas dari apakah hal itu benar atau tidak.

FOMO bisa mempengaruhi semua orang dalam berbagai tingkatan, dari anak-anak hingga orang yang sudah lanjut usia. Namun, FOMO memiliki pengaruh terbesar pada anak-anak dan remaja, yang sebagian besar dikarenakan media sosial.

Media sosial memudahkan anak-anak untuk terhubung dengan teman-temannya. Itulah yang membuat mereka bisa merasa tersisihkan saat melihat postingan teman-temannya melakukan sesuatu yang tidak dilakukannya.

Jika dibiarkan, FOMO dapat menghambat hubungan anak dengan teman-temannya. Jadi, sangat penting bagi orang tua untuk mengajari anak-anak cara mengatasi FOMO.

Cara Mengatasi FOMO pada Anak-Anak

Berikut adalah beberapa cara yang bisa dilakukan orang tua untuk mengatasi anaknya agar tidak FOMO dengan apa yang terjadi di media sosial

1. Tanyakan Alasan Anak Merasa FOMO

Kenyataannya, banyak anak yang merasa takut kehilangan sesuatu yang sebenarnya tidak penting baginya jika dia berpikir secara objektif. Sayangnya, anak yang masih kecil dan remaja masih sulit berpikir secara objektif.

Cara terbaik untuk membantunya adalah dengan membantu mencari tahu mengapa dia merasa seperti itu. Orang tua bisa menanyakan hal-hal berikut ini kepada anak.

  • Mengapa kamu merasa nggak nyaman jika nggak ikut melakukan yang dilakukan teman-teman?

  • Apakah kamu sebenarnya menyukai yang dilakukan teman-teman atau yang kamu lihat di media sosial?

  • Apakah kamu berteman dengan salah satu orang yang melakukannya, yang membuat kamu merasa ketinggalan?

Saat mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini, dengarkanlah anak dan biarkan dia mengutarakan perasaannya. Apakah dia menyadari dirinya FOMO atau dia hanya cemburu karena orang yang dilihatnya tampak lebih bersenang-senang daripada dirinya.

Setelah orang tua mengetahui dengan jelas apa yang sebenarnya terjadi, barulah bantu anak untuk menangani emosinya dengan lebih baik.

2. Singkirkan Media Sosial

Meski media sosial dapat membantu anak terhubung dengan teman dan keluarga, tetapi penelitian terbaru menunjukkan bahwa Instagram dan media sosial lainnya mungkin menjadi penyebab utama di balik FOMO.

Jadi, cara terbaik untuk mengatasi FOMO pada anak dan menghindari perasaan tertinggalnya dari orang lain, dorong dia mereka untuk menghapus media sosial di smartphone atau gadget apa pun miliknya.

3. Matikan Notifikasi

Menghilang media sosial 100% dari kehidupan serba digital saat ini sepertinya sulit dilakukan. Jika anak juga sulit melakukannya, maka ajarkan anak untuk mematikan semua notifikasi media sosial miliknya.

Faktanya, perasaan FOMO sering muncul ketika notifikasi mengganggu aktivitas yang sedang berlangsung, seperti yang dilaporkan oleh sebuah studi akademis baru-baru ini.

Jika anak tidak tahu caranya, tunjukkan cara mematikan notifikasi sehingga dia tetap dapat menggunakan media sosial secukupnya sambil menikmati kehidupannya di dunia nyata.

4. Dengarkan Perasaan Anak

Jika emosi yang kompleks seperti FOMO sulit ditangani oleh orang dewasa, apalagi anak.

Dia mungkin tergoda untuk memendam perasaan yang tidak enak dan menyimpannya sendiri. Namun, ajarkan anak untuk mau secara terbuka mendiskusikan masalahnya dan mengatasinya bersama-sama. Ini merupakan cara yang jauh lebih produktif.

Jadi, bantulah anak untuk belajar mengelola emosinya. Jika dia mereka merasa tertinggal dari orang lain, jadilah orang yang bisa diajak bicara. Ketika anak mengekspresikan perasaan dan ketakutannya melalui kata-kata, mereka akan mendapatkan perspektif berbeda yang dapat membantu memerangi FOMO.

5. Selalu Ingatkan Anak untuk Menikmati Saat Ini

Terlalu asik berada di dunia maya bisa membuat anak lupa dengan dunia nyata.

Misalnya, saat dia sedang liburan keluarga di pantai. Anak bisa tetap asik scrolling media sosial dan melihat aktivitas orang-orang di sana. Hal ini bisa membuat anak lupa kalau dia bisa bersenang-senang di pantai, tempatnya berada saat ini.

Seringkali, anak merasa FOMO tanpa berhenti sejenak untuk mempertimbangkan apakah dia akan benar-benar menikmati berada di tempat lain atau tidak. Ingatkan anak untuk bertanya pada diri sendiri di mana dia sedang berada dan apakah dia menyukainya atau tidak.

6. Jangan Sampai Orang Tua Ikut FOMO

Tidak jarang, FOMO anak-anak dimulai dari orang tua. Padahal niatnya baik, yaitu mendorong atau bahkan membujuk anak melakukan yang orang lain lakukan. Ini biasanya dilakukan orang tua karena takut anaknya ketinggalan dari anak-anak lain.

Memang, ada kalanya anak membutuhkan sedikit dorongan untuk menjadi berani dan mencoba sesuatu yang baru. Namun, jika orang tua menekannya untuk mengatakan “ya” pada semua hal, anak bisa mendapatkan pesan yang salah bahwa dia tidak akan pernah bisa mengatakan tidak.

Faktanya, anak penurut mungkin merasa perlu mengatakan “ya” untuk menyenangkan orang tua dan saat besar nanti, untuk menyenangkan semua orang di sekitarnya.

Kesimpulannya

Harus diakui bahwa sulit untuk mengatasi FOMO pada anak. Pastikan saja untuk selalu mengingatkan anak kalau dia sah-sah saja merasa sedih dan kesal. Semua perasaan tersebut bisa cepat berlalu, secepat saat perasaan tersebut datang.

Setelah anak lebih bisa mengatasi perasaannya, bantu dia menemukan sesuatu yang menarik untuk dilakukan agar bisa menghilangkan FOMO yang dirasakannya. Berganti dengan JOMO,  joy of missing out atau kegembiraan karena merasa tertinggal.

Misalnya saja dengan membaca buku, pergi ke tempat favoritnya, atau bermain bersama teman di dunia nyata.

~Febria